Taman Nasional Gunung Rinjani: Letak, Luas dan Sejarah

Taman Nasional Gunung Rinjani adalah taman nasional yang sangat cocok untuk dijadikan wahana wisata alam bagi anda yang menyukai tantangan.

Taman Nasional yang biasa dikenal dengan singkatan TNGR ini memiliki daya tarik tertinggi dari objek kaldera dan Danau Segara Anak dengan anak gunungnya yang sangat menakjubkan.

Meskipun demikian, konservasi sangat penting dilakukan di wilayah TNGR karena wilayah ini berpotensi memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi mengingat wilayah ini berada di sebelah barat garis Wallace.

Danau Segara Anak dan Gunung Baru

1. Letak Geografis

Taman Nasional Gunung Rinjani secara geografis terletak di antara 8 derajat 18 menit 18 detik sampai dengan 8 derajat 32 menit 30 detik Lintang Selatan dan 116 derajat 21 menit 30 detik sampai dengan 116 derajat 34 menit 15 detik Bujur Timur.

Secara administratif, lokasi ini berada di wilayah Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

2. Luas Kawasan

Luas kawasan ini kurang lebih memiliki total wilayah seluas 40.000 hektare. Kawasan ini sama dengan kawasan taman nasional lainnya, memiliki berbagai zona untuk kepentingan pengelolaan. Contoh zona yang ada di TNGR adalah zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan, zona tradisional dan lain-lain.

[read more]

3. Iklim dan Topografi

Kawasan ini memiliki iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin muson tenggara (angin timur) yang sifatnya kering pada bulan April – September, dan angin muson barat laut yang sifatnya basah pada bulan Oktober – April.

Curah hujan berkisar antara 2.000 – 4.000 mm/tahun di bagian selatan dan tengah, sedangkan di bagian timur lebih kering dengan curah hujan rata-rata sekitar 1.200 mm/tahun. Jumlah hari hujan sendiri rata-rata sekitar 93 hari/tahun.

Topografi kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani berupa daerah yang bergunung-gunung dengan ketinggian 300 – 3.726 m dpl. Puncak tertingi TNGR merupakan puncak Gunung Rinjani yang memiliki ketinggian 3.726 m dpl yang sekaligus merupakan gunung tertinggi ketiga di Indonesia.

Berdasarkan kemiringan lereng, kawasan TNGR dibagi menjadi kelas lereng sedang (9% – 15%), terjal (16% – 45%), dan sangat terjal (di atas 45%).

Di wilayah ini terdapat beberapa gunung, di antaranya adalah Gunung Rinjani (3.726 m dpl) yang merupakan gunung berapi yang masih aktif, Gunung Sangkaraeng (2.914 m dpl), Gunung Buangmangge (2.895 m dpl), Gunung Baru (2.376 m dpl), dan Gunung Manuk.

Gunung-gunung yang ada di wilayah Taman Nasional Gunung Rinjani dipisahkan oleh lembah yang luas dan jurang yang dalam dengan lereng yang terjal dan berbatu.

Di ujung Barat Gunung Rinjani terdapat kaldera selebar 6 km dengan dinding yang tinggi dan curam yang lembahnya merupakan danau yang luas dan dangkal. Danau ini pula yang dikenal dengan nama Danau Segara Anak.

Danau Segara Anak terletak pada ketinggian 2.008 m dpl dengan air danau yang berbau belerang dan memiliki suhu yang berbeda-beda pada setiap bagiannya. Dari dalam danau ini muncul anak gunung berapi, yaitu Gunung Baru yang sebelumnya sudah disebutkan.

4. Sejarah Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani

Sejarah kawasan ini tercatat memiliki 2 kejadian penting.

Pada 17 Maret 1941 berdasarkan Surat Keputusan No. 15 Staatblad Nomor 77, pemerintah Belanda menyatakan status kawasan ini sebagai daerah Suaka Margasatwa Gunung Rinjani.

Pada 24 Maret 1990, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 448/Kpts-II/1990 pada “Pekan Konservasi Alam Nasional III” di Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyatakan bahwa status kawasan yang sebelumnya Suaka Margasatwa berubah menjadi Taman Nasional Gunung Rinjani dengan luas 40.000 ha.

5. Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem

Tipe ekosistem di TNGR sangat beragam, di antaranya adalah ekosistem hutan primer (40%), savana (40%), daerah tandus (10%), serta semak belukar, hutan tanaman, hutan pegunungan dan hutan sekunder (10%).

5.1 Keanekaragaman Flora Taman Nasional Gunung Rinjani

Jenis-jenis flora di wilayah ini dapat diklasifikasikan secara umum menjadi dua berdasarkan ketinggian tempat.

