Pesona Taman Nasional Way Kambas sangatlah elok dengan keindahannya. Akses untuk menuju tempat ini pun sangat mudah untuk dicapai jika dari Jakarta. Taman Nasional Way Kambas (TNWK) merupakan kawasan konservasi dengan memiliki potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Taman Nasional Way Kambas bertempat di provinsi Lampung, tepatnya di jalan Labuan Ratu, kabupaten Lampung. Wisatawan yang berkunjung dapat menikmati kekayaan yang dimiliki Taman Nasional Way Kambas dengan khas gajah Sumatera yang sedang disekolahkan.
Potensi keberadaan satwa liar di Taman Nasional Way Kambas sangat tinggi sehingga terdapat lembaga konservasi seperti Sumatera Rhino Sanctuary. Sumatra Rhino Sanctuary (SRS) adalah program yang bertujuan untuk mengembangbiakan Badak Sumatera.
Tujuan dari program SRS adalah untuk melahirkan keturunan badak yang sangat langka. Selain Badak, Taman Nasional Way Kambas memiliki Gajah Sumatera yang dapat membantu para wisatawan berkeliling sehingga para wisatawan yang berkunjung akan sangat menikmati perjalanan.
1. Letak Geografis dan Luas Kawasan
Letak geografis Taman Nasional Way Kambas terletak di antara 4O 37’ – 5O 16’ LS dan 105O 33’ – 105O 55’ BT. Kawasan ini berada pada daerah bagian tenggara pulau Sumatra tepatnya di wilayah Provinsi Lampung.
Kawasan Taman Nasional Way Kambas masuk ke dalam enam kecamatan yaitu kecamatan Labuan Maningai, Way Jepara, Sukadana, Purbolinggo, Rumbia, dan kecamatan Seputih Surabaya.
Saat ini Taman Nasional Way Kambas memiliki kawasan yang cukup luas. Luas kawasan taman nasional ini sekitar 130.000 ha dan 60% dari kawasan ini berupa rawa, belukar, dan bekas peladangan. Wilayah taman nasional ini cukup luas dibandingkan taman nasional yang lain.
[read more]
2. Iklim dan Topografi
Taman Nasional Way Kambas memiliki tipe iklim A berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson. Taman nasional ini pun memiliki jenis iklim khas khatulistiwa dengan iklim hutan hujan tropis dan iklim sabana.
Pada bulan November hingga bulan Maret kawasan ini diprediksi sudah memasuki musim hujan. Musim kemarau diprediksi pada bulan Juli hingga September. Curah hujan rata-rata taman nasional ini sekitar 2.495 mm/tahun, umumnya dengan suhu kisaran 20O-31OC.
Keadaan topografi kawasan Taman Nasional Way Kambas relatif datar tetapi sedikit bergelombang yang disebabkan daerah lembah yang terpotong oleh sungai-sungai di bagian kawasan Barat. Ketinggian kawasan ini berkisar antara 0 – 225 m dpl.
3. Sejarah Kawasan
Sejarah kawasan Taman Nasional Way Kambas pertama kali tercatat pada tahun 1924. Pada tahun tersebut kawasan Taman Nasional Way Kambas hanya terbagi atas beberapa kawasan hutan lindung. Tahun 1936 diusulkan menjadi kawasan margasatwa oleh Mr. Rookemaker sebagai Residen wilayah Lampung.
Disusul dengan surat keputusan Gubernur Belanda pada tanggal 26 Januari 1937 untuk menetapkan kawasan Way Kambas sebagai suaka margasatwa dengan kawasan seluas 130.000 ha.
Pada tahun 1978, Menteri Pertanian mengeluarkan kebijakan yang dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian yang berisikan pengubahan status kawasan Suaka Margasatwa Way Kambas menjadi Kawasan Pelestarian Alam.
Tahun 1982 Menteri Pertanian RI mengubah Kawasan Pelestarian Alam menjadi Taman Nasional Way Kambas. Pada tanggal 1 April 1989 mulai dikeluarkannya surat Keputusan Menteri Kehutanan dengan No. 444/Menhut-II/1989 dengan penetapan luas Taman Nasional Way Kambas sekitar 130.000 ha. Pendeklarasian ini bertepatan dengan Pekan Konservasi Nasional di Kaliurang, Yogyakarta.
