Banyaknya aktivitas dari kegiatan manusia tidak jarang menghasilkan material berupa benda sisa yang secara terus menerus akan menjadi tumpukan di alam. Benda sisa yang tidak berguna dan tidak diinginkan dalam jangka panjang akan menjadi permasalahan serius yang harus dilakukan pencegahan dan diberi perhatian serius. Benda sisa yang dibuang di alam tersebut biasa kita sebut sebagai sampah.
Sampah yang berada di alam menjadi masalah serius karena memiliki sifat yang merugikan bagi makhluk lain yang tinggal di sekitarnya.
Mungkin saat ini Anda sudah banyak melihat video ataupun gambaran hewan laut yang hidup berdampingan dengan sampah tersebut dan masih banyak dampak lainnya. Hal itu karena beberapa bahan sisa buangan memiliki sifat yang tidak mudah terurai.
1. Pengertian Sampah
1.1 Definisi Sampah Secara Umum
Anda pasti sudah tidak asing dengan benda satu ini. Sampah adalah material yang dibuang sebagai sisa dari hasil produksi industri maupun rumah tangga. Definisi lainnya adalah benda-benda yang sudah tidak terpakai oleh makhluk hidup dan menjadi benda buangan.
Sesuatu yang dihasilkan dari hewan, tumbuhan, bahkan manusia yang sudah tidak terpakai berpotensi untuk menjadi sisa material buangan. Sisa material tersebut dapat berupa zat cair, padat, maupun gas yang nantinya akan dibuang ke alam.
Tidak sedikit sisa material tersebut membuat terjadinya pencemaran lingkungan.
1.2 Definisi Sampah berdasarkan Peraturan yang Berlaku
Pengertian sampah menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yaitu sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi-padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.
1.3 Definisi Sampah menurut WHO
Menurut World Health Organization (WHO), sampah adalah barang yang berasal dari kegiatan manusia yang tidak lagi digunakan, baik tidak dipakai, tidak disenangi, ataupun yang dibuang.
Pengertian tersebut mengartikan bahwa limbah sisa buangan merupakan benda yang tidak disenangi sehingga banyak orang yang akan membuangnya ke alam.
Banyak sisa buangan dari material tertentu yang membutuhkan waktu lama untuk terurai di alam dan menimbulkan sejumlah masalah pada lingkungan.
2. Jenis-Jenis Sampah
Limbah sisa yang dibuang ke alam dapat berupa benda padat, semi-padat, cair, maupun gas yang berasal dari industri atau rumah tangga. Tidak hanya dari dua tempat itu, limbah sisa buangan juga berasal dari tempat-tempat seperti rumah sakit, pertanian, perkebunan, peternakan, perkantoran, pasar, dan berbagai tempat lain.
Tidak dapat dipungkiri bahwa disebagian besar kegiatan manusia di berbagai tempat pasti menghasilkan sisa buangan.
[read more]
2.1 Klasifikasi Sampah berdasarkan Sifatnya
Sampah dibagi menjadi dua berdasarkan sifatnya, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Kedua sifat tersebut berkaitan dengan bahan penyusun sisa buangan. Hal ini berkaitan juga dengan proses dekomposisi bahan di alam.
Sampah organik merupakan bahan buangan yang berasal dari hasil produk berbahan dasar hayati yang dengan mudah akan terdegradasi oleh mikroorganisme atau mikroba. Proses degradasi oleh mikroorganisme berlangsung secara alami.
Contoh sampah jenis ini adalah bahan buangan yang berasal dari dapur, sisa-sisa makanan, tepung, sayuran, kulit buah, daun, dan ranting. Tempat yang menyumbang banyak sampah organik misalnya adalah pasar tradisional yang menghasilkan bahan buangan berupa sayuran, buah-buahan, dan lain-lain.
Sampah anorganik merupakan bahan buangan yang berasal dari hasil produk berbahan dasar non-hayati baik berupa produk sintetik maupun hasil pengolahan bahan tambang.
Sebagian besar bahan buangan jenis ini tidak dapat dengan mudah terdegradasi oleh mikroorganisme di alam dan membutuhkan waktu lama untuk dapat teruraikan sepenuhnya. Beberapa sampah anorganik dapat berupa produk yang sudah tidak terpakai yang berbahan dari plastik, kertas, kaca, keramik, logam dan olahannya.
Contoh bahan buangan ini adalah botol plastik, kaleng, karton, dan lain-lain.
