Hal apa yang terlintas di pikiran Anda ketika mendengar kata Indonesia? Malas, Bodoh, dan Miskin? Atau justru negara agraris, maritim, dan kaya akan keindahan alam? Kedua fakta tersebut tentu bukanlah fakta yang salah mengenai Indonesia. Terkadang, Indonesia memang lebih dikenal dengan hal-hal negatifnya, karena pada faktanya negara ini merupakan negara bekas jajahan yang masih dalam proses berkembang melalui pembangunan-pembangunan, baik dari segi pembangunan infrastruktur, pemerintahan, ataupun sumberdaya manusianya. Namun di sisi lain, Indonesia merupakan negara yang terdiri dari 14.572 pulau pada tahun 2015 dan memiliki kekayaan alam serta kebudayaan yang beragam (Ambari 2017). Hal tersebut yang membuat banyak pandangan berbeda dari orang-orang berkaitan dengan Indonesia.
Sejak merdeka di tahun 1945 hingga saat ini Indonesia terus melakukan pembangunan dalam berbagai aspek untuk mencapai cita-citanya diantaranya memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) merupakan lembaga yang dibentuk pemerintah untuk membuat perencanaan terkait pembangunan di Indonesia untuk mencapai cita-cita tersebut sejak zaman kemerdekaan, diantaranya melalui Panitia Pemikir Siasat Ekonomi yang kemudian menghasilkan dokumen Dasar-Dasar Pokok Daripada Plan Mengatur Ekonomi Indonesia, Pembangunan Jangka Panjang (PJP) yang diimplementasikan melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dari tahun 1969-2019, serta Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dari tahun 2005-2025 yang diimplementasikan melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) setiap 5 tahunnya (Bappenas 2019).
Keberhasilan implementasi program-program tersebut tentu tidak lepas dari peran berbagai pihak yang terlibat, karena cukup sulit bagi pemerintah untuk melakukan rencana-rencana pembangunan tersebut dengan luasan Indonesia yang cukup besar. Salah satu pihak yang turut berkontribusi dalam mengimplementasikan pembangunan-pembangunan di Indonesia adalah KORINDO. Perusahaan kehutanan yang didirikan pada tahun 1969 dan berfokus pada usaha pengembangan hardwood di awal masa berdirinya ini merupakan perusahaan yang turut serta menciptakan pembangunan di beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di wilayah yang berbatasan dengan area usaha hutan mereka. Pembangunan tersebut meliputi bidang pendidikan, infrastruktur, kesehatan, ekonomi serta lingkungan.
Seiring berjalannya waktu, KORINDO mulai mengembangkan bisnisnya pada pengelolaan plywood di tahun 1979 dan beralih pada bisnis pemasok kertas koran domestik di tahun 1984. Peralihan tersebut terjadi seiring dengan timbulnya kebijakan pelarangan ekspor hardwood dan pembatasan terhadap industri pengolahan sekunder yang mulai banyak berkembang di tahun 1983. Keberhasilan perusahaan ini dalam menjadi pemasok kertas koran domestik didukung dengan seruan pemerintah untuk melakukan pembaruan terhadap industri kertas koran domestik yang sebelumnya sangat bergantung pada produk kertas koran impor. Pengembangan-pengembangan usaha tersebut secara tidak langsung semakin memperkuat peran KORINDO dalam pembangunan di Indonesia, khususnya dalam bidang ekonomi.
Tahun 1993 KORINDO mulai bergerak dalam usaha perkebunan yaitu perkebunan karet, kemudian di tahun 1995 KORINDO mulai memasuki bisnis kelapa sawit, hingga tahun 1998 KORINDO mulai membuat perkebunan kelapa sawitnya sendiri. Bentuk-bentuk usaha perkebunan tersebut, selain melihat adanya potensi keuntungan secara ekonomi untuk pihak perusahaan, secara tidak langsung juga menjadi solusi lain bagi perusahaan untuk berkontribusi terhadap program pembangunan pemerintah yakni memajukan kesejahteraan serta mencerdaskan kehidupan masyarakatnya sehingga dapat terwujud perubahan untuk Indonesia yang lebih baik. Hal tersebut sangat sejalan dengan visi KORINDO yakni membangun hubungan yang harmonis antara kegiatan bisnis perusahaan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan lain untuk meningkatkan kesejahteraan serta kemandirian secara terus-menerus.
[read more]
Kontribusi yang diberikan oleh KORINDO untuk mencerdaskan kehidupan bangsa diantaranya meliputi 8792 beasiswa untuk melanjutkan sekolah, pembuatan 109 sekolah, penyediaan 208 pengajar, serta pengadaan 36 bus sekolah. Sedangkan kontribusi dalam memajukan kesejahteraan masyarakatnya selain di bidang ekonomi dengan meningkatnya jumlah ketersediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat juga terlihat pada pembuatan beberapa infrastuktur umum seperti jalan raya, jembatan, sarana ibadah, penyediaan listrik, serta pemasokan air bersih pada wilayah-wilayah tertentu.