Pada tanggal 13 Maret 1991, pengelolaan Taman Nasional Way Kambas diberikan kepada Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam II Tanjung Karang. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dengan Nomor 185/Kpts-II/1997 Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Way Kambas dinyatakan sebagai Balai Taman Nasional Way Kambas.
4. Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem
Keanekaragaman hayati di kawasan Taman Nasional Way Kambas sangat beragam, baik itu flora maupun faunanya. Taman Nasional Way Kambas memiliki tipe ekosistem di antaranya yaitu ekosistem hutan hujan dataran rendah, ekosistem hutan rawa, ekositem mangrove, dan ekosistem hutan pantai.
Dari ekosistem utama terdapat perubahan ekosistem dari darat ke perairan yaitu tipe ekosistem riparian, di mana ekositem ini ditandai dengan adanya formasi vegetasi. Ekosistem tipe riparian belum dikategorikan sebagai ekosistem yang lazim dikarenakan ekosistem ini berada pada zona peralihan antara air dan darat. Jenis ekosistem ini ditandai dengan tumbuhan yang merambat/ liana.
Kawasan Way Kambas memiliki beberapa tipe ekosistem lahan basah, di antaranya hamparan lumpur pasang surut, hamparan pasir, rawa mangrove, sungai-sungai yang mengalir lambat secara terus-menerus, lahan rumput yang digenapi secara musiman, hutan rawa air tawar, dan hutan rawa musiman.
Jenis tumbuhan di kawasan Taman Nasional Way Kambas yang sering ditemukan yaitu tumbuhan dari spesies Avicennia morina (Api-Api), Dipterocarpus sp. (Keruing), Shorea sp. (Meranti), Canarium sp. (Kenari), Livistona hasselti (Palem Sendang), Gluta renghas (Rengas), Schima walichii (Puspa), Intsia palembanica (Merbau) termasuk tanaman endemik di Taman Nasional Way Kambas.
Ekosistem hutan hujan dataran rendah memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi serta berstratum lengkap. Ekosistem hutan hujan dataran rendah berada di sekitar kawasan barat taman nasional ini. Kawasan ini juga merupakan daerah yang paling tinggi dibandingkan yang lainnya.
Ekosistem hutan pantai atau disebut ekosistem pantai letaknya berada dekat dengan pantai, tetapi kawasan ini tidak ditandai dengan genangan air laut atau air tawar. Tanah yang biasanya mendominasi adalah tanah bertekstur pasir.
Kawasan ekosistem pantai terletak di sepanjang Pantai Timur Taman Nasional Way Kambas. Ciri utama ekosistem pantai adalah adanya tumbuhan Terminalia cattapa (Ketapang) dan Casuarina equisetifolia (Cemara laut).
Selain kondisi tumbuhan yang beragam, ekosistem pantai biasa menjadi tempat berlindung burung-burung yang bermigrasi dari Australia ke dataran Cina Siberia. Tercatat burung yang bermigrasi berjumlah 280 spesies yang sering singgah di Kawasan Taman Nasional Way Kambas, spesies-spesies tersebut di antaranya sebagai berikut:
No. | Jenis Burung |
1. | Accipiter virgatus (Elang Alap Besra) |
2. | Aceras undulatus (Julang Emas/ Elang Gunung) |
3. | Antharoceros albarostris (Kangkareng Perut Putih) |
4. | Ciconia stormi (Bangau Stormi) |
5. | Numenius madagarienensis (Gajahan Timur) |
6. | Dinopium javanense (Pelatuk Besi) |
7. | Gracula religiosa (Tiong Emas) |
8. | Merops philippinus (Kirik-Kirik Laut) |
9. | Otuk rufescens (Celetuk Merah) |
Selain berbagai burung yang seringkali singgah di taman nasional ini, berikut adalah daftar satwa yang terdapat di kawasan Taman Nasional Way Kambas:
No. | Jenis Satwa |
1. | Dicherorhinus sumtrensis (Badak Sumatera) |
