Komodo (Varanus komodoensis), Kadal Besar Nan Eksotik

Komodo (Varanus komodoensis) merupakan salah satu satwa endemik Indonesia yang paling dikenal masyarakat dunia. Satwa liar ini memiliki habitat utama di Pulau Komodo yang telah ditetapkan sebagai taman nasional. Pulau ini bahkan dinobatkan sebagai salah satu dari 7 Keajaiban Dunia yang harus dijaga oleh UNESCO (United Nations of Educational Scientific and Cultural Organization).

Satwa liar yang diklasifikasikan ke dalam keluarga biawak ini menjadi salah satu daya tarik wisatawan dan peneliti, baik lokal maupun internasional.

Satwa liar ini juga sering digunakan oleh Indonesia sebagai maskot atau hewan yang dibanggakan di kancah nasional maupun internasional. Oleh karenanya, hampir selalu ada pengunjung di Taman Nasional Komodo sepanjang tahun.

Satwa liar ini adalah hewan purba yang unik. Kadal besar satu ini adalah salah satu hewan tertua yang masih hidup di bumi. Selain kanibal, ternyata satwa liar ini juga bisa berenang dan memanjat pohon. Yuk kenalan lebih jauh dengan reptil yang satu ini.

Komodo

1. Taksonomi

Satwa liar ini diklasifikasikan masuk dalam keluarga kadal (varanus) oleh Lembaga Ilmu Pendidikan Indonesia (LIPI). Ouwens (1912) dalam Grzimek (1975), mengklasifikasikan satwa liar ini sebagai berikut [1]:

Klasifikasi Keterangan
Kingdom Animalia
Phylum Chordata
Sub-Phylum Craniata
Class Reptilia
Sub-Class Lepidosauria
Ordo Squamata
Sub-Ordo Sauria
Infra Ordo Varanomorpha
Family Varanidae
Genus Varanus
Spesies Varanus komodoensis

Terdapat perbedaan pendapat tentang klasifikasi satwa liar ini. Perbedaan pendapat tersebut dinyatakan oleh Surahya (1989) [2], setelah menyelesaikan penelitiannya terhadap satwa liar ini yang meliputi penelitian anatomi dan sistemik. Menurut Surahya, satwa liar ini lebih tepat diklasifikasikan dengan spesies Mosasaurus komodoensis.

Alasan yang mendasari pendapat Surahya adalah perbedaan yang terdapat pada beberapa bagian tubuh satwa liar ini dengan genus Varanus, atau yang lebih dikenal sebagai biawak.

Salah satu contohnya adalah pada gigi komodo yang terdiri dari beberapa baris, sedangkan pada biawak hanya ada satu baris saja. Gigi yang berjajar beberapa baris tersebut merupakan ciri dari hewan dengan genus Mosasaurus.

Selain itu, perbedaan juga terdapat pada persendian di mana sendi kaki satwa liar ini berbentuk hampir rata, sedangkan biawak berbentuk seperti bola. Bentuk sendi yang hampir datar membuat komodo tak bisa menggerakkan kakinya dengan bebas ke kiri dan ke kanan, namun hanya ke depan dan kebelakang saja.

Ini berbeda dengan kadal yang bisa dengan bebas ketika menggerakkan keempat kakinya.

Lebih lanjut, menurutnya, komodo merupakan satu-satunya mosasaurus yang bisa bertahan hingga saat ini.

Namun, keyakinan Surahya belum bisa disetujui oleh LIPI karena hewan ini masih dicatat dalam genus Varanus. Begitu juga dunia internasional dengan genus yang sama.

2. Status Kelangkaan

Meskipun menjadi salah satu hewan purba yang masih hidup, satwa liar ini dinyatakan sebagai hewan yang populasinya stabil. Total populasi satwa liar ini pada tahun 2017 mencapai 3012 ekor yang tersebar di habitatnya.

Jumlah ini mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya yang dipengaruhi oleh penambahan populasinya di Pulau Gili Motang dan Nusa Kode [3].

Jumlah ini dapat meningkat maupun menurun di tahun 2018 karena beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain pengurangan jumlah komodo usia dewasa karena mati dan reproduksi yang meningkat berkat keberadaan komodo usia produktif.

Fluktuasi ini masih tak bisa diprediksi karena keunikan pola hidup komodo usia dewasa yang bersifat kasta yaitu komodo dewasa menguasai yang lebih kecil.

Komodo dewasa bisa bersifat kanibal terhadap komodo yang lebih kecil. Jika komodo dewasa berkurang, kemungkinan hidup komodo kecil meningkat karena jumlah predator berkurang sehingga kegiatan observasi masih akan terus dilakukan.

Stabilnya jumlah populasi ini memberikan kelegaan bagi banyak pecinta binatang dan petugas pos penjaga. Hal ini membuat kekhawatiran akan punahnya salah satu hewan purba ini masih dapat dicegah.

[read more]

3. Habitat Alami

Habitat-Komodo

Satwa liar ini menyukai savana dan daerah yang panas. Hal tersebut dikarenakan savana memiliki lebih dari 70% wilayah berupa rerumputan kering. Kondisi wilayah yang demikian menjadi tempat yang ideal untuk berkamuflase.

Satwa liar ini melakukan kamuflase untuk tujuan berlindung, berkumpul, dan memburu mangsa. Sementara untuk sarang, satwa liar ini biasanya membuat lubang-lubang di sekitar pinggiran sungai atau bebatuan.

