Angel’s trumpet: Si Cantik tapi Nakal bahkan Mematikan!

Angel’s trumpet atau terompet malaikat merupakan tanaman dengan bentuk hidup perdu.

Tanaman ini sering juga dikenal dengan istilah kecubung hutan.

Angel’s trumpet memiliki bunga yang cantik, namun tanaman ini sering menjadi objek eradikasi atau pemusnahan spesies terutama di kawasan Taman Nasional.

Lantas, apa sebabnya? Apakah berhubungan dengan ‘kenakalan’ yang menjadi ciri khas tanaman ini?

Lalu sisi manakah yang mematikan dari tanaman ini? Simak artikel di bawah ini ya!

Brugmansia suaveolens

Brugmansia suaveolens merupakan nama ilmiah dari angel’s trumpet.

Julukan terompet malaikat memang layak diberikan kepada tanaman ini.

Hal tersebut disebabkan karena bunga dari tanaman ini berkelopak putih dengan mahkota yang berwarna kuning yang besar dan menjuntai indah.

Bunga dari tanaman ini pun menghasilkan eksudat aromatis yang menjadikan bunga ini memiliki aroma yang kuat dan sangat harum.

Oleh sebab itu tanaman ini sering didatangi polinator terutama kupu-kupu atau ngengat yang menambah keindahan visual bagi yang memandang tanaman ini.

Angel’s trumpet berasal dari Brazil dan menyebar hampir ke seluruh dunia.

Secara morfologi Angel’s trumpet merupakan semak besar atau pohon kecil, dengan batang semi-kayu yang bercabang banyak.

Angel’s trumpet memiliki daun yang lebar dan tersusun secara bersilangan dan ditutupi oleh bulu-bulu halus.

Bunga dari tanaman ini merupakan bunga tunggal, berukuran besar dengan kelopak putih sampai merah muda atau oranye muda.

Angel’s trumpet mengeluarkan wangi yang kuat terutama di malam hari untuk menarik ngengat penyerbuk.

Bunga angel’s trumpet terlihat menggantung setengah tertutup di siang hari, tetapi kembali mekar ke atas di malam hari.

[read more]

Angel's Trumpet (kewgardens.com)
Angel’s Trumpet (kewgardens.com)

Lantas Mengapa Angel’s trumpet dikatakan Mematikan?

Tanaman angels trumpet diketahui sebagai jenis tanaman hias atau ornamental yang paling beracun.

Hampir setiap bagian dari angel’s trumpet beracun, terutama bagian biji dan daunnya yang sangat berbahaya.

Seperti pada spesies Brugmansia lainnya, B. suaveolens kaya akan senyawa alkaloid jenis skopolamin dan beberapa alkaloid tropane jenis lainnya.

Apabila tanaman ini tidak sengaja dikonsumsi dapat menyebabkan kelumpuhan otot polos, kebingungan, delusi, mulut kering, sembelit, halusinasi visual, dan pendengaran bahkan kematian kematian.

Disamping efek kandungan alkaloidnya yang berbahaya, ternyata terdapat interaksi yang menarik antara angel’s trumpet dengan kupu-kupu Placidula euryanassa.

Interaksi simbiosis meutualisme ini disebabkan oleh kandungan alkaloidnya.

Angel’s trumpet dapat menjadikan kupu-kupu Placidula euryanassa sebagai agen polinator, di sisi lain kupu-kupu dapat memanfaatkan alkaloid dari daun tanaman ini sebagai agen pertahanannya.

Kupu-kupu ini menggunakan daun angel’s trumpet sebagai makanan utama larvanya, sehingga senyawa alkaloid beracun ini terakumulasi dalam tubuh larva dan dapat membuat predator vertebrata tidak dapat memakannya.

Placidula euryanassa (bioquipbugs.com)
Placidula euryanassa (bioquipbugs.com)

Selain membawa pengaruh baik bagi kupu-kupu Placidula euryanassa, senyawa alkaloid dalam tanaman ini pun tengah dikembangkan untuk pengembangan senyawa antikanker.

Senyawa alkaloid  yang terkandung di  dalam bunga angel’s trumpet tengah diuji dengan metode BST yang merupakan metode untuk pengujian senyawa antikanker.

Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak dari bunga ini potensial untuk dikembangkan sebagai antikanker di kemudian hari.

Disebut Nakal Karena Invasif

Di beberapa ekosistem hutan, angel’s trumpet merupakan tanaman yang tergolong invasif.

Jenis invasif atau Invasive Alien Species (IAS) merupakan jenis pendatang yang dapat berkembang biak dengan cepat dan mendominasi suatu kawasan sehingga menyebabkan pertumbuhan jenis-jenis tertentu menjadi terhambat.

Keberadaan jenis invasif di suatu ekosistem sangat berbahaya mengingat jenis invasif dapat bersaing dengan spesies asli kawasan dan menghalangi relung spesies asli untuk tumbuh.

Disamping itu juga dapat menurunkan keanekaragaman hayati ekosistem.

Keberadaan spesies tumbuhan asing invasif diketahui telah menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap ekosistem di kawasan-kawasan konservasi yang terinvasi.

Begitupun di ekosistem hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Di kawasan hutan alam TNGGP angel’s trumpet termasuk invasif.

Indeks nilai penting dari angel’s trupet adalah 5.85%. Besarnya indeks nilai penting di suatu spesies dapat mempengaruhi tingkat keinvasifan suatu spesies.

Salah satu penyebab keinvasifan angel’s trumpet adalah morfologi dari bijinya yang sangat mudah disebarkan oleh agen pemencar mekanis gravitasi atau air.

Buah Angel's Trumpet (anthrome.wordpress.com)
Buah Angel’s Trumpet (anthrome.wordpress.com)

Oleh karena itu, terkadang dilakukan proses eradikasi atau pemusnahan baik dengan agen biologis maupun mekanis.

Pemusnahan secara kimiawi atau dengan pestisida di kawasan hutan taman nasional cukup dihindari karena dampaknya terhadap ekosistem, dan pemusnahan dengan agen biologispun sangat diperhatikan dampaknya.

Upaya yang tepat untuk menangani invasi tanaman invasif adalah dengan melakukan perbaikan kanopi hutan dengan cara penanaman kembali.

Metode ini dapat dikatakan tepat karena tanaman invasif pada umumnya merupakan tanaman yang shade intolerant atau hanya dapat tumbuh di lahan terbuka.

Dengan menutup kembali kanopi, lambat laun dapat mengurangi jumlah tanaman invasif yang terdapat di ekosistem.

 

Referensi:

Wagstaff, D. J. (2008). International poisonous plants checklist: an evidence-based reference. Florida: CRC Press., Hlm 69. https://www.coastalbreezenews.com/articles/the-angels-have-arrived/  diakses pada 17 Agustus 2020, 22:41 WIB

Ilham Kurnia Abywijaya, Agus Hikmat, & Didik Widyatmoko. (2014). Keanekaragaman dan Pola Sebaran Spesies Tumbuhan Asing Invasif di Cagar Alam Pulau Sempu, Jawa Timur. Jurnal Biologi Indonesia 10(2): 221-235.

Tahan Uji, Sunaryo, Erlin Rachman,dan Eka Fatmawati Tihurua. (2010). Jenis Flora Asing Invasif di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Biota Vol. 15(2): 167−173.

 

Editor:
Mega Dinda Larasati

[/read]