Taman Nasional Bunaken merupakan taman nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sejak 27 tahun yang lalu. Keindahan bawah laut Taman Nasional Bunaken tidak dapat diragukan lagi, sekitar 58 jenis terumbu karang dan 90 spesies ikan terdapat di kawasan laut taman nasional ini terhitung sejak tahun 1991.
Salah satu penghuni laut yang tidak asing yaitu penyu sisik Hawksbill. Penyu langka ini ditetapkan sebagai penghuni termahsyur di dunia bawah laut Taman Nasional Bunaken. Penghuni laut lainnya yaitu pohon damselfish, clownfish, anggelfish, dan lain sebagainya.
Keanekaragaman hayati yang terdapat di Taman Nasional Bunaken sangatlah memesona karena hampir 70% spesies yang terdapat di dunia ada di taman nasional ini. Spesies kerapu, kakap, dan ikan napoleon juga hidup di sepanjang dinding karang.
Sekitar 20.000 penduduk lokal sangat bergantung pada laut Taman Nasional Bunaken untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Di wilayah taman nasional ini penangkapan biota laut secara ilegal masih sering terjadi dan karang pun rentan terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia mengajukan Taman Nasional Bunaken sebagai Situs Warisan Dunia kepada UNESCO agar mendapatkan perlindungan tambahan.
Taman nasional laut ini juga sangat populer sebagai destinasi wisata alam bagi para wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Destinasi wisata ini akan lebih berkembang jika Manado menjadi pusat administrasi dan penelitian Coral Triangle Initiative yang dinaungi oleh enam negara yaitu Filipina, Malaysia, Indonesia, Papua New Guenia, Solomon Island, dan Timor Leste.
1. Letak Geografis dan Luas Kawasan
Secara geografis Taman Nasional Bunaken terletak antara 1037′-1047′ LU dan 124004′-124048′ BU. Taman Nasional Bunaken terletak di ujung timur laut Sulawesi, dan secara administratif berada di Kecamatan Wori, Kotamadya Manado, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Taman nasional yang berjarak sekitar 18 km dari Manado memiliki luas sekitar 89.065 ha.
Kawasan taman ini sekitar 97% berupa perairan laut dan sisanya daratan. Pulau yang ada di kawasan taman nasional ini terdiri dari Pulau Bunaken, Manado Tua, Mantehage, Nain, dan Siladen beserta anak pulau di sekelilingnya. Jumlah penduduk yang berada di kawasan tersebut sekitar 21.000 orang.
Kawasan Taman Nasional Laut Bunaken memilki tiga zona utama yaitu zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lainnya. Zona inti merupakan wilayah untuk pelestarian alam dan perlindungan habitat. Zona pemanfaatan dimanfaatkan untuk pariwisata alam yang terdiri dari zona pemanfaatan intensif dan zona pemanfaatan terbatas. Pemanfaatan dari segi ekologi dinamis tidak hanya biota laut, habitat, dan ekosistem kawasan, namun juga melibatkan penduduk yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam dan wilayah.
[read more]
2. Iklim dan Topografi Taman Nasional Laut Bunaken
Iklim di wilayah ini dipengaruhi oleh iklim muson barat. Diperkirakan selama Bulan November sampai Bulan Maret, akan terjadi angin barat dengan laut yang cukup besar disertai dengan hujan, tetapi masih aman apabila dikunjungi para wisatawan.
Memasuki Bulan April sampai Bulan Oktober terjadi angin dengan gelombang laut cukup tenang dan tidak disertai hujan. Curah hujan berkisar antara 2.000-3.000 mm/tahun dengan hari hujan 90-130. Kelembaban udara mencapai 50%-68%/ tahun dengan suhu 260C-310C.
Taman Nasional Laut Bunaken memiliki kawasan berupa perairan dengan topografi yang beragam mulai dari landai, rataan, hingga curam. Terdapat gunung yang sudah tidak aktif yaitu Gunung Manado Tua dengan ketinggian 400 mdpl dengan hutan lindung di kawasan puncaknya. Terumbu karang juga terdapat di tepi tebing yang curam. Di Pulau Nian terdapat pula karang penghalang yang mengelilingi launa dan terumbu karang.
Meskipun arus laut sering berubah-ubah dan sangat kuat, kawasan ini tidak berpotensi badai. Perairan di teluk ini sangat dalam, Teluk Manado sendiri memiliki kedalaman mencapai 1.566 m dengan air yang masih jernih sehingga mampu memandang hingga 35-40 meter. Suhunya sekitar 270C – 290C dan memiliki tingkat keanekaragaman jenis tinggi.