Ketinggian di bawah 1.000 m dpl ditumbuhi jenis-jenis tumbuhan:

  1. Beringin (Ficus superba)
  2. Garu (Dysoxylum)
  3. Jambu-jambuan (Myrtaceae)
  4. Deduren (Agalaia argentea)
  5. Pala Hutan (Myristica fatna)
  6. Manyering
  7. Mimba (Azadirachta indica)
  8. Bayur (Pterospermum javanicum)
  9. Randu Hutan (Gossampinus heptophylla)
  10. Lambudu (Lasianthus)
  11. Harendong (Melastoma)
  12. Rotan (Calamus)
  13. Jarong

Ketinggian di atas 1.000 m dpl ditumbuhi jenis-jenis tumbuhan:

  1. Meneni
  2. Malaka (Phyllanthus emblica)
  3. Kayu Jukut (Eugenia polyantha)
  4. Menang
  5. Garu (Dysoxylum)
  6. Sentul (Aglaia)
  7. Deduren
  8. Paku-pakuan
  9. Beringin (Ficus superba)
  10. Pandan (Pandanus)
  11. Gelagah (Saccharum spontaneum)
  12. Alang-alang (Imperata cylindrica)
  13. Edelweis
  14. Anggrek (Vanda)
  15. Lumut Jenggot (Usnea)
  16. Cemara Gunung (Casuarina junghuhniana)
  17. Bangsal (Engelhardita spicata)
  18. Kayu Raksasa
  19. Malela (Podocarpus)
  20. Teh Gunung
  21. Jambu-jambuan (Myrtaceae)

Di puncak gunung vegetasi didominasi oleh spesies-spesies rerumputan karena umumnya tanah mengandung pasir dan berbatu, tandus, serta hampir gundul. Di bagian selatan kawasan taman nasional ini terdapat lokasi reboisasi dengan jenis tumbuhan Kayu Manis, Suren (Toona sureni), Mahoni (Swietenia macrophylla), Nangka (Artocarpus integra), dan Kemiri (Aleurites moluccana).

5.2 Keanekaragaman Fauna Taman Nasional Gunung Rinjani

Beberapa jenis satwa dapat dijumpai di kawasan taman nasional ini. Berbagai satwa yang ada di wilayah ini di antaranya adalah:

  1. Rusa (Cervus timorensis)
  2. Kijang (Muntiacus muntjak)
  3. Babi Hutan (Sus vittatus)
  4. Landak (Hystrix javanica)
  5. Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
  6. Lutung (Trachypithecus auratus)
  7. Kelelawar Buah (Macroglossus minimus)

Selain itu, terdapat berbagai jenis burung, di antaranya:

  1. Kakatua Putih Kecil (Cacatua sulphurea occidentalis)
  2. Ayam Hutan Merah (Gallus gallus)
  3. Ayam Hutan Hijau (Gallus varius)

Burung endemik pun ditemui di kawasan ini, yaitu burung:

  1. Burung Madu (Lichmera lombokia)
  2. Uncal Buau (Macropygia emiliana)
  3. Walik Putih (Ptilinopus cinctus)
  4. Anis Nusa Tenggara (Zoothera dohertyi)

Satwa endemik lainnya yang ada di TNGR dan sangat penting untuk dikonservasi, di antaranya Musang Rinjani (Paradoxurus hemaproditus rinjanicus).

6. Keadaan Sosial Budaya Masyarakat Sekitar Taman Nasional

Taman Nasional Gunung Rinjani dan hutan di sekelilingnya menjadi kawasan yang vital dalam hal aspek hidrologis di Pulau Lombok. Tata kelola air di pulau ini sangat ditentukan oleh kualitas hutan yang berada di Taman Nasional Gunung Rinjani.

Di sekitar kawasan ini pula terdapat masyarakat yang sangat pluralistik. Masyarakat di sekitar kawasan taman nasional antara lain orang Bali yang menetap di Lombok, Suku Sasak, dan masyarakat Sumbawa. Penduduknya umunya masih dipengaruhi oleh kepercayaan animisme-dinamisme dan sering melakukan upacara ritual dengan berbagai kepentingan sebagai berikut:

  • Selamatan menjelang penanaman padi, yaitu kegiatan melepaskan ikan-ikan kecil yang berasal dari Danau Segara Anakan,
  • Mandi di sumber air panas berbelerang di hulu Sungai Kaliputih di dekat Danau Segara Anakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, dan
  • Mempercayai bahwa di Gunung Rinjani dan sekitarnya dihuni oleh banyak penunggu berupa makhluk halus.

Pertambahan penduduk berjalan pesat di desa-desa bagian selatan karena lebih awal berkembang dibandingkan daerah-daerah yang lain. Tingkat pendidikan masyarakat sekitar masih tergolong rendah. Sektor pertanian merupakan mata pencaharian yang dominan dan masyarakat masih memerlukan peningkatan kesejahteraan.

