Zona Riparian: Lahan Basah yang Penting untuk Dikonservasi

Lahan basah riparian merupakan suatu area yang mengelilingi wilayah perairan baik sungai maupun danau. Fungsi ekologis dari lahan basah riparian adalah untuk menjaga kelestarian fungsi sungai dengan cara menahan atau menangkap tanah (lumpur) yang tererosi serta unsur hara dan bahan kimia yang terbawa dari lahan agar tidak masuk ke perairan.

Sayangnya, karena kawasan riparian yang dilintasi oleh aliran air, unsur hara yang terdapat di permukaannya pun dapat dengan mudah terkikis oleh aliran air.

Rawa (pinterest.com)
Rawa (pinterest.com)

Klasifikasi Lahan Basah

Lahan basah berdasarkan proses pembentukannya dibagi menjadi lahan basah alami dan lahan basah buatan.

Lahan basah alami ialah lahan yang terbentuk karena berpengatusan (drainage) buruk, bersifat basah sepanjang waktu atau sebagian besar waktu. Ini yang merupakan istilah umum yang menekankan makna kelebihan air.

Hal tersebut dapat terjadi karena iklim basah yang didukung oleh kedudukan lahan dengan ketinggian rendah.

Lahan basah alami meliputi rawa-rawa air tawar, hutan bakau (mangrove), rawa gambut, hutan gambut, dan riparian (tepian sungai). Lahan basah buatan adalah lahan yang sengaja dibuat untuk membuat tanah tumpat air (waterlogged) sehingga dapat mempertahankan air pada permukaan tanah selama waktu tertentu.

[read more]

Lahan basah buatan meliputi waduk, sawah, saluran irigasi, dan kolam. Luas lahan basah di dunia diperkirakan lebih dari 8,5 juta km2 atau lebih dari 6% dari total luas permukaan bumi.

Indonesia memiliki setidaknya 30,3 juta ha lahan basah yang tersebar di berbagai penjuru.

Hutan Mangrove (pinterest.com)
Hutan Mangrove (pinterest.com)

Upaya Konservasi Zona Riparian

Upaya untuk melakukan konservasi terhadap kesuburan wilayah riparian dapat dilakukan dengan cara memilih vegetasi yang tepat untuk ditanami di lahan riparian.

Vegetasi yang tumbuh di zona riparian yaitu vegetasi yang hidrofil. Vegetasi tersebut membutuhkan air yang banyak untuk dapat hidup.

Vegetasi tersebut juga memiliki perakaran yang kuat.

Hal tersebut disebabkan oleh substrat tanah yang berasal dari sedimentasi material banjir sehingga memengaruhi kepadatan dan kestabilan tanah.

Selain itu bila hendak dilakukan pembangunan di lahan basah riparian sebaiknya dipertimbangkan aspek pembangunan berwawasan ekosistem seperti mempertimbangkan fungsi ekologis dan konservasi dari kawasan tersebut.

 

Referensi;

Moorman, F.R., & H.T.J van de Wetering. 1985. Problems in Characterizing and classifying Wetland Soils. Philipine : Ministry of Agriculture.

Oktarini, Maya Fitri dan Sugeng Triyadi (2014). Kriteria Pengembangan Pembangunan di Lahan Basah Riparian dengan Pendekatan Ekosistem. TEMU ILMIAH IPLBI. Institut Teknologi Bandung.

 

Editor:

Mega Dinda Larasati

[/read]