Rusa Bawean: Taksonomi, Status Kelangkaan, dan Fakta Unik

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam hayatinya sehingga dijuluki sebagai Negara Megabiodiversitas.

Banyak sekali flora dan fauna yang merupakan spesies asli atau endemik Indonesia.

Namun, hal tersebut menjadi tantangan karena banyak pula jenis-jenis keanekaragaman hayati endemik yang masuk dalam status sebagai hewan langka yang terancam punah salah satunya adalah Rusa Bawean.

Rusa ini merupakan hewan khas dari Indonesia namun sangat terancam kepunahannya karena jumlahnya yang sangat terbatas di alam.

Rusa ini juga memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dari rusa lainnya.

Namun, banyak hal yang membuat rusa ini terancam punah baik karena kerusakan habitatnya maupun akibat perburuan.

Rusa Bawean (instagram.com)

Berikut ini informasi lengkap mengenai Rusa Bawean. Simak ya!

1. Rusa Bawean dan Deforestasi

Pada masa Pemerintahan Belanda, telah dibuat berbagai peraturan dan kebijakan untuk mencegah terjadinya pemanfaatan sumber daya alam secara besar-besaran salah satunya perlindungan terhadap rusa endemik Indonesia.

Kebijakan tersebut dituangkan melalui Undang-undang Perlindungan Satwa Liar No. 134 dan No. 266 tahun 1931. Tetapi, Rusa Bawean tidak masuk dalam daftar pelindungan rusa khas Indonesia di peraturan tersebut. Jauh setelah itu, barulah dibuat peraturan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 yang memasukkan rusa ini sebagai hewan yang dilindungi.

Sekarang, satwa ini memiliki jumlah populasi yang sangat kritis dan terancam mengalami kepunahan. Habitatnya juga semakin berkurang luasnya karena banyak masyarakat yang mengalihfungsikan habitatnya menjadi ladang dengan melakukan pembakaran.

Selain itu, adanya rencana untuk menjadikan Pulau Bawean yang merupakan habitat asli rusa ini sebagai destinasi wisata dapat menjadi ancaman bagi satwa ini. Daerah penyebaran rusa ini juga menjadi yang tersempit jika dibandingkan dengan rusa tropis lainnya yaitu hanya 90 km persegi, sedangkan habitat terbesarnya merupakan Kawasan Suaka Margasatwa Pulau Bawean dengan luasan 3.831,6 hektare.

[read more]

2. Taksonomi

Taksonomi merupakan mengidentifikasi makhluk hidup berdasarkan ciri-cirinya ke dalam klasifikasi atau urutan tingkatan. Berikut klasifikasi pada Rusa Bawean:

Kingdom Animalia
Filum Chordata
Kelas Mammalia
Ordo Artiodactyla
Subordo Ruminansia
Famili Cervidae
Subfamili Cervinae
Genus Axis
Spesies A. kuhlii
Nama Binomial Axis kuhlii

Taksonominya sempat menjadi perbincangan karena ciri-ciri yang khas dari rusa ini. Rusa ini tidak mempunyai gigi taring sehingga terdapat beberapa opini dari para ahli taksonomi untuk mengklasifikasikannya kedalam genus Axis. Namun, ada juga yang menganggap bahwa satwa ini lebih cocok digolongkan ke dalam genus Cervus melalui perbandingan dengan keadaan tengkoraknya.

Ada pula yang menganggap bahwa satwa ini termasuk dalam genus Axis namun sub Hyelaphus karena morfologinya yang banyak menyerupai Rusa Hog dari Filipina.

Namun, pada akhirnya sepakat untuk memberi nama latin Axis kuhlii dengan beberapa alasan. Alasannya yaitu Rusa Bawean tidak memiliki gigi taring dan hanya ada gigi tengah dengan incisor yang membesar, struktur tanduknya yang menyerupai Axis porcinus, tengkoraknya juga pendek dan memiliki tulang hidung yang lurus, memiliki bulu yang pendek serta halus dengan tinggi gumba 165 cm, dan kelenjar metatarsal dan pedal yang lebih memiliki banyak kemiripan dengan rusa dari genus Axis. Sehingga nama binomial yang diberikan untuk rusa ini telah disetujui yaitu Axis kuhlii.