Wilayah-wilayah yang merasakan dampak dari kontribusi KORINDO dalam pembangunan nasional untuk guna mewujudkan cita-cita negara dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum memang belum bisa mencapai setiap sudut di wilayah Indonesia, akan tetapi kontribusi perusahaan dalam berbagai bidang tersebut telah dirasakan oleh masyarakat di sekitar wilayah kerja KORINDO yang meliputi Pulau Bintan, Jawa, Kalimantan, Ambon, Maluku, serta Papua. Bahkan di Pulau Papua, KORINDO turut berperan serta dalam program Bangun perbatasan jadi terasnya Indonesia.
Salah satu wilayah yang menjadi bukti suksesnya KORINDO dalam berkontribusi membangun Indonesia, tepatnya membangun daerah perbatasan, adalah wilayah Boven Digoel dan Merauke. Kedua wilayah ini merupakan wilayah yang dianggap sebagai batas terluar Indonesia yang sukses dibangun dalam program Bangun perbatasan jadi terasnya Indonesia. Daerah ini dikenal dengan istilah lain sebagai daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Istilah terdepan dan terluar diberikan karena wilayah ini merupakan wilayah yang berada di baris paling depan sekaligus paling luar atau dapat disebut sebagai wilayah yang menjadi garis tepi perbatasan Indonesia dan negara lainnya. Selain letaknya yang berada di garda terdepan dan terluar, daerah ini juga belum banyak mengalami pembangunan infrastruktur, maka dari itu disebut pula sebagai daerah tertinggal. Maka dari itu, program Bangun perbatasan jadi terasnya Indonesia bermaksud untuk menjadikan wilayah terluar atau wilayah perbatasan, menjadi sesuatu yang indah dan dapat dinikmati oleh semua pihak.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019, yang merupakan dasar pemerintah periode 2015-2019 melakukan pembangunan di Indonesia, daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) menjadi salah satu agenda prioritas pemerintah di tahun 2015-2019 tersebut. Secara keseluruhan rencana tersebut disusun dalam 3 buku, yakni buku yang berisi agenda prioritas pembangunan nasional di tahun 2015-2019 yang dikenal dengan istilah nawa cita, buku yang berisi program dan kegiatan untuk seluruh pembangunan, serta buku yang berisi penjabaran program pembangunan ke dalam wilayah. Berkaitan dengan rencana tersebut, KORINDO hadir kembali membawa perubahan untuk Indonesia yang lebih baik.
Selain indsutri ramah lingkungan pada bidang kehutanan dan perkebunan kelapa sawitnya, di wilayah Papua, KORINDO turut serta berkontribusi dalam pendirian fasilitas pendidikan dan medis di wilayah Merauke dan Boven Digoel. Kontribusi tersebut menurut catatan tercatat mencapai 60%. Bahkan di tahun 2017, salah satu fasilitas medis tersebut yang dikenal dengan nama Klinik Asiki, telah menjadi klinik terbaik di tingkat Papua menurut BPJS Kesehatan. Tidak hanya fasilitas klinik yang modern, penyediaan jasa berupa mobile service ke wilayah kampung-kampung terpencil juga disediakan sebagai upaya untuk meningkatkan aksesibilitas serta pemanfaatan pelayanan kesehatan yang merata ke daerah-daerah.
Atas segala usahanya dalam membuat perubahan untuk Indonesia yang lebih baik KORINDO berhasil meraih penghargaan Padmamitara Award pada salah satu unit bisnisnya di Papua (PT Tunas Sawa Erma/TSE). Penghargaan ini merupakan penghargaan tingkat tertinggi yang diberikan oleh negara kepada dunia usaha atas kontribusi dan perhatiannya kepada kondisi sosial masyarakat. Suksesnya kontribusi KORINDO dalam berkontribusi di bidang sosial, khususnya di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal), juga diiringi dengan berbagai penghargaan lain pada bidang pendidikan tinggi di Indonesia.
Hal ini secara tidak langsung telah menunjukkan bahwa setiap pihak ataupun individu dapat memilih perannya masing-masing untuk berkontribusi dalam pembangunan di Indonesia, guna menciptakan suatu perubahan untuk Indonesia yang lebih baik. Jadi, kalau KORINDO bisa berkontribusi untuk Indonesia, maka kontribusi apa yang kamu pilih untuk Indonesia yang lebih baik?
Referensi:
https://www.korindo.co.id/sustainability/?lang=id#keberlanjutan-csr
https://www.korindo.co.id/group-profile/?lang=id#jaringan-global
Ambari M. 2017. Bukan 13466 pulau, indonesia kini terdiri dari.[internet]. Dapat diakes pada: https://www.mongabay.co.id/2017/01/12/bukan-13-466-pulau-indonesia-kini-terdiri-dari/.
[Bappenas]. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2014. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 Buku I Agenda Pembangunan Nasional. Jakarta (ID): Bappenas.
[/read]