Interaksi masyarakat dengan hutan meliputi beberapa kegiatan, yaitu pengambilan kayu bakar, pembuatan arang, penebangan atau pengambilan balok, penggembalaan, perburuan, dan perladangan atau penggarapan lahan.

7. Kawasan Wisata yang Telah dan akan Dikembangkan

Alam di taman nasional ini memang menyimpan potensi sumber daya alam hayati yang luar biasa. Salah satu pemanfaatan dari kawasan taman nasional yang menjadi ikon Pulau Lombok ini adalah wisata alamnya.

7.1 Gunung Rinjani

Mendaki Gunung Rinjani

Gunung Rinjani merupakan tujuan wisatawan atau pendaki profesional (maupun kemampuan menengah) di berbagai pelosok tanah air, bahkan pendaki profesional sekaliber dunia pun sangat tertarik untuk menaklukan puncak Rinjani.

Gunung Rinjani dapat didaki melalui dua jalur, yaitu jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara lebih mudah untuk didaki, namun memerlukan waktu tempuh yang lebih lama. Sebaiknya apabila ingin mendaki, menggunakan jalur utara kemudian untuk menuruni gunung menggunakan jalur selatan. Jalur tersebut akan melewati Danau Segara Anak. Waktu yang diperlukan untuk mendaki Gunung Rinjani dapat memakan waktu sampai tiga hari dengan rincian sebagai berikut:

  • Hari pertama: Batu Koq – Senaru – Pos III
  • Hari kedua: Pos III – Pelawangan I – Danau Segara Anak
  • Hari ketiga: Danau Segara Anak – Pelawangan II – Padebelong – Sembalun

7.2 Danau Segara Anak

Taman Nasional Gunung Rinjani

Danau Segara Anak terletak di sebelah barat lembah Gunung Rinjani di ketinggian 2.008 m dpl dan dikelilingi oleh gunung-gunung yang merupakan dinding kaldera berwarna-warni.

Airnya berbau belerang (biasa digunakan untuk mandi air belerang atau air panas), dan pada setiap tempatnya memiliki suhu yang berbeda-beda.

Di tengah-tengah danau itu terdapat anak gunung yang bernama Gunung Baru dengan ketinggian 2.376 m dpl yang membuat panorama menjadi sangat eksotis.

7.3 Lokasi Wisata Lainnya

Lansekap Taman Nasional Gunung Rinjani

Kembang Kuning merupakan destinasi yang juga dapat anda kunjungi karena di daerah ini terdapat air terjun alami yang sangat memanjakan mata dan pikiran.

Sebau yang terletak antara jalan Pesugulan dan Sambalun merupakan tempat yang paling baik untuk melakukan relaksasi. Pasalnya di sini terdapat sumber air panas yang dapat digunakan untuk mandi atau berenang air belerang yang dapat menyehatkan.

Diotak Kokok Gading dan Sendang Gile merupakan tujuan wisata lainnya di kawasan TNGR. Di lokasi ini terdapat air terjun, tempat berenang, dan panorama alam yang sangat indah.

7.4 Penelitian di Taman Nasional Gunung Rinjani

Selain itu, di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani ini kita dapat melakukan penelitian sekaligus menikmati keindahan alamnya. Kawasan TNGR merupakan tempat yang menarik untuk diteliti flora dan faunanya. Biogeografinya merupakan bagian sub-region Wallace sehingga vegetasinya mewakili bentuk vegetasi Asia dan Australia.

Secara zoogeografis dikenal adanya garis Wallacea yang membatasi dua dataran/ wilayah utama (Oriental dan Australis) yang memanjang dari utara ke selatan antara Kalimantan dan Sulawesi serta antara Bali dan Lombok. Kawasan ini termasuk ke dalam wilayah Australesia dengan Pulau Lombok sebagai batasnya.

8. Organisasi Mitra dalam Pengelolaan TNGR

Taman nasional ini dikelola secara umum dan menyeluruh oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Rinjani (BBTNGR). Selain melakukan pengelolaan secara mandiri, BBTNGR bekerja sama dengan berbagai pihak, di antaranya adalah Badan Pengembangan Wallacea (BPW), PT. Sarbi Moerhani Lestari, dan Konsorsium Dataran Tinggi Nusa Tenggara serta pemerintah daerah setempat.

9. Peraturan Tertulis dan Tidak Tertulis yang Harus Ditaati ketika Berkunjung

Berikut adalah aturan-aturan yang harus ditaati bagi anda yang ingin menunjungi kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani.

