Menguak Kondisi Alam Pemicu Banjir Bandang di Bogor dan Aceh

Pada tanggal 13 Mei 2020 mulai dini sampai pagi hari terjadi banjir bandang di daerah perbukitan dengan kemiringan yang dipicu oleh hadirnya awan hujan yang masuk kriteria awan badai.

Awan badai merupakan awan menjulang tinggi yang proses pembentukannya akibat udara hangat yang naik ke atas kemudian mengalami pedinginan secara cepat atau dari kondisi udara hangat dan basah dari lapisan bawah kemudian disusupi udara dingin dan kering di bagian atasnya.

Kedua proses ini terjadi dan berlangsung dapat secara bersamaan ataupan sendiri-sendiri tergantung dari kondisi dinamika dan fisika udaranya.

Kejadian banjir bandang di Aceh Tengah Mei 2020 lalu (Sumber: Detik News)
Kejadian banjir bandang di Aceh Tengah Mei 2020 lalu (Sumber: Detik News)

Proses yang demikian merupakan proses pembentukan awan konveksi yang kemudian membentuk awan jenis Cumulus (Cu.) atau dapat bertransformasi akibat dipicu oleh gangguan udara regional atau global menjadi awan badai berjenis awan Cumulonimbus (Cb.).

Bila hadir dua awan yang berbentuk seperti kembang kol bergelembung dan menjulang tinggi disebut awan Cu. dan bila kemudian di puncaknya membentuk landasan disebut dengan awan Cb.

Kondisi Hujan di Bogor

Dari peninjauan atas kondisi keberadaan awan yang terjadi di kawasan Bogor kala tanggal 12 Mei 2020 menjelang tengah malam terjadi pembentukan awan Cu dan Cb yang bergabung dalam beberapa sel.

Pada tengah malam giat badai guntur beserta hujan badai meski hanya terjadi beberapa saat, tetapi sepertinya intensitas hujan badai umumnya sekitar 1 milimeter per detik.

Bila terjadi intensitas hujan sekitar 1 menit sudah 60 milimeter terjadi dalam areal 1 meter persegi.

Bila hujan ini terjadi di puncak bukit atau kawasan tinggi dalam areal 1 hektare atau 10.000 meter persegi maka volume air dari langit yang turun sebesar 600 juta liter tercurah ke kawasan perbukitan dalam satu menit.

Bila luasannya lebih dari itu maka semakin besar juga air yang tercurah.

Kondisi tersebut ternyata senada dengan data hasil pengamatan di stasiun pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di kawasan Bogor Barat dan Tangerang bagian Selatan.

[read more]

Kondisi Hujan di Aceh

Berdasarkan hasil pengamatan awan dari satelit cuaca pada siang hingga sore hari terdeteksi keberadaan dari awan Cu dan Cb dengan kualitas dan kuantitas yang lebih besar di Aceh.

Kondisi siang hingga sore merupakan potensi dari kegiatan awan konveksi yang berdasarkan catatan hasil pengukuran curah hujan pada pagi hari tanggal 14 Mei 2020 menunjukan curah hujan antara 70 – 130 milimeter atau intensitas curah hujan lebat hingga sangat lebat dengan kejadian hujan badai lebih dari 1 menit bila diperhatikan volume curah hujan di penakar yang lipat dua dari kejadian yang ada di Bogor.

Demikian juga volume curahan air hujan lebih besar sehingga bila dicermati dan diperhatikan atas kejadian bencana banjir bandang yang terjadi bersamaan harinya hanya beda waktu menunjukan adanya hujan badai yang terjadi dan berlangsung baik di Bogor pada dini – pagi dan di Aceh Tengah pada siang hingga sore hari.

 

Aliran deras yang menimpa baik di Bogor maupun Aceh Tengah menunjukan bahwa kondisi lingkungan kurang baik dalam menerima curah hujan dengan besaran yang tinggi sehingga air hujan tidak banyak yang ditampung ataupun ditahan.

Pengamatan Kejadian Hujan Mei 2020

Dari pengamatan dan pencermatan atas kejadian hujan lebat hingga sangat lebat sepertinya sering terjadi, baik di Bogor dan Aceh selama bulan Mei 2020.

Hanya saja waktu dan lokasi sebelumnya tidak berada pada kawasan yang tinggi dan karakter hujan yang turun tidak sekaligus, tetapi berkepanjangan sehingga lingkungan dapat mengatur curah hujan yang turun.

Dari kejadian di Bogor yang sempat terjadi dua kali banjir bandang, yaitu sekitar dini hari pukul 01.00 WIB dan 04.00 WIB menunjukan hujan juga terjadi dua kali yaitu malam hingga tengah malam dan berlanjut di pagi hari yang kala itu pada pagi hari terdengar petir.

