Saya Bisa Ngobrol

Timbul dari Kegelisahan di dalam Ruang Kelas

Kegelisahan ini datang ketika mengikuti kuliah dari dosen yang tidak memiliki latar belakang keprofesian berkaitan dengan lingkungan. Beliau mengatakan bahwa suatu lembaga sosial masyarakat yang fokus di bidang lingkungan secara global menyatakan perkebunan kelapa sawit tidak baik untuk lingkungan karena menyebabkan deforestasi, namun lembaga tersebut tidak mencerdaskan masyarakat mengenai peristiwa tersebut secara jelas.

Beliau bertanya-tanya, “Mengapa perkebunan kelapa sawit itu menjadi penyebab deforestasi? Apa bedanya tegakan cemara dengan tegakan kelapa sawit, bukannya sama saja, sama-sama menyimpan cadangan karbon dan menyerap air?”.

Seketika itu saya gemas dan berkeinginan untuk mengklarifikasi ketidakjelasan itu, namun beliau seolah hanya melempar isu dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sebernarnya tidak ingin dijawab oleh mahasiswa pada saat itu juga, bukan saatnya untuk berdiskusi.

Kebakaran di Kebun Kelapa Sawit via beritadaerah.co.id

Berdasarkan kejadian itu, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada beliau, saya beranggapan bahwa ketika seseorang telah bergelut dalam bidang spesialis tertentu, bisa jadi orang tersebut kurang memiliki wawasan dari sudut pandang keprofesian yang lain.

Perasaan bersalah yang timbul setelah kejadian tersebut karena seolah menyetujui pernyataan-pernyataan yang menurut saya kurang tepat itu, membuat saya penasaran akan pandangan orang lain mengenai fenomena perkebunan kelapa sawit ini dan apa yang mereka ketahui tentang hal tersebut.

Saya berniat untuk sekadar betukar pikiran bersama teman-teman terdekat saya, dari latarbelakang keprofesian yang sama hingga keprofesian yang berbeda.

[read more]

Kelapa Sawit sebagai Pemenuh Kebutuhan Manusia

Seluruh komponen kelapa sawit memiliki manfaat dan nilai ekonomi bagi masyarakat. Beberapa di antaranya yaitu buah, cangkang, serabut, tandan kosong dan batang. Buahnya mengandung persentase rendemen minyak dalam jumlah tinggi dan berguna untuk kebutuhan manusia sehari-hari. Cangkang dan serabutnya dapat diolah menjadi fiber, wood pellet, arang, dan bahan bakar lainnya. Tandan kosongnya dapat diolah menjadi pupuk, sedangkan batangnya dapat diolah menjadi pulp kertas dan papan biokomposit karena mengandung ligniselulosa. Berdasarkan manfaat tersebut, kelapa sawit sangat berpotensi sebagai pemenuh kebutuhan manusia, mulai dari minyak hasil ekstraksi buah, hingga limbahnya juga.

Lahan perkebunan kelapa sawit memasuki 11% dari total luasan lahan gambut. Hal ini menjadi konsentrasi oleh para pegiat lingkungan terutama dalam lingkup kehutanan karena wilayah perkebunan sudah mulai merambah ke wilayah kehutanan yang dapat menimbulkan ancaman-ancaman lingkungan.

Gambut merupakan salah satu ekosistem lahan basah yang terbentuk dari bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna dan mampu menyerap dan menyimpan cadangan karbon dalam jumlah yang lebih besar dari tipe habitat lain serta berpengaruh penting terhadap iklim global.

Kelapa sawit akan tumbuh baik di tanah mineral, namun tanah mineral di Indonesia telah digunakan sebagai permukiman, kultivasi dan lainnya. Sehingga kini mulai ditanam kelapa sawit di lahan hutan gambut yang kaya akan materi organik dan mineral serta mudah dalam pengelolaannya, contohnya dalam pembukaan lahan dengan melakukan pembakaran.

Aktivitas perkebunan kelapa sawit dapat mengganggu keseimbangan kondisi fisik, kimia dan biologi lingkungan yaitu meningkatkan emisi karbon, menurunkan simpanan air tanah, menurunkan kekayaan biodiversitas ekosistem hutan gambut dan menghasilkan limbah kelapa sawit yang belum diolah secara efisien.

Dapat diketahui bahwa potensi kelapa sawit dalam bidang ekonomi dan sosial, khususnya di Indonesia memang tinggi, namun dalam pengelolaannya juga harus mempertimbangkan dari segi lingkungan.

Obrolan Polos nan Ringan

Menyadari bahwa tidak semua orang memahami manfaat, dampak, dan kondisi perkebunan kelapa sawit di lahan hutan Indonesia, saya menemukan peluang sebagai mahasiswa untuk menutupi rumpangnya upaya penyadaran atau penyebaran informasi kepada masyarakat.

Satu hal sederhana yang dapat saya lakukan yaitu mengobrol. Obrolan polos nan ringan dalam membagi pengetahuan dan wawasan mengenai fenomena perkebunan sawit yang mulai merambah ke wilayah hutan gambut ini sedikitnya memberi gambaran bahkan pencerdasan kepada orang-orang terdekat.

