
Pernah lihat sarang rayap sebesar ini?
Ya, ini sarang rayap atau dalam bahasa lokal disebut musamus.
Rayap menyusun rumahnya dari tanah dan sekresi dari lubang di atas bagian depan kepala sebagai bentuk adaptasi atas kondisi iklim yang ekstrem.
Musamus memiliki saluran udara yang baik untuk mempertahankan kelembapan di dalamnya serta mendukung pertumbuhan jamur untuk kebutuhan konsumsi rayap.
Musamus dapat ditemukan di sepanjang jalan Trans Papua dari Merauke menuju Sota dan di savana dengan ukuran bervariasi.
Selain di Merauke, sarang rayap dengan ukuran spektakuler juga ditemukan di Australia dan Afrika.

Tanah ini juga merupakan habitat bagi sejumlah spesies langka dan endemik.
Jenis satwa yang umum dijumpai antara lain sebagai berikut
Nama Lokal | Nama Ilmiah |
Kangguru Pohon | Dendrolagus spadix |
Kesturi Raja | Psittrichus fulgidus |
Kasuari Gelambir | Casuarius casuarius sclateri |
Dara Mahkota/ Mambruk | Goura cristata |
Cendrawasih Kuning Besar | Paradisea apoda novaeguineae |
Cendrawasih Raja | Cicinnurus regius rex |
Cendrawasih Merah | Paradisea rubra |
Buaya Air Tawar | Crocodylus novaeguineae |
Buaya Air Asin | Crocodylus porosus |
Belasan dari ribuan burung air juga singgah di tempat ini selama migrasi dari daerah Siberia Timur dan Australia Utara.

Ketika pagi-pagi melintasi jalanan Trans Papua, mendadak kami pelankan laju mobil demi melihat walabi yang sedang mencari air minum di dekat kanal pinggir jalan.
Jika beruntung, terkadang juga ditemui rusa yang minum di rawa-rawa atau kanal pada siang hari.
Di Taman Nasional Wasur pula kami temui berbagai jenis burung tanpa saling mengusik keberadaan masing-masing.
Meskipun perjalanan di lapangan cukup singkat, kami beruntung berjumpa dengan yakop/kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea), kakatua raja (Probosciger aterrimus), kookaburra (Dacelo leachii), jalak papua, elang laut, dan lain-lain (yang belum bisa diidentifikasi karena keterbatasan kami).

Masyarakat
Penduduk asli yang tinggal di Kawasan TN Wasur terdiri atas suku Marind, suku Kanuum, suku Marori Men-Gey (Manggat Lik), dan suku Yei.
Keempat suku tersebut, memiliki kearifan tradisional dalam memanfaatkan hutan dalam kawasan TN Wasur seperti:
- Sistem pembakaran tradisional, sistem pengontrolan banjir, penyesuaian iklim mikro, pengolahan lahan, sistem sasi (penghentian pemanfaatan sumberdaya alam tertentu pada suatu tempat dalam kurun waktu tertentu);
- Pengenalan jenis flora dan fauna, pengenalan jenis tumbuhan obat tradisional; dan
- Pemanfaatan dusun sebagai arena belajar budaya, tempat sakral, dan pengetahuan metafisika (Balai Taman Nasional Wasur, 2000).

Kami mengunjungi Sota, tepat di ibu kota distriknya.
Daerah ini perekonomiannya cukup maju ditandai dengan beberapa warung sembako dan warung makan yang berjajar.
Juga terdapat SPBU Pertamina yang buka tutup tergantung ketersediaan barangnya.
Warga yang tinggal di sini merupakan penduduk asli yang berdampingan dengan pendatang.
Mayoritas pendatang berasal dari Jawa dan Sulawesi (Bugis).
Tidak jarang ditemui warga negara Papua New Guinea (PNG) yang berbelanja kebutuhan sehari-hari mereka, juga siswa-siswi yang memilih bersekolah di Indonesia lantaran jarak lebih terjangkau.
Saat kami berada di sana, sedang dibangun pos perbatasan Indonesia-PNG yang digadang-gadang menjadi pusat perekonomian baru.