Bencana memang datang secara tidak terduga-duga. Seperti tidak ada henti-hentinya negeri kita diuji oleh Yang Maha Kuasa. Belum genap setahun gempa Lombok terjadi, pada bulan Desember lalu terjadi pula tsunami yang menyapu wilayah Banten dan Lampung. Tidak cukup sampai disitu, belum lama ini kita juga dikejutkan dengan berita yang dibawa dari saudara-saudara kita yang berada di daerah timur Indonesia yaitu bencana banjir bandang yang melanda Kecamatan Sentani Provinsi Papua.
Kerusakan Lingkungan Sebagai Dalang Utama Banjir Sentani
Berdasarkan data yang didapat, diketahui bahwa banjir bandang ini banyak menelan korban jiwa. Sebanyak 77 orang tewas, 43 orang hilang, 74 orang luka-luka, dan 4.226 orang terpaksa harus mengungsi karena rumah yang mereka miliki rusak diterjang oleh banjir.
Oleh karena itu tak heran bila di berbagai penjuru negeri ini, banyak dilakukan aksi-aksi penggalangan dana dan aksi kemanusiaan lain seperti pengiriman bantuan logistik berupa makanan, air, selimut, dan pakaian. Kegiatan ini dilakukan sebagai wujud solidaritas kepada saudara-saudara kita yang tertimpa musibah.
Hal ini tentu patut diapresiasi, namun sebagai warga negara yang cerdas, tentu kita jangan hanya berfokus pada dampak yang ditimbulkan oleh banjir ini. Masyarakat sebaiknya bisa mengambil pelajaran dari adanya bencana ini. Salah satunya dengan mencari tahu penyebab terjadinya banjir bandang yang telah menerjang Kecamatan Sentani ini.
Dilansir dari voaindonesia.com, menurut paparan Bapak Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas (Kapusdatin) Badan Nasional Penaggulangan Bencana (BNPB), beliau mengatakan ada faktor lain yang menyebabkan banjir bandang di Kecamatan Sentani ini, selain hujan deras yang memang datang berturut-turut selama beberapa hari sebelum datangnya banjir. Faktor tersebut adalah rusaknya pegunungan Cycloop akibat adanya penebangan hutan dan juga pengurangan daerah resapan air akibat munculnya permukiman yang dibangun oleh penduduk setempat.
[read more]
Hal ini juga dibenarkan oleh pernyataan Amos Ondi selaku kepala suku di Sentani. Dilansir dari bbc.com, (20/3/2019) beliau menuturkan bahwa kerusakan hutan timbul akibat adanya aktivitas penebangan liar di hutan yang dilakukan oleh warga pendatang, selain itu permasalaahan ekonomi juga turut andil memunculkan penebangan liar di pegunungan Cyclop. Hal ini dikarenakan warga yang mengalami kesulitan ekonomi banyak yang melakuakn aktivitas penebangan hutan demi membuka perkebunan atau perladangan.
Diketahui juga bahwa danau Sentani berhubungan langsung dengan pegunungan Cycloop. Berdasarkan penuturan ketua desa setempat, pegunungan Cycloop sendiri sudah mengalami kerusakan sejak tahun 1980 akibat aktivitas manusia berupa penebangan hutan liar dan pembukaan lahan. Hal ini menyebabkan air hujan yang turun tidak dapat diserap oleh tanah akibat berkurangnya laju resapan air.
Selain itu lahan terbuka yang saat ini banyak digunakan sebagai permukiman penduduk juga tidak didukung dengan bangunan konservasi tanah dan air. Kurangnya pembentukan daerah resapan air juga turut memperaparah keadaaan sehingga air yang turun ke daerah pegunungan tidak bisa ditahan dan langsung menuju danau. Hal inilah yang dikemudian hari memicu timbulnya banjir bandang yang akhirnya memberikan dampak negatif bagi masyarakat sekitar dengan berbagai kerugian materi bahkan kehilangan nyawa.
Restorasi Hutan Pegunungan, Sebagai Solusi Utama Pencegahan Bencana
Restorasi hutan harus menjadi sorotan utama pemerintah, hal ini disebabkan bencana tidak hanya bisa ditangani dengan penggalangan bantuan saja, tetapi hal yang jauh lebih penting adalah bagaimana pemerintah mampu mencegah bencana salah satunya dengan mengedukasi masyarakat akan pentingnya merawat lingkungan sekitar. Dengan adanya kesadaran dalam diri masyarakat maka bencana yang menimbulkan banyak kerugian ini dapat segera dicegah dan diantisipasi.
PR besar bagi pemerintah provinsi Papua dan masyarakat sekitarnya yang harus segera dilakukan pasca banjir bandang adalah melakukan perawatan dan pelestarian pegunungan Cycloop. Pemerintah harus menindak tegas para pelaku penebangan hutan liar yang masih berjalan sampai sekarang, perlu juga dilakukan relokasi lahan di daerah terbuka untuk mendirikan permukiman penduduk, sehingga kawasan pegunungan Cycloop bebas dari aktivitas manusia.
Referensi :
Amindoni, Ayumi, 2019. Sentani, Papua: Teriakan ‘tolong’ yang TakTerdengardariLerengPegunungan Cyclops, https://www.bbc.com, diakses pada 25 maret 2019
Intan, Ghita, 2019. BNPB: Banjir Bandang Sentani Akibat Ulah Manusia yang Mersak Alam. https://voaindoneisa.com, diakses pada 26 maret 2019
[/read]