Kopi Liberika (Coffea liberica): Taksonomi, Asal, Varian, dan Potensi

Kopi memang menjadi minuman favorit bagi sebagian orang.

Secangkir kopi sering kali dinikmati selagi mengisi waktu luang dan tak jarang dijadikan teman saat mengerjakan tugas.

Selain dinikmati sebagai minuman, kopi juga bisa dijadikan campuran bahan makanan hingga menjadi pengharum ruangan.

Rata-rata masyarakat Indonesia mengenal dua jenis kopi, yaitu kopi robusta (Coffea robusta) dan kopi arabika (Coffea arabica).

Namun, apakah Anda mengetahui bahwa Indonesia memiliki satu jenis kopi yang tidak kalah menarik? Ya, jenis kopi tersebut adalah kopi liberika (Coffea liberica).

Bagi Anda yang bukan penikmat kopi sejati, mungkin nama kopi ini akan menimbulkan tanda tanya.

Kopi Liberika

1. Taksonomi

Kingdom Plantae
Divisi Tracheophyta
Kelas Magnoliopsida
Suku Rubiaceae
Marga Coffea
Spesies C. liberica W. Bull ex Hiern
Varietas C. liberica var. Liberika

Kopi jenis ini memiliki nama ilmiah Coffea liberica var. Liberica. Pada awalnya tanaman ini digolongkan ke dalam spesies yang sama dengan kopi robusta dengan nama ilmiah Coffea canephora var. liberica.

Namun karena secara morfologi dan sifat-sifat lainnya dari kopi ini berbeda dengan robusta, jenis ini dinyatakan sebagai spesies yang berbeda dengan nama ilmiah Coffea liberica sehingga dilakukan pengelompokkan baru.

2. Asal Kopi Liberika

Nama Liberika diambil dari nama daerah Liberia di Afrika Barat yang merupakan tempat pertama kali ditemukannya jenis kopi ini.

Kopi ini mudah ditemukan tumbuh secara liar di daerah Afrika, meliputi negara Kamerun, Benin, Angola, Afrika Tengah, Sudan, Kongo, Nigeria, Pantai Gading, Guinea, Gana, Liberia, Sao Tomé, Gabon, Sierra Leone, dan Uganda.

Pada tahun 1878, kopi liberika dibawa untuk pertama kalinya ke Indonesia oleh Belanda. Tanaman ini dibawa untuk menggantikan tanaman kopi arabika yang banyak mengalami kerusakan karena terserang penyakit karat daun atau Hemelia vastatrixi (HV).

Namun, sekitar tahun 1907 penyakit karat daun juga menyerang hampir seluruh perkebunan kopi di dataran rendah Indonesia, termasuk perkebunan kopi liberika. Daya tahan kopi ini terhadap penyakit karat daun memang lebih baik dibanding kopi arabika, namun tidak lebih baik kopi robusta. Oleh karena itu, pemerintah Belanda kembali mengganti kopi liberika dengan kopi robusta.

[read more]

3. Varian

Kopi liberika memang tidak populer, namun ada beberapa varietas Liberika yang cukup dikenal masyarakat, di antaranya adalah Duvrei dan Ardoniana.

Pada tahun 2014, Pusat Penelitian Kopi Indonesia merilis varian baru dari jenis ini, yaitu kopi Liberika Tunggal Komposi atau juga sering disingkat dengan Libtukom. Varian kopi ini dikembangkan di Jambi.

Varian ini memiliki keunggulan yaitu mempunyai daging buah yang relatif tebal sehingga dapat mengurangi risiko penyusutan bobot secara signifikan.

4. Ciri-Ciri

Kopi Liberika memang mempunyai banyak ciri-ciri yang unik dan istimewa dibandingkan dengan jenis kopi lainnya.

Mulai dari aroma kopi yang khas sehingga dapat dengan mudah menjadi pembeda dari kopi robusta maupun kopi arabika. Disamping itu, justru aroma kopi yang tajam ini dapat membuat orang awam kurang menyukai jenis kopi ini.

Kelebihan dari aroma kuat yang dimiliki kopi ini yaitu dapat digunakan sebagai campuran kopi robusta untuk memberi tambahan aroma kopi.

Selain itu, kopi ini memiliki rasa pahit yang lebih kental dari jenis lainnya. Kebanyakan orang akan menambahkan susu untuk menyamarkan dan menutupi aroma tajamnya serta rasa pahitnya.

Daun kopi ini juga mempunyai ciri khas lainnya, yaitu memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi dibandingkan bijinya.