2. | Elephas maximus sumatranus (Gajah Sumatera) |
3. | Helarctos malayanus (Beruang Madu) |
4. | Lutra sumatrana (Berang-Berang) |
5. | Hylobates syndactylus (Siamang) |
6. | Manis javanica (Trenggiling) |
7. | Neofelis nebulosa (Macan Dahan) |
8. | Panthera tigris sumtrenensis (Harimau Sumatera) |
9. | Presbytis melalophos (Simpai) |
10. | Tapirus indicus (Tapir) |
11. | Tomistoma schelegelii (Buaya Senyulong) |
12. | Crocodylus porosus (Buaya Muara) |
Ekosistem mangrove/ payau yang terletak di sepanjang pantai timur kawasan Taman Nasional Way Kambas berfungsi sebagai pergantian atau salinasi secara teratur antara air tawar dan air laut. Ekositem payau bermanfaat bagi kelangsungan hidup sumber daya manusia. Ketersediaan ikan dan udang laut menjadi suplai makanan bagi manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Di sekitar pantai Taman Nasional Way Kambas banyak bagan untuk menangkap cumi dan pemasangan jaring untuk menangkap ikan di sekitar pantai. Dengan adanya Taman Nasional Way Kambas lingkungan laut dan biota laut lainnya akan tetap terjaga. Oleh karena itu, kepunahan satwa akan berkurang dan lingkungan laut sekitaran pantai Taman Nasional Way Kambas akan tetap lestari.
Ekosistem hutan rawa Taman Nasional Way Kambas ditandai dengan adanya genangan air tawar yang berlangsung sangat lama yang menempati daerah sungai di kawasan timur Taman Nasional Way Kambas.
Terbentuknya ekosistem rawa disebabkan wilayah yang lebih rendah. Tanah yang terdapat di wilayah tersebut memiliki tingkat keasaman tinggi dan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Proses dekomposisi di kawasan ini berlangsunng sangat lama sehingga menimbulkan keasamaman tinggi pada tanahnya.
Tingginya keanekaragaman hayati pada ekosistem rawa akibat banyaknya satwa jenis burung yang sering berlindung atau sekedar melewati kawasan ekosistem rawa. Ekosistem rawa didominasi dengan tumbuhan berjenis Nephenthes atau kantung semar, Palem Merah, Pandan, dan Nimbun. Tanaman yang tumbuh di wilayah ekosistem rawa memiliki ciri utama vegetasi yang berakar lutut dan tunggang.
5. Masyarakat Sekitar Taman Nasional Way Kambas
Masyarakat sekitar Taman Nasional Way Kambas memiliki destinasi sekunder bagi pengunjung, di antaranya sebagai berikut:
- Desa Sukadana, wisatawan dapat melihat perkampungan dan rumah tradisonal Lampung.
- Desa Wana yang bertempat di Labuan Maningal, wisatawan yang berkunjung ke tempat ini dapat melihat daerah dengan budaya yang masih tradisional.
- Punggung Raharjo, tempat ini merupakan tempat situs purbakala.
- Merak Belantung, wisatawan dapat menikmati pasir putih di sekitar pantai ini.
- Selat Sunda, di kawasan ini kita dapat melihat gugusan kepulauan krakatau.
6. Wisata Alam di Taman Nasional Way Kambas
Selain sebagai kawasan konservasi, Taman Nasional Way Kambas pun memiliki potensi wisata alam yang sangat bisa dikembangkan. Berikut adalah berbagai informasi mengenai wisata alam di sana:
- Wisata air berada di sepanjang pantai dan sepanjang sungai Way Kanan, Sungai Way Kambas, Sungai Way Pegadungan, Sungai Kuala Penet, Sungai Rawa Wako, Sungai Rawa Kali Biru, dan Sungai Rawa Pasir, lokasi-lokasi tersebut dapat digunakan untuk mengamati berbagai jenis burung dan primata.
- Safari naik gajah sambil melihat satwa liar, seperti rusa, gajah liar, ayam hutan, beruang madu, dan berbagai jenis burung dengan rute Karangsari – Kuala Penet.