Petir yang terdengar ini menadai kegiatan awan badai karena hujan pada dini hari sepertinya curah hujan agak tinggi sehingga kejadian di Bogor terjadi banjir bandang 2 kali dengan kondisi banjir bandang kian menguat pada pagi hari dari pada dini hari.

Sedangkan di Aceh langsung terjadi seiring awan konveksi baik awan Cu dan awan Cb giat pada siang hingga sore/senja hari.

Kenapa dan mengapa bencana banjir bandang terjadi di waktu bersamaan tetapi berbeda kawasannya (di belahan bumi selatan dan di belahan bumi utara)?

Untuk menjawabnya memang sudah terjawab bahwa hal ini disebabkan oleh kehadiran awan Cumulus (Cu.) dan awan Cumulonimbus (Cb.) yang terjadi akibat kondisi udara yang tidak mantap atau udara labil.

Udara labil ini dipengaruhi oleh kondisi udara naik ke atas oleh pemanasan permukaan, pemanasan permukaan ini dapat berasal dari matahari plus kondisi udara rendah kurang dari 1012 milibar atao hekto Pascal.

Kebetulan dari peta analisis tekanan udara dalam beberapa hari belakangan mulai awal Mei hingga kejadian tanggal 13 Mei 2020 kawasan Barat Daya Jawa bagian Barat Daya sering terjadi tekanan rendah.

Bahkan BMKG pernah memberi informasi adanya pusat tekanan rendah atau bibit badai tropis di kawasan ini di awal bulan Mei 2020.

Dari perkembangan kondisi tekanan rendah hingga kini masih giat yang mendukung adanya palung atau kawasan tekanan rendah yang kala malam 12 Mei hingga 13 Mei 2020 pagi giat.

Keberadaannya sebagai tekanan rendah di kawasan Jawa bagian Barat membentuk awan konveksi mulai sore, malam hingga dini/pagi hari sekali yang membentuk awan konveksi.

Sepertinya kondisi tekanan ini kian turun di malam hari sehingga membentuk awan badai yang menciptakan hujan badai pada dini hari dengan curahan hujan yang memberi dampak banjir bandang di Bogor.

Sedangkan di kawasan Aceh juga terpacu oleh keberadaan pusat tekanan rendah yang ada di barat hingga barat laut kawasan Aceh yang membentuk palung tekanan rendah.

Maka sejak awal bulan Mei di kawasan Aceh sering terjadi hujan lebat hingga sangat lebat dan sepertinya untuk kejadian tanggal 13 Mei 2020 terjadi di kawasan puncak bukit yang sesuai dengan kondisi lokal, bahwa kondisi cuaca buruk dengan hadirnya badai umumnya pada siang – sore hari.

Bersamaan dengan adanya palung tekanan rendah yang giat ini menambah giatnya pembentukan awan dan hujan yang terjadi di kawasan Aceh kala tanggal 13 Mei 2020.

Sehingga hadirnya curahan hujan yang lebih tinggi terjadi dan giat dengan kondisi banjir bandang yang merusakan permukiman di kawasan perbukitan di Aceh Tengah berdasarkan informasi elektronik yang ada di media masa.

Dengan demikian sepertinya hadirnya double tekanan rendah baik di belahan selatan dan belahan utara dari Samudera Hindia Barat wilayah Indonesia yang terjadi telah memicu kondisi tekanan rendah berupa palung tekanan rendah.

Palung tekanan rendah umumnya akan menarik dan mengumpulkan udara dari sekitarnya, akibat kondisi suhu muka laut perairan yang hangat dan basah kemudian mereka naik dan membentuk awan.

Kondisi yang demikian merupakan kondisi udara tidak mantap atau labil yang mudah naik ke atas yang kemudian membentuk awan konveksi baik awan Cumulus atau awan Cumulonimbus.

Awan-awan konveksi dan dari jenis awan yang menghasilkan kondisi badai termasuk hujan badai inilah yang sepertinya pemicu hadirnya hujan intensitas tinggi yang menghasilkan volume air yang besar dalam waktu yang relatif singkat.

Volume air hujan besar tanpa ada tempat tampungan, maka air vulome besar yang terjadi di ketinggian yang tinggi akan turun tanpa terkendali dan terjadilah bencana banjir bandang di kedua kawasan.

 

Pelajaran yang dapat dipetik bahwa situasi dan kondisi ini masih akan berpeluang di masa mendatang, perlunya menjaga lingkungan yang kondusif serta memperhatikan perkembangan kondisi alam khususnya cuaca akan berguna untuk menyikapi bencana banjir bandang sebagai bencana hidrometeorologi basah yang masih berpeluang terjadi di masa mendatang.

[/read]