3. Morfologi Rusa Bawean

Apabila dibandingkan dengan rusa lainnya, Rusa Bawean memiliki tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan rusa jenis lainnya. Tingginya sekitar 60-70 cm. Beratnya dapat berkisar 50-60kg pada ukuran rusa dewasa, sedangkan pada saat lahir rusa betina memiliki bobot kisaran 1-1,5 kg dan rusa jantan 1,5-2 kg.

Ukuran panjangnya dari kepala hingga tubuh menyamping sekitar 140 cm. Tubuhnya yang lebih kecil menjadikannya terkenal sebagai rusa yang dapat berlari dengan sangat lincah khususnya jika akan disergap oleh pemangsa.

Panjang ekornya mencapai 20 cm dengan warna cokelat dan warna keputihan yang terdapat pada bagian lipatan dalam. Bulunya pendek dengan warna cokelat kemerahan. Di sekitar mulutnya memiliki warna bulu yang lebih terang dibandingkan warna bulu di sekitarnya untuk rusa betina. Rusa jantan memiliki bulu berwarna cokelat kehitaman.

Rusa yang masih kanak-kanak memiliki warna bulu yang berbeda dengan rusa yang sudah dewasa. Rusa yang masih kanak-kanak memiliki bulu dengan corak totol-totol dan seiring bertambahnya usia rusa, corak tersebut akan menghilang.

Di ujung matanya terdapat seperti lekukan sekitar 1-2 cm berukuran kecil dan bulu di bagian sekitar matanya agak kaku. Lekukan tersebut merupakan daerah kelenjar preorbital. Bulu di sekitar matanya berwarna putih. Lehernya juga terdapat bagian bulu yang berwarna putih. Lehernya berukuran panjang sehingga rusa bisa menoleh hampir sejajar dengan tubuhnya ke belakang. Telinga rusa jantan meruncing pada bagian ujungnya sedangkan rusa betina agak membulat.

Posisi tubuhnya agak menunduk karena bahu bagian depan yang lebih rendah daripada bahu bagian belakang sehingga terkesan seperti kijang. Tanduk hanya dimiliki oleh rusa jantan. Tanduknya sepasang dan bercabang tiga pada rusa dewasa, sedangkan rusa muda belum memiliki tanduk yang bercabang.

Pada rusa yang belum dewasa, tanduk terlihat seperti tonjolan yang ada di samping dahi. Tanduk tersebut akan tumbuh sempurna memanjang dan bercabang 3 pada usia 20-30 bulan. Tanduknya juga mengalami patah tanggal kemudian diganti dengan tanduk baru dan menjadi tanduk tetap pada usia 7 tahun sehingga tidak lagi mengalami proses patah tanggal. Tanduk ini berfungsi untuk mendapatkan rusa betina pada musim kawin. Tidak memiliki gigi taring dan gigi tengahnya agak membesar.

4. Habitat

Rusa ini merupakan hewan endemik Indonesia yang memiliki habitat di Pulau Bawean yang terletak di kawasan Laut Jawa dengan jarak 150 km di sebelah utara Surabaya. Habitat alaminya beragam tergantung aktivitas yang dilakukan. Habitatnya terdiri dari berbagai macam tipe seperti savana, hutan dengan yang rapat hingga semak-semak.

Hutan dengan ketinggian kurang lebih 500 mdpl adalah tempat baginya untuk melakukan aktivitas. Vegetasi yang rapat dijadikan sebagai tempat untuk bernaung saat istirahat dan kawin. Selain itu, juga sebagai tempat persembunyian dari pemangsa. Savana merupakan tempat untuk mencari dan mendapatkan pakan.

Rusa ini merupakan hewan nocturnal yaitu melakukan kegiatan atau aktivitas pada malam hari dan beristirahat di siang hari.

5. Status Kelangkaan

Catatan dari Balai Besar Konservasi Sumber Alam Provinsi Jawa Timur jumlah populasi Rusa Bawean pada tahun 2016 adalah 303 individu yang mengalami penurunan dari tahun 2015 sebanyak 325 individu.

Uni Internasional untuk Konservasi Alam atau IUCN menetapkan bahwa satwa ini masuk kategori kelangkaan spesies Critically Endangered atau kritis. Artinya, Rusa Bawean yang merupakan spesies yang memiliki resiko kepunahan paling tinggi dalam waktu terdekat.

Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora atau biasa disebut CITES juga menyatakan bahwa satwa tersebut berada pada status Appendix 1. Artinya, Rusa Bawean memiliki jumlah yang sangat sedikit di alam sehingga tidak boleh diperjualbelikan ataupun diperdagangkan.

Upaya perlindungan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kepunahan adalah dengan penangkaran serta konservasi secara ex-situ di Kebun Binatang Surabaya.

Edukasi terhadap masyarakat juga diberikan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya satwa langka di ekosistem. Sehingga, diharapkan masyarakat akan semakin peduli terhadap status kelangkaan hewan tersebut dan tidak lagi melakukan perburuan liar khususnya terhadap satwa langka.

Usaha konservasi lainnya juga dengan menerapkan sanksi atau tindak pidana hukum  bagi pihak yang menangkap, memperjualbelikan, ataupun melakukan perburuan terhadap rusa ini. Ancaman pidana terhadap pelanggar hukum ini adalah penjara paling lama 5 tahun serta denda paling banyak sebesar Rp 1.000.000.000 yang tertera pada UU Nomor 5 tahun 1990.

6. Fakta Unik Rusa Bawean

Ukuran tubuhnya yang kecil menjadikan rusa ini dapat bergerak dengan gesit untuk menghindar dari serangan musuh. Rusa ini memiliki tinggi tubuh 60-70 cm dan berat sekitar 55 kg, sehingga ringan bagi mereka untuk berlari menjauh dari serangan predator.

Selain itu, satwa langka ini memiliki cara berjalan yang unik yaitu mampu berjalan dalam durasi atau waktu yang cukup lama yaitu sekitar 7 jam tanpa henti. Hal ini karena adanya insting yang dimiliki sehingga dapat menghindari predator secara perlahan.

Koloni Rusa Bawean (instagram.com)

Selain itu, tanduk merupakan lambang kehormatan bagi rusa jantan. Tanduklah yang digunakan sebagai senjata antar rusa jantan untuk memperebutkan rusa betina pada masa musim kawinnya. Rusa memiliki pertumbuhan tanduk yang paling cepat di antara hewan-hewan bertanduk lainnya.

Pertumbuhan tanduknya adalah 1 inch hingga 2 inch setiap minggunya. Setiap satu atau dua hari sekali, rusa ini juga menggosok tanduknya agar mengurangi laju pertumbuhan dari tanduk tersebut.

Rusa ini memiliki waktu kehamilan selama 225-230 hari pada bulan kelahiran di rentang Februari sampai bulan Juni. Dengan waktu kehamilan seperti itu, rusa ini hanya melahirkan satu individu anak tunggal rusa sehingga keberadaan jumlah populasinya juga tidak bisa meningkat dengan drastis.

Selain itu, rusa ini juga memiliki cara hidup berada di kaki-kaki lereng karena sangat sensitif termasuk kepada manusia. Hal tersebut dapat dilihat dari insting alamiah yang dimilikinya sehingga mampu menghindar dari pemangsanya dalam waktu yang lama secara perlahan. Satwa liar ini juga termasuk hewan yang mudah stres ketika habitatnya terganggu oleh manusia.

Pada Asian Games ke 18, Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggara ajang olimpiade olahraga terbesar di Asia yang telah dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2018. Berbagai persiapan juga telah dilakukan untuk mendukung keberhasilan berlangsungnya acara ini.

Telah terpilih tiga maskot oleh panitia penyelenggara acara yang berasal dari tiga hewan khas atau endemik Indonesia. Salah satu dari ketiga hewan tersebut adalah Rusa Bawean. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat Indonesia maupun internasional dapat semakin mengenal hewan tersebut.

Jika dibandingkan dengan hewan lainnya yaitu Burung Cendrawasih dan Badak Bercula Satu, rusa ini yang paling tidak lazim dikenali oleh masyarakat. Oleh karena itu melalui maskot ini diharapkan semakin banyak orang yang mengetahui serta mengenali satwa ini.

Sangat penting untuk mengetahui hewan-hewan endemik Indonesia, terutama hewan yang terancam kepunahannya. Bertambahnya wawasan tentang salah satu satwa langka yaitu Rusa Bawean akan meningkatkan rasa kepedulian juga terhadap pembaca. Sehingga, dapat membantu dalam perlindungan hewan ini dari ancaman kepunahan.

Editor:
Mega Dinda Larasati

[/read]