2.2 Klasifikasi Sampah berdasarkan Wujudnya
Sampah dibagi tiga berdasarkan wujud atau bentuknya, yaitu cair, padat, dan gas.
Contoh limbah berwujud padat adalah kemasan produk makanan, ban bekas, dan botol.
Contoh limbah berwujud cair adalah air cucian, air sabun, dan sisa pemakaian minyak goreng.
Sementara itu, contoh limbah berwujud gas adalah karbon dioksida (CO2), dan karbon monoksida (CO).
3. Dampak Buruk Sampah
Sampah yang dibuang ke alam secara terus menerus akan menumpuk dan menimbulkan berbagai permasalahan, seperti penyakit, banjir, serta permasalahan lainnya.
3.1 Dampak Secara Umum
Sampah yang dibuang di sembarang tempat akan menyebabkan lingkungan kotor serta tidak enak untuk dipandang. Di samping itu, jika sisa buangan tersebut mengeluarkan bau busuk yang menyengat, pasti akan menyebabkan orang yang tinggal di sekitarnya akan merasa tidak nyaman.
Dampak buruk limbah sisa buangan muncul akibat benda sisaan tersebut menumpuk dan tidak mengalami proses degradasi dalam waktu yang lama. Hal tersebut akan berdampak terhadap kesehatan, lingkungan, serta keadaan sosial dan ekonomi. Diperlukan perhatian khusus dalam mengatasi permasalahan sampah.
3.2 Dampak Kesehatan
Dampak buruk limbah sisa buangan terhadap kesehatan muncul akibat tumpukan sampah menjadi tempat yang cocok untuk berkembangbiaknya organisme penyebab penyakit dan menarik perhatian binatang lain seperti lalat dan anjing.
Binatang yang menyukai tempat tersebut akan menjadi perantara pembawa penyakit pada manusia. Manusia yang hidup di sekitar tempat dengan sampah yang menumpuk akan berpotensi lebih besar terserang penyakit.
3.3 Dampak Lingkungan
Limbah sisa juga membawa dampak buruk terhadap lingkungan sekitarnya. Cairan sisa buangan yang masuk ke perairan atau selokan akan mencemari air yang berujung pada sungai. Ikan dan makhluk hidup di dalamnya akan mati sehingga beberapa jenis akan hilang. Hal tersebut akan menyebabkan gangguan terhadap keseimbangan ekosistem perairan.
Limbah kimia yang dibuang ke perairan juga menyebabkan berbagai permasalahan ekosistem. Proses terurainya cairan kimia yang membutuhkan waktu lama di dalam air akan menhasilkan asam organik sehingga menimbulkan bau tidak sedap. Beberapa kondisi buangan bahan kimia dengan konsentrasi tinggi akan menimbulkan ledakan jika terdapat sumber api yang menyulutnya.
3.4 Dampak terhadap Tanah
Sisa buangan yang menumpuk juga akan menyebabkan sejumlah permasalah terhadap tanah. Derajat keasaman tanah atau pH akan berubah akibat hujan asam yang terjadi akibat aktivitas industri. Penggunaan bahan kimia dalam sektor pertanian juga akan berdampak pada makhluk hidup yang berada di permukaan ataupun dalam tanah sehingga keseimbangan ekosistem akan terganggu.
3.5 Dampak Sosial Ekonomi
Dampak buruk lainnya akibat limbah sisa buangan yang menumpuk adalah perubahan keadaan sosial dan ekonomi masyarakat. Tempat penampungan yang tidak efektif akan menyebabkan penyakit pada masyarakat di sekitarnya. Penyakit yang ditimbulkan tidak jarang memerlukan perawatan intensif dari dokter. Hal tersebut akan meningkatkan biaya yang digunakan oleh masyarakat untuk berobat.
Infrastruktur yang tidak memadai dalam mengelola limbah juga akan meningkatkan biaya yang diperlukan pemerintah. Sarana penampungan yang kurang menjadi sumber utama terjadinya penumpukan sampah. Limbah yang berlebihan akan keluar dari tempat penampung dan menyebabkan biaya yang dikeluarkan untuk kebersihan akan meningkat.
