Indonesia merupakan negara terbesar ketiga yang mempunyai hutan tropis terluas di dunia dan memiliki peringkat pertama di Asia Pasifik dengan jumlah luas hutan mencapai 133,6 juta hektar. Dari kekayaan hutan tersebut, Indonesia dipandang dunia sebagai salah satu negara yang berfungsi sebagai paru-paru dunia dan memegang peranan penting menjaga kestabilan iklim dunia.
Melihat betapa pentingnya hutan bagi masa depan, sayangnya kerusakan hutan di tanah air cukup memprihatinkan. Kerusakan atau ancaman yang paling besar terhadap hutan alam Indonesia adalah manusia mengubah hutan Indonesia ke keadaan yang buruk, kebutuhan manusia yang dasar yaitu keamanan dan pangan dipenuhi dengan cara alih fungsi hutan menjadi lahan untuk berternak, bertani, dan juga pengembangan permukiman, industri, maupun perambahan tentu memerlukan lahan yang tidak sedikit mengakibatkan deforestasi besar-besaran mengingat populasi manusia yang meningkat pesat lalu diperparah dengan ditemukannya sumber energi seperti minyak dan batu bara ditemukan, aktifitas manusia pun semakin merusak bumi.
Meski demikian, bukan berarti sudah tidak ada harapan lagi untuk menyelamatkan hutan alam di Indonesia dan kehidupannya. Saat ini, sudah banyak teknologi yang dihasilkan dari inovasi manusia untuk menyelamatkan hutan alam Indonesia dan terbukti sangat membantu. Yang terpenting kita tidak boleh selalu terpaku dengan apa yang sudah hilang, melainkan kita harus berfokus untuk mempertahankan dan mengembangkan apa yang tersisa secara bersama-sama.
Berikut adalah beberapa teknologi di sektor kehutanan hasil dari inovasi manusia untuk menghidupkan kembali fungsi hutan alam Indonesia:
1. Reklamasi Lahan Bekas Tambang
Menurut UU Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara, definisi pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, merupakan salah satu penggerak roda perekonomian dan pembangunan Indonesia, namun pertambangan juga dapat memberikan dampak negatif bagi kerusakan hutan di Indonesia.
Pertambangan dilakukan untuk mengambil bahan tambang seperti batu bara, timah, semen, nikel, emas dan bahan tambang lainnya. Selain merusak kondisi awal tanah, pertambangan juga dapat mempengaruhi kinerja fungsi hidrolisis dalam tanah.
Kontribusi sektor pertambangan terhadap kerusakan hutan di Indonesia mencapai 10% dan kini melaju mencapai 2 juta ha per tahun. Untuk mengatasi hal-hal tersebut maka perlu dilakukan reklamasi lahan bekas tambang. Keberhasilan reklamasi membutuhkan pengetahuan dasar tentang lingkungan biotik dan abiotik dan juga tentang proses yang terjadi pada lingkungan pada setiap tingkatannya.
Salah satu penentu keberhasilan reklamasi adalah dengan pemilihan tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan. Tanaman yang sering dipilih dalam melakukan revegetasi tanah pada lahan bekas tambang biasanya dilakukan dengan menanam tanaman akasia (Acacia mangium dan Acacia auriculiformis), gamal dan sengon.
Kriteria pemilihan jenis pohon untuk lahan bekas tambang, menurut Maharani (2010) dalam buku reklamasi pasca tambang batubara menyatakan kriteria pemilihan jenis pohon untuk lahan bekas tambang dapat dilihat dari:
- Jenis lokal pioner. Jenis pioner memerlukan banyak cahaya dan mampu tumbuh pada lahan marginal sehingga secara teoritis cocok untuk lahan bekas tambang yang terbuka dan miskin hara.
- Cepat tumbuh tetapi tidak memerlukan biaya yang tinggi. Jenis yang cepat tumbuh merupakan jenis yang relatif lebih efektif dalam menyerap air, unsur hara dan energi matahari serta CO2, karena percepatan pertumbuhan berkaitan erat dengan proses metabolisme fisologis terutama fotosintesa.
- Menghasilkan serasah yang banyak dan mudah terdekomposisi. Sebagian besar jenis tanaman cepat tumbuh biasanya juga menghasilkan serasah yang relatif banyak dan diharapkan mudah dan cepat terdekomposisi. Serasah merupakan bahan organik penting pembentuk agregat tanah, struktur tanah dan pencegah erosi.
- Sistim perakaran yang baik dan mampu bersimbiosis dan atau berhubungan timbal balik dengan mikroba tertentu. Akar memiliki peran penting sebagai penopang tumbuhnya pohon, penyerap dan sekaligus alat transport air dan mineral bagi tanaman. Akar tanaman yang cocok untuk reklamasi lahan sebaiknya memiliki sistem perakaran yang baik dan dapat bersimbiosis dengan jamur mikoriza dan bakteri tertentu yang dapat mempercepat proses reklamasi.
- Merangsang datangnya vektor pembawa biji. Jenis terpilih sebaiknya memiliki daya tarik bagi hadirnya satwa liar misalnya memiliki bunga, buah, biji atau daunnya disukai satwa liar. Tanaman yang biasanya disukai hewan karena buahnya adalah kelompok jenis Fiscus sp. Satwa liar yang datang diharapkan membawa biji dalam tinja yang dibuangnya pada lahan yang direstorasi.