- Pusat Pelatihan Gajah (PLG) seluas 400 ha di Karangsari, dari Way Kanan berjarak 91 km sebelah timur dari kota Bandar Lampung dan 10 km dari pintu gerbang. Di lokasi ini kita dapat melihat atraksi gajah bermain sepak bola, serta cara menjinakkan dan melatih gajah yang berlangsung setiap pukul 08.00-16.00 WIB. Tempat ini paling ramai dikunjugi oleh para wisatawan.
- Sekitar Way Kanan terdapat konservasi in situ Badak Sumatera dengan kawasan seluas 10.000 ha.
- Menyusuri jalan setapak sepanjang 13 km selama 3 jam dari plang hijau menuju way Kanan untuk menikmati suasana rimba khas hutan hujan dataran rendah.
7. Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di Taman Nasioanal Way Kambas di antaranya adalah akomodasi, kantor, pusat informasi, Way Kanan Resort, Pusat Latihan Gajah dan Atraksi Gajah, menara pengamatan, stasiun penelitian flora dan fauna, jalan setapak, pondok wisata, perkemahan Taman Nasional Way Kambas, yestoya club house hotel, pos jaga, dan radio komunikasi.
8. Partner Organisasi Taman Nasional Way Kambas
Taman Nasional Way Kambas menjalin kerjasama dengan Rhino Foundation/ Yayasan Mitra Rhino, Yayasan Badak Indonesia (YABI), WWF Indonesia, LSM Voluntary Service Overseas (VSO), PT. Trans Intra Asia/ Euroconsult BV, PT. Geode Pataka Alam dan Wetlands International, dan pemerintah daerah setempat. CEPF dan TFCA pun telah membantu pengembangan Taman Nasional Way Kambas.
9. Peraturan Tertulis dan Tidak Tertulis saat Memasuki Kawasan
Demi keberlangsungan keamanan dan keselamatan kita ketika memasuki kawasan Taman Nasional Way Kambas, terdapat beberapa ketentuan peraturan yang berlaku dan harus ditaati bagi wisatawan yang berkunjung ketika memasuki kawasan Taman Nasional Way Kambas, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Para wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Taman Nasional Way Kambas diharuskan membayar tiket masuk dan asuransi kecelakaan;
- Apabila pengunjung domestik berkepentingan untuk melakukan penelitian atau kegiatan lainnya harus memiliki surat izin dari Kantor Pengelola Taman Nasional Way Kambas dengan mengajukan permohonan secara tertulis kepada pihak pimpinan Taman Nasional Way Kambas atau yang bersangkutan dengan melampirkan surat proposal penelitian; dan
- Pengunjung asing yang berkepentingan untuk melakukan kegiatan survei, penelitian, atau kegiatan lainnya harus memiliki surat izin penelitian dengan cara mengajukan permohonan.
Taman Nasional Way Kambas dengan sejuta pesona keindahan dan keanekargaman hayati yang sangat tinggi perlu dijaga agar tetap lestari. Ketika kita mengunjungi kawasan ini kita akan disuguhi berbagai pemandangan berbagai satwa dan tanaman endemik khas Pulau Sumatera.
Selain itu, terdapat berbagai destinasi wisata alam yang dapat memanjakan para wisatawan baik itu wisata pantai maupun wisata tradisional. Fasilitas yang dimiliki oleh Taman Nasional Way Kambas juga sangat memenuhi kebutuhan para pengunjung. Selain untuk kegiatan wisata, wilayah Taman Nasional Way Kambas pun dapat dilakukan berbagai penelitian.
Penasaran dengan taman nasional lainnya yang ada di Indonesia? Silakan untuk menyimak artikel berikut yah, “Taman Nasional: Pengertian, Daftar, Zonasi, dan Kasus yang Terjadi“
Referensi:
Antara News. 2015. Taman Nasional Way Kambas [Internet] [https://www.antaranews.com/] diakses 9 Juni 2018.
Jatna Supriatna. 2014. Berwisata Alam di Taman Nasional. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Taman Nasional Way Kambas. 2018. Pusat Konservasi Gajah. [Internet] [https://tamannasionalwaykambas.wordpress.com/] diakses 9 Juni 2018.
Way Kambas National Park. 2018. Balai Taman Nasional Way Kambas. [Internet] [http://waykambas.org/] diakses 8 Juni 2018.
[/read]