3.6 Dampak Kebencanaan
Pembuangan sisa buangan ke aliran air secara terus menerus juga akan menimbulkan tersumbatnya aliran air. Penumpukan tersebut akan menghambat aliran air sehingga tinggi muka air akan meningkat secara perlahan. Jika saluran air tidak dapat lagi menampung air, maka air akan keluar dan menyebabkan banjir. Potensi banjir muncul ketika pada musim penghujan.
4. Penyakit Akibat Sampah
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa sampah akan mendatangkan permasalahan terhadap kesehatan masyarakat sekitarnya. Mikroorganisme yang hidup di tumpukan sampah tersebut akan dengan mudah tersebar melalui berbagai perantara, termasuk lalat. Mikroorganisme tersebut dapat dari berbagai jenis, mulai dari parasit, bakteri, maupun virus.
Infeksi cacing merupakan salah satu permasalah yang ditimbulkan sampah. Cacing parasit yang dapat hidup di dalam tubuh manusia adalah cacing tambang dan cacing gelang. Selain itu, parasit Toxoplasma gondii juga dapat berkembang biak melalui kotoran hewan seperti kucing.
Bakteri yang berkembangbiak di lingkungan kotor juga dapat menyebabkan penyakit serius. Penyakit yang disebabkan bakteri sebagian besar akan menyebabkan sakit perut secara terus menerus. Penyakit lain yang ditimbulkan adalah demam tifoid, kolera, tetanus, dan shigellosis.
Mikroorganisme lain penyebab penyakit pada manusia akibat banyaknya bahan buangan adalah virus. Penyakit yang dapat ditimbulkan akibat virus antara lain hepatitis A dan gastroenteritis.
5. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah merupakan serangkaian kegiatan untuk mengurangi dampak negatif sisa buangan terhadap lingkungan, kesehatan, maupun estetika. Kegiatan pengelolaan ini meliputi pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, daur ulang, dan pembuangan dari benda sisa. Pengelolaan ini juga betujuan untuk memulihkan sumber daya alam.
Pengelolaan yang baik akan mengubah bahan buangan ini menjadi material yang memiliki nilai ekonomis maupun menjadi material yang tidak membahayakan lingkungan hidup.
Hal sederhana yang bisa Anda lakukan yaitu melalui pengelolaan limbah rumah tangga yang dihasilkan sehari-hari. Pengolahan bahan buangan yang benar dapat membantu menekan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar.
Bentuk pengelolaan sampah yang dilaksanakan di Indonesia kebanyakan adalah pola sentralisasi dengan system open dumping di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Metode ini paling lambat harus ditinggalkan pada tahun 2013 karena pada metode ini sisa buangan akan ditumpuk di TPA.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) hanya diperbolehkan berbasis sanitary landfill atau semi sanitary landfill. Namun, sampai saat ini di Indonesia masih dilakukan system open dumping pada TPA di beberapa tempat.
Metode open dumping ini memungkinkan perembesan air yang dihasilkan oleh sampah melalui saliran air. Air tersebut akan mencemari sumber air tanah dan berpotensi terjadi pencemaran jangka panjang.
Pemulihan yang dilakukan tidak dalam waktu singkat atau memerlukan waktu yang lama. Oleh karena itu, metode ini sudah tidak diperbolehkan lagi karena potensi pencemaran lingkungannya yang tinggi.
Air yang dihasilkan bahan buangan sebenarnya dapat diatasi dengan metode sanitary landfill. Metode ini menggunakan lapisan geotekstil tahan karat pada permukaan tanah sebelum ditimbuni sampah. Air yang dihasilkan sampah akan dialirkan lapisan geotekstil ke bak penampungan agar tidak mencemari tanah maupun saluran air. Namun, metode ini memerlukan biaya yang mahal serta risiko atas kebocoran zat beracun.
Pengelolaan sampah menjadi energi juga bisa dilakukan dengan metode gas metana, yaitu menggunakan fermentasi anaerobik. Sebelumnya sampah harus dilakukan pengelompokan terlebih dahulu karena yang bisa dijadikan energi hanyalah sampah organik. Sampah organik akan dicampur dengan air dan dimasukkan dalam tempat kedap udara selama dua minggu. Proses tersebut akan menghasilkan gas metana (CH4) yang dapat digunakan sebagai energi listrik.