Ciri khas otentik lain dari jenis kopi ini adalah sensasi rasa samar kacang panjang mentah saat kopi ini diminum. Aroma sayur yang tercium pada kopi liberika sebenarnya disebabkan dari hasil pengolahan biji kopi yang kurang sempurna.

Bagi orang awam, rasa seperti ini mungkin akan membuat kebanyakan orang untuk tidak mencobanya kembali. Sementara itu, bagi pencinta kopi, rasa khas inilah yang menjadi salah satu alasan kopi tersebut selalu dicari.

Masyarakat lokal sering menyebut kopi liberika sebagai kopi nangka karena ukuran bijinya yang cukup besar jika dibandingkan dengan robusta dan arabika. Biji kopi ini memiliki panjang sekitar 7 sampai 15 mm.

Tidak hanya bijinya, buah Kopi Liberika juga memiliki ukuran yang relatif besar. Buahnya berbentuk bulat lonjong dengan panjang sekitar 18 sampai 30 mm serta memiliki dua biji kopi.

Selain itu, kopi ini dapat juga dikenali dari pohonnya yang dapat tumbuh tinggi hingga mencapai 9 meter seperti pohon nangka.

Namun meski buahnya berukuran lebih besar, kopi ini hanya memiliki 10% bobot kering dari bobot basahnya.

Penyusutan bobot kopi yang cukup tinggi ini kurang disukai oleh petani-petani lokal sehingga menyebabkan biaya panen menjadi lebih mahal.

Kondisi tersebut membuat petani enggan untuk menanam atau mengembangkan kopi ini.

5. Potensi Kopi Liberika

Di Indonesia, produksi dan budidaya kopi ini memang rendah sehingga sedikit sekali beredar di pasaran.

Hanya ada sedikit yang membudidayakannya dan sebagian besar hanya untuk konsumsi pribadi atau produksi dalam skala kecil.

Padahal, jika dikembangkan dan dibudidayakan lebih baik lagi, pangsa pasar kopi liberika termasuk sangat berpotensi di luar negeri. Sebagai contohnya, Malaysia menjadi salah satu negara konsumen kopi liberika terbesar di dunia.

Di Malaysia, 80% dari total area perkebunan kopi merupakan tanaman jenis kopi liberika.

Tidak jarang, untuk memenuhi pasokan kopi liberika, Malaysia kerap mengimpor kopi liberika dari Indonesia, terutama yang berasal dari perkebunan kopi di daerah Jambi.

Selain Malaysia, Filipina juga merupakan konsumen kopi liberika dengan luas perkebunan mencapai sekitar 25% dari total kebun kopi di sana.

Keunggulan dari kopi liberika di antaranya merupakan jenis kopi yang dapat dibudidayakan di dataran rendah, yakni pada ketinggian berkisar antara 400 sampai 600 meter di atas permukaan laut, bahkan dapat tetap tumbuh pada ketinggian lahan 1200 meter di atas permukaan laut.

Pertumbuhan dan pembuahan kopi ini terjadi sepanjang tahun.

Selain mudah ditanam di dataran rendah, kopi ini juga lebih resisten terhadap hama, penyakit, dan kondisi cuaca dibandingkan dengan jenis kopi lainnya. Suhu ideal pertumbuhannya adalah 27 sampai 30°C.

Jenis kopi ini juga memiliki kemampuan untuk tumbuh dalam kondisi tanah yang kurang subur, seperti pada tanah lempung atau berpasir bahkan hingga tanah gambut. Selain itu kopi ini juga dapat tumbuh dalam kondisi lahan kering atau basah sehingga cocok untuk ditanam di Indonesia.

Kopi liberika dapat tetap tumbuh di berbagai tipe naungan sehingga cocok untuk diterapkan dalam sistem agroforestri.

Keunggulan lain dari kopi ini yaitu tingkat keasaman kopi yang tidak akan meningkat walaupun ditanam di dataran rendah.

Selain budidaya yang lebih mudah, harga kopi jenis ini juga lebih tinggi dibandingkan kopi robusta sehingga sangat berpotensi secara ekonomi untuk dikembangkan.

Di Indonesia, daerah yang cukup terkenal dengan produksi kopi liberika adalah Bengkulu dan Provinsi Jambi, tepatnya di Tanjung Jabung Barat.

Melihat besarnya potensi yang dimiliki kopi liberika, sudah saatnya kopi jenis ini lebih dikenalkan ke masyarakat umum dan juga para petani kopi. Melalui program penyuluhan penanaman, pemeliharaan, penanganan pasca panen, maupun inovasi teknologi yang baik, kopi ini dapat berkembang dan menjadi komoditas ekspor unggulan bersamaan dengan kopi arabika atau robusta.

 

Editor:
Ananda Rizky Septyan

[/read]