- Mudah dan murah dalam perbanyakan, penanaman dan pemeliharaan. Jenis tumbuhan terpilih seharusnya dapat memproduksi buah dalam jumlah banyak, mudah hidup serta relatif murah dari segi penanaman dan pemeliharaan. Jenis tanaman yang bagus untuk reklamasi antara lain: Macaranga hypoleuca, Vitex pubescens, Trema orientalis, Endospermum diadenum, Mallotus spp., Ficus spp., Hibiscus tiliaceus, Ploiarium alternifolium, Melastoma sp., Adenanthera sp., Neonauclea sp., dan Cratoxylon sp.
[read more]
2. Daur Ulang Kertas
Kertas bekas selain dapat dilakukan daur ulang, kertas bekas juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Dan dapat juga diartikan bahwa daur ulang adalah “salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle)”.
Adapun manfaat untuk lingkungan dilakukannya daur ulang kertas bekas ini adalah “penghematan sumber daya alam, penghematan energi, penghematan lahan TPA, lingkungan asri (bersih, sehat, dan nyaman), serta mengurangi pencemaran”.
Dari informasi yang terbaru bahwa keuntungan terbesar dari daur ulang kertas adalah konservasi lingkungan 90 persen dari semua kertas bekas dan sekitar 35 persen dari pohon-pohon di dunia adalah untuk memproduksi kertas. Daur ulang kertas koran menyimpan jumlah yang sama dengan pencetakan kertas fotokopi. Daur ulang kertas di dunia akan menghemat 40 juta hektar (162.000 kilometer persegi) lahan hutan.
Daur ulang kertas mengurangi biaya hingga 50 persen dibandingkan dengan membeli kertas baru. Dengan kerusakan lingkungan dan pemanasan global itu masalah besar, dan bisnis di seluruh dunia mencari untuk memotong biaya, daur ulang kertas dan aksesoris adalah situasi yang baik menuju negara yang hijau dan bisa menjadi peluang usaha yang bagus untuk Negara kita.
3. Sistem Peringatan Kebakaran Hutan
Sistem peringatan dini kebakaran hutan dan lahan di Indonesia ditunjukkan dengan sistem peringkat bahaya kebakaran (Fire Danger Rating System) sebagai sistem peringatan dini bahan kebakaran.
World Bank memperkirakan bahwa kebakaran di Indonesia tahun 2015 menyebabkan kerugian hingga Rp 221 triliun. Analisis ini memperkirakan dampak terhadap terutama kehutanan di Indonesia.
Istilah Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) melekat untuk kejadian kebakaran di Indonesia karena tingginya prevalensi kebakaran areal hutan dan non hutan dalam waktu bersamaan. Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa bencana Karhutla merupakan salah satu potensi bencana yang disebabkan oleh faktor alam maupun nonalam (manusia). Karhutla di Indonesia umumnya (99,9%) disebabkan oleh manusia, baik disengaja maupun akibat kelalaiannya.
Di Indonesia, sistem ini dikembangkan oleh Canadian Forest Service (ICFS) dan lembaga pemerintah seperti Kementerian Kehutanan, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Badan Koordinasi Nasional (Bakornas), yang didukung dana hibah dari Canadian Internasional Development Agency (CIDA).
4. Perbanyakan Tanaman secara in-vitro (kultur jaringan)
Kultur jaringan (Tissue Culture) merupakan suatu cara memperbanyak tanaman. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman dengan menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif.
Di atas adalah hanya beberapa informasi tentang teknologi sektor kehutanan. Selanjutnya adalah mari kita lestarikan hutan oleh kita untuk hidup kita! Jadikanlah kita bagian dari solusi untuk hutan kita di Indonesia bukan jadi masalah.
LET’S STOP DEFORESTATION TOGETHER WITHOUT YOU, WE ARE NOTHING !
DAFTAR PUSTAKA
Andini, AR. 2017. Identitas dan Kebijakan Luar Negeri: Komitmen Jepang Terhadap Penanganan Illegal Logging di Indonesia dalam Kerangka Asia Forest Partnership Tahun 2002 – 2012. Journal of International Relations. Vol 3 (1) : hal 98-105
Arifin, Nurul. 2018. Bagaimana Hutan Indonesia Sebagai Paru-Paru Dunia di Masa Depan. https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/01/12/bagaimana-hutan-indonesia-sebagai-paru-paru-dunia-di-masa-depan. Diakes pada 10 Oktober 2018 Pukul 23.07 WIB.
Lestari, Sri. 2010. Memotret kondisi hutan di Indonesia. https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/ 2010/06/100609_hutanindo. Diakes pada 10 Oktober 2018 Pukul 23.08 WIB.
Muhammad Badri, Djuara P Lubis, Djoko Susanto, Didik Suharjito. 2017. EARLY WARNING COMMUNICATION SYSTEMS IN THE PREVENTION OF FOREST AND LAND FIRES IN RIAU PROVINCE. JURNAL PIKOM. Vol 19 (1) : Hal 2-16.
Rr Diah Nugraheni Setyowati, Nahawanda Ahsanu Amala, Nila Nur Ursyiatur Aini. 2017. STUDI PEMILIHAN TANAMAN REVEGETASI UNTUK KEBERHASILAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG. JURNAL TEKNIK LINGKUNGAN. Vol 3 (1) : 14-20.
WWF Indonesia. Kehutanan. https://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/forest_spesies/ tentang_forest_spesies/kehu tanan/. Diakes pada 10 Oktober 2018 Pukul 23.11 WIB.
Yulia Tesa, Delima Suci P.S, Ahmad Affandi. 2017. MELAKUKAN DAUR ULANG KERTAS BEKAS DAN DIMANFAATKAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI- HARI. Jurnal Nasional Ecopedon JNEP . Vol. 4 (1) : Hal. 21-25.
[/read]