  1. Setiap pengunjung yang memasuki kawasan TNGR diharuskan membayar uang masuk dan asuransi kecelakaan yang dikelola resmi oleh BBTNGR,
  2. Pengunjung domestik yang ingin melakukan penelitian atau kegiatan lain sejenis perlu mendapat izin. Izin ini dapat diurus dengan cara mengajukan permohonan tertulis kepada Pimpinan atau Pengelola Taman Nasional bersangkutan dan melampirkan proposal penelitian,
  3. Pengunjung asing yang ingin melakukan kegiatan survei, penelitian, atau kegiatan lain sejenis harus memiliki izin. Izin ini bisa didapatkan dengan cara mengajukan permohonan tertulis kepada Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia, serta melampirkan proposal penelitian dan surat rekomendasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
  4. Disarankan untuk mengunjungi Wisma Cinta Alam dan/atau Pusat Informasi Taman Nasional guna mendapatkan gambaran umum tentang taman nasional ini,
  5. Pengunjung yang memerlukam pemandu wisata dapat menghubungi Kantor Pengelola TNGR,
  6. Pendakian Gunung Rinjani harus didahului dengan melapor kepada petugas karena banyak daerah-daerah yang berbahaya untuk kegiatan pendakian dan disarankan membawa pemandu (guide) serta mendaki melalui Bayan atau Sembalun,
  7. Pengunjung yang memiliki tujuan berekreasi, terlebih dahulu harus mendapat izin dari Kantor Pengelola Taman Nasional ini,
  8. Pengunjung diharapkan untuk menjaga kebersihan kawasan dengan tidak melakukan tindak vandalisme dan/atau memahat pohon, batuan, bangunan, dan lain sebagainya,
  9. Mendirikan tenda terbatas pada tempat-tempat yang telah ditentukan,
  10. Penggunaan api dibatasi pada tempat-tempat yang telah ditentukan guna mencegah terjadinya kebakaran,
  11. Menjaga tata tertib, disiplin, dan menaati peraturan-peraturan lainnya selama berada di dalam kawasan, dan
  12. Setelah selesai melakukan pendakian/berkemah, diwajibkan untuk melapor kepada pihak TNGR

10. Akses menuju TNGR

Taman Nasional Gunung Rinjani dapat dicapai dengan menggunakan pesawat udara (jadwal penerbangan setiap hari) atau menggunakan transportasi darat dan laut menuju Mataran di Provinsi Nusa Tenggara Barat, dari Mataram dilanjutkan menuju desa-desa terdekat dengan kawasn melalui jalan aspal menggunakan kendaraan roda empat.

Beberapa jalur yang dapat ditempuh di antaranya:

  1. Dari terminal Bus di Sweta menuju Aikmel menggunakan bus, dilanjutkan menuju Sembalun Lawang atau Sembalun Bumbung menggunakan minibus atau berjalan kaki selama 5 jam.
  2. Mataram – Selong – Sambelia – Sembalun Lawang (140 km) menggunakan kendaraan umum melewati jalan aspal selama 4,5 jam. Dilanjutkan dengan berjalan kaku menuju lokasi (Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak) yang berjarak sekitar 25 km melalui jalan setapak selama 9 jam.
  3. Dari Terminal Bus di Sweta menuju Bayan, turun di Anyar dan dilanjutkan dengan menggunakan minibus menuju Batu Koq.
  4. Mataram – Bayan Senaru (82 km) menggunakan kendaraan umum melalui jalan aspal selama 2,5 jam. Dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju lokasi (Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak) yang berjarak sekitar 25 km melalui jalan setapak selama 9 jam.
  5. Mataram – Bayan – Torean (85 km) menggunakan kendaraan umum melalui jalan aspal selama 2,5 jam. Dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju lokasi (Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak) yang berjarak sekitar 20 km melalui jalan setapa dengan waktu tempuh selama 7,5 jam.
  6. Mataram – Masbagik – Kotaraja – Tetebatu (60 km) menggunakan kendaraan umum melalui jalan aspal selama kurang lebih 1,7 jam. Dari Tetebatu menuju Otakkoko/ Kembang Kuning ditempuh menggunakan kendaraan umum, dan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju lokasi (Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak) selama 30 jam.

11. Fasilitas dan Transportasi

Fasilitas yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani antara lain, Kantor Resort, Pemandu Wisata (di daerah Batu Koq, Sembalun, dan di Wisma Triguna di Ampenan), tempat berkemah, dan jalan setapak.

Beberapa penginapan sederhana yang dapat dijumpai di antaranya:

  • Di Batiu Koq terdapat Pondok Senaru, Homestay Guru Bakti, dan The Rinjani
  • Di Sapit terdapat Hati Suci Homestay

12. Kantor Balai Besar Taman Nasional Gunung Rinjani

Balai Besar Taman Nasional Gunung Rinjani (BBTNGR)
Telp. : (0365) 61060, 61173
Fax. : (0365) 61060
HP : 0812-384-7237
Email: forestry@indo.net.id

 

Referensi

Supriatna J. 2014. Berwisata Alam di Taman Nasional. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia

[/read]