Bertukar pikiran bersama teman, terutama dengan mahasiswa berbeda jurusan dan berbeda kampus dapat membuat cara pandang kita berubah, terheran-heran dan tak jarang menjadi asing dengan sudut pandang orang lain. Teman-teman terdekatku ini lah yang nantinya akan menjadi orang-orang berpengaruh dalam bidangnya masing-masing dan saya ingin mereka memahami hal yang sederhana ini.

Saya telah mengobrol dengan beberapa teman dengan keprofesian yang berbeda, baik secara langsung maupun tidak langsung. Danang (Teknik Geodesi Itenas) dan Adhevita (Planologi ITB) mengetahui fenomena di hutan gambut mengenai isu sosialnya yaitu kebakaran akibat pembakaran pembukaan lahan dan ekstremnya kondisi lingkungan yang menyebabkan terganggunya kesehatan dan kegiatan ekonomi masyarakat sekitar wilayah kebakaran.

Saya membagi wawasan mengenai ekonomi, khususnya lingkungan kepada mereka dan saya pun mendapatkan ilmu baru tentang hal terkait yaitu bagaimana pengukuran fisik, kebijakan-kebijakan yang berlaku dan pengelolaan tata ruang lahan gambut dan lahan perkebunan.

Bintang (Teknik Perminyakan ITB) menyadari bahwa potensi perkebunan kelapa sawit sangat menguntungkan dalam segi ekonomi juga menyadari pentingnya konservasi dan pemulihan fungsi lahan yang telah dieksplorasi oleh pihak yang sudah mengambil manfaat penyediaan barang ekonomis itu sendiri.

Sukainah (Rekayasa Pertanian ITB) menyambut pertanyaan saya dengan antusias, ia menilai dari segi pengelolaan tipe ekosistem kultivasi yang mengedepankan kepraktisan yaitu pembukaan lahan dengan pembakaran yang tidak bijak tanpa memperhitungkan dampak terhadap lingkungan global, serta pengeksporan bahan mentah yang sebenarnya dapat memiliki nilai lebih tinggi jika ditawarkan setelah pengolahan lebih lanjut atau bahan siap pakai.

Terakhir, ketika saya bertanya kepada Zed (Kewirausahaan ITB) mengenai pandangannya mengenai fenomena perkebunan kelapa sawit, ia langsung mencari informasi dan membangun diskusi bersama teman-teman sekeprofesiannya. Zed mengungkapkan bahwa minyak kelapa sawit merupakan barang ekspor dengan keuntungan yang tinggi setelah keuntungan ekspor dari bahan tambang. Zed mengungkapkan sisi positif dan negatif dari pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan mengkaji hingga segi kebijakan pemerintahan.

Sebelum ini, saya selalu merasa terlalu kerdil dan tidak pantas untuk menyampaikkan ilmu sedikit dan hanya di permukaan saja. Sampai akhirnya, saya sadari bahwa siapa pun yang memiliki ilmu, walaupun sedikit, ilmu tetaplah ilmu.

Setiap orang pasti memiliki ilmu yang cukup untuk dibagikan kepada orang lain, kita hanya perlu menyadari bahwa di dalam diri kita terdapat ilmu yang bermanfaat, walaupun hanya sedikit. Maka dari itu, tidak perlu ragu untuk berbagi ilmu.

Nampaknya memang sederhana, tapi pengaruhnya, siapa yang tahu ternyata dengan mengobrol polos dan ringan dengan satu topik dari banyak isu lingkugan, ilmu dapat semakin berkembang dan bertambah. Bahkan dapat mengundang orang lain untuk membangun diskusi dengan orang lain. Dalam persiapannya pun, otak dan hati berusaha mendapatkan pemahaman yang semakin mendalam.

Harapan Suatu Generasi

Saya lahir di tahun 1997 dan menghabiskan banyak waktu untuk bertumbuh bersama orang-orang yang memiliki tahun kelahiran 1982-2004 atau yang sering disebut dengan Generasi Y. Teori mengatakan bahwa generasi ini memiliki pemikiran yang kritis dalam menciptakan barang atau jasa yang bermutu dan bernilai tinggi. Maka dari itu diperlukan analisis mengenai struktur dan fungsi ekosistem serta biodiversitas sehingga dapat dipahami jasa atau keuntungannya bagi kelangsungan dan kesejahteraan hidup manusia. Manusia pun akan mulai sadar dan mengapresiasi hal-hal yang dianggap bernilai bagi kehidupannya.

Peran yang dapat dimiliki oleh seorang mahasiswa yaitu menyadarkan sesama mahasiswa mengenai kepedulian alam melalui sebuah interaksi sederhana yaitu “Ngobrol”. Ngobrol dapat secara langsung atau pun tidak langsung mengajak orang dari disiplin ilmu yang berbeda-beda untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sumber daya alam yang lestari. Generasi Y yang terbuka kepada sudut pandang yang berbeda dan saling menghargainya dapat menjadi instrumen pembentukan tim yang mengemudikan pesawat luar angkasa kita, bumi.

[/read]