6. Reduce, Reuse, dan Recycle
Limbah yang dihasilkan di sebagian besar aktivitas manusia akan menyebabkan masalah serius jika tidak ditangani. Perlu adanya kesadaran masyarakat terhadap dampak pembuangan sampah berkepanjangan. Pengelolaan sampah yang baik menurut Departemen Pekerjaan Umum Kota Semarang tahun 2008 menggunakan sistem 3R yaitu upaya pengurangan pembuangan sampah melalui program pengurangan penggunaan (reduce), penggunaan kembali (reuse), dan daur ulang (recycle).
Baca juga artikel “Aksi 9R dalam Pengelolaan Sampah demi Lingkungan yang Lebih Baik“.
6.1 Reduce
Reduce atau pengurangan penggunaan yaitu usaha pengurangan bahan buangan dengan tidak memakai atau menggunakan sesuatu yang berpotensi menjadi sampah ketika selesai digunakan.
Contoh kegiatan reduce dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan memilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang, menggunakan produk yang dapat diisi ulang, mengurangi penggunaan produk dengan bahan sekali pakai, dan menghindari pembelian barang-barang yang tidak diperlukan.
6.2 Reuse
Reuse atau penggunaan kembali yaitu usaha pengurangan bahan buangan dengan menggunakan kembali sampah yang masih memiliki fungsi utama maupun fungsi lainnya.
Contoh kegiatan reuse dalam kegiatan sehari-hari adalah menggunakan kembali botol plastik bekas kemasan air mineral menjadi wadah minyak goreng, menggunakan kembali kertas kosong yang masih dapat digunakan untuk menulis, dan menggunakan kembali wadah maupun kantong secara berulang-ulang.
6.3 Recycle
Recycle atau daur ulang yaitu usaha pengurangan bahan buangan dengan mengolah kembali sampah yang tidak terpakai menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat.
Kegiatan ini juga dapat menghasilkan barang yang dapat dijual kembali sehingga meningkatkan pendapatan ekonomi.
Contoh kegiatan recycle dalam kegiatan sehari-hari adalah melakukan pengolahan sampah-sampah organik menjadi kompos untuk memperbaiki struktur tanah maupun pupuk tanaman, melakukan pengolahan sampah kertas menjadi kertas maupun karton kembali, dan melakukan pengolahan sampah anorganik menjadi barang yang bermanfaat seperti tempat pensil maupun yang lainnya.
Ketiga prinsip di atas dapat dengan mudah dilakukan dikehidupan sehari-hari dan tidak memerlukan biaya yang besar untuk melakukannya. Sampah yang dihasilkan dari aktivitas dapat diubah menjadi barang berguna lainnya. Barang tersebut dapat dijual maupun digunakan kembali oleh penggunanya.
7. Energi dari Sampah
Limbah yang dibuang dalam aktivitas sehari hari berjumlah sangat besar dan jika dibiarkan terus menerus akan menyebabkan penumpukan limbah. Sementara itu, sisa buangan tersebut dapat diubah menjadi hal bermanfaat, salah satunya yaitu energi dari sampah.
Sampah penghasil energi terbesar berasal dari bahan organik atau makanan sebesar 66%, sedangkan sisanya adalah sampah anorganik seperti kertas, tekstil, plastik, karet, kayu, bambu, dan lainnya. Sementara itu sisa buangan yang tidak dapat diubah menjadi energi adalah besi atau alumunium, gelas, batu atau pasir. Kebanyakan sisa buangan yang tidak dapat diubah menjadi energi akan mengalami proses daur ulang untuk digunakan kembali.
Limbah basah pada bahan organik sudah lama dimanfaatkan sebagai kompos atau pupuk dengan memanen kandungan biogas terlebih dahulu menjadi energi listrik. Proses tersebut melalui proses anaerobic digestioni (AD) basah di digester. Mesin ini akan menghasilkan padatan atau cairan yang dapat dijadikan pupuk organik ataupun pakan ikan.
Limbah basah yang menumpuk di TPA berpotensi besar untuk dijadikan bahan listrik meupun BBM sintetik. Teknologi yang diperlukan untuk mengubahnya menjadi energi listrik yaitu Mechanical Biological Treatment melalui AD kering, Mechanical Heat Treatment atau Autoclaving, Hydrothermal, maupun langsung menggunakan gasifikasi plasma.
Banyaknya sampah yang ada di daratan maupun lautan saat ini sangat memprihatinkan. Sudah saatnya kita sadar akan keadaan ini karena cepat atau lambat peristiwa ini akan menimbulkan bencana yang besar di kemudian hari. Mulai sekarang hiduplah dengan green lifestyle!
[/read]