3. Sejarah Taman Nasional Laut Bunaken
Taman Nasional Laut Bunaken dalam perkembangannya tidak berdiri secara langsung. Sejarah dari tahapan perkembangan Taman Nasional Bunaken berlangsung secara bertahap. Berikut ini runtutan sejarah terbentuknya Taman Nasional Laut Bunaken.
Tahun 1975
Tahun 1975 mulai ditemukannya kawasan Taman Nasional Laut Bunaken. Keadaannya alamnya masih tenang dan damai memberi nuansa lain dari kehidupan hiruk pikuk kebisingan kota. Kawasan ini memiliki daya tarik tersendiri dengan keindahan alam yang sungguh memesona.
Tahun 1980
Tahun 1980 berdasarkan surat keputusan Gubernur No. 224 tahun 1980 kawasan Pulau Bunaken dan perairannya dijadikan pengembangan kawasan Wisata Laut Manado (Taman Laut Manado).
Tahun 1984
Tahun 1984 berdasarkan surat keputusan Gubernur No. 201 Tahun 1984 diadakan perluasan kawasan laut Wisata Manado yaitu ditambahkannya Arakan-wawontulap.
Tahun 1986
Tahun 1986 dikelauarkan surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 328/Kpts-II/1986 tentang penetapan Cagar Alam Laut Bunaken Manado Tua yang mencakup Pulau Bunaken, Pulau Manado Tua serta perairan dan wilayah pesisir di sekitar Tanjung Pisok (sebelah Utara Teluk Manado).
Tahun 1989
Tahun 1989 pada tanggal 1 April dikeluarkan surat pernyataan Menteri Kehutanan No. 444/Menhut-II/1989 tentang penetapan kawasan Taman Nasional Laut Bunaken Manado Tua yang meliputi Pulau Bunaken, Pulau Manado Tua serta perairan dan pesisir di sekitar Tanjung Pisok dan sekitar Wilayah Pesisir Arakan-Wawontulap. Pada 15 Oktober 1981 dikeluarkan Surat Keputusan Resmi Kehutanan No. 730/Kpts-II/91 untuk mengukuhkan penetapan status Kawasan Taman Nasional Laut Bunaken Manado Tua. Taman Nasioanal Laut Bunaken telah ditetapkan sebagai kawasan Sister Parks (Kerjasama Indonesia-Malaysia).
Tahun 2005
Tahun 2005 Taman Nasioanal Laut Bunaken resmi menjadi warisan dunia yang ditetapkan oleh United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO).
4. Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem
Taman Nasional Laut Bunaken terletak di kawasan segitiga terumbu karang dan menjadi habitat bagi sekitar 390 spesies terumbu karang dan ikan, moluska, reptil, serta mamalia laut. Taman nasional ini merupakan ekosistem laut Indonesia meliputi padang rumput laut, terumbu karang, ekosistem pantai, dan hutan mangrove dengan luas kurang lebih 1.800 Ha.
Hutan mangrove didominasi oleh spesies Rhizosphora sp. dan Eonneratia sp. Rumput laut (Enhalus sp. dan Thalassia hemprichii) tumbuh di sekitar rataan terumbu karang di zona perairan dangkal. Rumput laut menjadi tempat habitat ikan-ikan kecil dan udang-udangan (crustacea) serta menjadi sumber pakan bagi hewan herbivora dan karnivora, seperti bulu babi, ikan duyung, penyu laut, lobster, moluska, burung laut, dan jenis ikan lainnya. Jenis alga yang tumbuh di ekosistem aquatik yaitu Caulerpa, Halimeda, dan Padina.
Ekosistem terestrial meliputi hutan hujan tropis di puncak Gunung Manado Tua berupa lahan kebun, ladang, dan permukiman. Di kawasan aquatik terdapat sekitar 70 genus karang yang didominasi oleh spesies Caulerpa racemosa, Halodule univervis, Pocillopora sp., Seriattopora sp., Porites sp., Fungia sp., Herpolitha sp., Halomitra sp., Galaxea sp., Pectinia sp., Lobophylia sp., Echinopora sp., Leptoria sp., Tubastrea sp., Acropora sp., Turbinaria sp., Millepora sp., Montipora sp., dan Thalassodendron ciliatum.
Kawasan terumbu karang memiliki luas sekitar 8.000 ha terdiri dari fringing, barrier, dan patch reef dengan kondisi yang masih baik. Seluruh pulau di sekitar taman nasional dikelilingi oleh rataan terumbu (reef plat), kecuali pulau Manado Tua.
Wilayah laut terbuka didominasi oleh jenis fitoplankton dan zooplankton, serta jenis biota akuatik, seperti ikan duyung (Dugong dugon), kima raksasa (Tridacna gigas), kima pasir (Hippopus hippopus), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), Cypraea sp., Conus sp., Trochus sp., Torbus sp., Balistoides niger., Euxiphipopsnar vacha sp., ikan hias seperti Hippocampus sp., Lucanids lethrinids, Carangids, Singanids, ikan kakatua (Bolbometopon muricetum), Anthias sp., Aulostomus chinensis, Balistidae, Blenniidae, Caesionidae, Carangidae, Chaetodontidae, Dasyatididae, Ephippidae, Haemulidae, Labridae, Latimeria menadoensis, Lutjanidae, Mobulidae, Murenidae, Platycephalidae, Scaridae, Scorpanidae, Selachii, Sphyraenidae, Syngnathidae, Tetradontidae, dan Zanclus cornutus.
Habitat di daratan dikelilingi tumbuhan palm, sagu, woka, silar, dan kelapa. Pohon mangga, pisang, dan pohon buah-buahan lain tersebar di sekitar kawasan taman nasional dan menjadi sumber pakan untuk burung dan kelelawar. Daerah pantai pun menjadi habitat dari berbagai jenis burung.
Di kawasan berhutan terdapat yaki atau monyet hitam sulawesi (Macaca nigra), kuskus beruang (Ailurops/ Phalanger ursinus), kuskus kerdil sulawesi (Strigocuscus celebensis), tarsius (Tarsius spectrum), babi sulawesi (Sus celebensis), kadal (Mabuya multifasciata), ular hijau (Ahaetulla prasina), dan ular laut (Laticauda colubrina).
5. Penduduk Sekitar dan Budayanya
Penduduk lokal berasal dari tujuh kelompok etnik. Penduduk berasal dari suku yang berbeda-beda, di antaranya mayoritas berasal dari Sangihe. Suku lainnya berasal dari Gorontalo, Minahasa, Bajo, dan Bugis. Interakasi antar suku relatif tinggi sehingga friksi yang terjadi kemungkinan sangat rendah.
Melayu-Minahasa adalah bahasa penghubung (lingua franca) antar penduduk. Penduduk dapat memberikan akses sumber daya kepada nelayan dari kawasan luar.
Penduduk sering memberikan nama semua daerah yang dimanfaatkan oleh nelayan, seperti terumbu karang, teluk, ceruk, dan tanda alam lainnya.
Mata pencaharian penduduk bersifat musiman, pada musim hujan yaitu Bulan September-Desember melakukan kegiatan pertanian. Memasuki bulan kemarau pada Bulan Januari-Juli umumnya penduduk melaut. Sejumlah sekitar lebih dari 60% penduduk umumnya memiliki pekerjaan sebagai petani. Namun, tetaplah perikanan menjadi aktivitas utama penduduk, seperti pemanfaatan rumput laut (Euchema sp.) terutama di Pulau Nain.
Pemanfaatan wilayah wisata oleh penduduk lokalnya bergantung pada pola nafkah dan aspek sosialnya. Kepemilikan tanah di dalam kawasan bersifat tradisional dan belum memilki sertifikat resmi. Kalangan masyarakat lokal di sekitar kawasan tidak mengenal kepemilikan tradisional atau sistem tenure atas sumber daya atau habitat pesisir laut.
Pemanfaatan tanah untuk lahan kebun yang ekstensif terdapat di Pulau Manado Tua dan Bunaken, berupa kelapa, sayuran, dan tanaman pangan (sperti singkong dan umbi). Siklus pemanfaatan tanah di Pulau Siladen didominasi oleh lahan-lahan kebun kelapa. Pulau Mantehage ditanami tumbuhan kombinasi antara lahan kebun kelapa dan ladang.
Di Pulau Nain didominasi oleh kegiatan bertani rumput laut dan perikanan. Terdapat pula penangkapan ikan dan terumbu karang dengan praktik bubu, panah, jaring sederhana, dan pancing.
Penduduk lokal tersebar di lima pulau besar meliputi pulau yang dihuni oleh Suku Minahasa, Suku Sangir Talaud, dan Suku Bajau. Sebagian besar penduduk lokal menganut agama Kristen Protestan.
Kebudayaanya mayoritas di dominasi oleh Suku Talaud yang menyebut kepala dengan sebutan Opo lao. Adat tradisional suku Talaud yang masih terjaga hingga sekarang yaitu melakukan selamatan rumah baru dengan upacara Masamper.
Upacara ini dilakukan dengan cara menyanyi sambil menyentakkan kaki dengan syair lagu yang cukup panjang dan melakukan tari Ampa Wayer. Tarian ini meniru-niru pesawat terbang dan biasanya disertai dengan minum alkohol.
Selain itu, adat tradisional Minahasa yaitu Miramba berupa tarian yang memuja Tuhan atas kebaikan dan berkahnya. Kebudayaan penduduk sebagian besar dipengaruhi oleh budaya kota Manado, yaitu budaya Minahasa. Budaya adat tradisional Minahasa lainnya antara lain tari Maengket dan Cakalele yang sering digunakan pada acara resmi kenegaraan, menyambut tamu, dan pengukuhan kepala adatnya, yaitu Tonaas.
6. Potensi Wisata Taman Nasional Laut Bunaken
Taman Nasional Laut Bunaken merupakan wisata ketiga terbaik dunia. Pulau Bunaken memiliki keindahan taman laut dengan berbagai jenis ikan hias dan ikan duyung, serta memililki pasir putih sepanjang kawasan pantai.
Bagian utara merupakan tempat yang nyaman untuk berjemur, menyelam, berenang, dan snorkeling. Snorkeling biasanya dilakukan di kedalaman 25 meter atau dalam bawah laut ini bisa dinikmati dengan berperahu yang memiliki dasar kaca (catamaran/glass bottom boat).
Terdapat bangkai kapal laut yang diperkirakan usianya sudah berumur 50-60 tahun. Selain itu terdapat pula tebing karang yang membentuk gua terletak sekitar 50 meter di bawah permukaan laut.
Adapun lokasi yang nyaman untuk menyelam anatara lain:
Pulau bunaken: lekukan 1, 2, 3 Fakui, Mandolin, Tanjung Parigi, Ron’s point, Pangalisang, Muka Kampung, Sachiko Point, dan Bunaken Timur;
Pulau Mando Tua: Buwalo, Pangalingan Negeri dan Tanjung Kopi;
Pulau Mantehage: Bango dan Tangkasi;
Pulau Nain: Batu Kapal dan Jalur Air;
Pulau Siladen: Siladen 1 dan 2;
Daratan Sulawesi: Tanjung Pisok dan Molas;
Pulau Siladen dengan pasir putih dan Keindahan Taman Laut;
Pulau Manado Tua dengan pasir putih dan keindahan Taman Laut, Mendaki Gunung Manado Tua;
Arakan-Wowontulap, menyelam dan melihat habitat rumput laut yang merupakan tempat favorit bagi penyu dan pesut.
7. Fasilitas dan Transportasi di Taman Nasional Laut Bunaken
Adapun untuk fasilitas dan transportasi yang terdapat di Taman Nasional Laut Bunaken yaitu:
- Di kawasan Taman Nasional Laut Bunaken terdapat banyak hotel, di antaranya yaitu Hotel Manado Beach, Kawanua, Hotel Sahid, Hotel Queen, Hotel Yuta, Hotel Panorama, dan sekitar 25 hotel/ penginapan lainnya;
- Terdapat diving club yang merupakan tempat untuk penyewaan peralatan selam, seperti Nusantara Diving Center, Barracuda Dive Resort, Murex Diving Center, dan Manado Diving Center. Serta terdapat jasa pemandu yang sudah profesional;
- Di kawasan Teluk Liang dan Pangalisang terdapat banyak penginapan yang sederhana;
- Di kawasan Pulau Siladen terdapat penginapan sederhana;
- Fasilitas lain yang menunjang di Taman Nasional Laut Bunaken Manado Tua yaitu lapangan helikopter, jalan setapak, pos penjagaan, menara pengamatan, dermaga, pondok wisata, peralatan menyelam, dan speedboat.
Taman nasional ini merupakan warisan dunia yang sudah ditetapkan oleh UNESCO dan menduduki peringkat ketiga untuk nominasi wisata terbaik dunia.
Keindahan bawah laut di sini sangat memesona dengan terumbu karang yang jumlahnya lebih dari 300 jenis.
Hebatnya lagi sebagian terumbu karang yang terdapat di dunia berada di Taman Nasioanl Laut Bunaken. Taman minimalis surga laut dunianya ini sangat unik sekali karena hampir 97% merupakan kawasan perairan.
Referensi:
Adikurnia, M. I. 2018. Mengenal Indahnya Taman Nasional Bunaken Hari Ini [Internet] [2018 Okt 19]. Terdapat pada: https://travel.kompas.com/.
Supriatna, J. 2014. Berwisata Alam di Taman Nasional. Jakarta (ID): Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Editor: Mega Dinda Larasati
[/read]