Di habitatnya, satwa liar ini hidup di daerah yang berbukit-bukit dengan ketinggian maksimal 735 mdpl dengan kemiringan 10°-40°. Suhu yang ada di wilayah tersebut sangat tinggi dengan musim kemarau yang panjang dan suhu rata-rata 23°C – 40°C. Kelembaban yang sesuai untuk habitat satwa liar ini berkisar 45-75% [4].

Wilayah yang panas cocok untuk satwa liar ini karena satwa ini memiliki darah dingin. Panas membantu satwa ini memperlancar pencernaan dan kesehatannya. Oleh karena itu, para wisatawan akan sering menjumpai satwa ini sedang berjemur, terutama setelah menyantap makanan mereka.

4. Sebaran

Sebagai hewan endemik Indonesia, komodo hanya hidup di wilayah Indonesia saja yang terdiri dari pulau-pulau yang saling berdekatan. Hal ini membuatnya hanya bisa ditemui di tempat tersebut saja.

4.1 Hidup Hanya di Lima Pulau

Komodo diketahui hidup di lima pulau di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat. Lima pulau tersebut di antaranya Pulau Komodo, Pulau Padar, Pulau Rinda, Pulau Nusa Kode, dan Pulau Gili Motang.

Salah satu dari kelima pulau tersebut dinobatkan menjadi 7 Keajaiban Dunia oleh UNESCO (United Nations of Educational Scientific and Cultural Organization).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan petugas di pos jaga Loh Liang di Pulau Komodo, satwa liar ini seringkali terlihat di lembah yang banyak ditumbuhi oleh pepohonan dan puncak bukit yang terdapat banyak pohon. Sementara di lereng bukit yang ditumbuhi sedikit pohon, satwa ini jarang terlihat [5].

Meskipun dikenal sebagai hewan endemik Indonesia yang hanya hidup di lima pulau tersebut, satwa liar ini sebenarnya merupakan hewan yang berasal dari Australia. Berdasarkan temuan peneliti, satwa ini menyebar dan mencapai pulau Flores sekitar 900.000 tahun yang lalu.

Para peneliti menemukan fosil-fosil satwa liar ini yang berusia 400.000 tahun hingga 3 juta tahun di bagian timur Australia. Mereka kemudian memperkirakan satwa ini hilang dari Australia sekitar 50.000 tahun yang lalu [6]. Oleh karena itu hingga saat ini satwa liar ini dikenal sebagai hewan asli Indonesia.

4.2 Bisa Berenang, tapi Tidak Bisa Menyeberang ke Pulau Lain

Pernah menyangka kalau sebenarnya komodo adalah hewan yang pandai berenang? Ya, satwa ini sebenarnya bisa berenang, namun hanya sampai jarak 200-300 m saja. Itulah mengapa satwa ini tak pernah bisa berpindah ke pulau lain selain lima pulau yang mereka huni saat ini.

Namun, meski hanya terdapat di lima pulau, komodo dapat menguasai hampir seluruh wilayah di pulau-pulau tersebut. Hal ini disebabkan oleh daya jelajahnya yang tergolong tinggi dan merupakan salah satu predator puncak di pulau tersebut.

5. Morfologi

Fisik komodo menyerupai biawak pada umumnya, hanya saja ukurannya lebih besar dan lebih panjang dibanding biawak. Hewan ini bisa tumbuh sangat panjang dan besar. Komodo dewasa bisa mencapai panjang lebih dari 3 m dengan bobot yang dapat melampaui 150 kg. Oleh karenanya, satwa ini juga dikenal sebagai kadal terbesar di bumi.

Komodo memiliki kepala yang lebih kecil dari tubuhnya, dan memanjang menyerupai kadal. Ia memiliki mata yang kecil dan mulut yang memanjang ke belakang.

Di dalam mulutnya, satwa ini memiliki sekitar 60 buah gigi dan sebuah lidah yang panjang dan bercabang di ujungnya. Lidah ini memiliki fungsi sebagai alat untuk menganalisis kondisi di sekitarnya.

Kulit satwa ini ditutupi oleh sisik granular yang membuatnya sangat keras. Hal ini menyebabkan terbentuknya lipatan-lipatan yang ada di beberapa bagian, seperti leher, dan pergelangan kakinya.

Warna kulit satwa liar ini berbeda antara yang muda dan dewasa. Komodo muda memiliki lebih banyak variasi warna, seperti kuning, hijau, dan abu-abu. Setelah tumbuh dewasa, perlahan warna tersebut memudar dan berubah menjadi gelap cenderung hitam. Perbedaan warna inilah yang sering digunakan oleh manusia untuk membedakan usia komodo secara kasat mata.

Membedakan antara komodo jantan dan betina cukup mudah karena keduanya memiliki bentuk tubuh yang berbeda. Pejantan memiliki postur tubuh yang gagah, ukuran lebih besar dengan kaki yang lebih keluar. Sebaliknya betina, memiliki kepala yang sedikit lebih lonjong, tubuh yang kurang tegap, dan ukuran badan yang lebih kecil.

Satwa ini juga dikenal sebagai hewan yang dapat berlari dengan kencang. Satwa ini bisa berlari hingga kecepatan 20 km/ jam atau sama dengan rata-rata kecepatan manusia berlari. Meskipun sebenarnya kecepatan ini masih belum bisa digunakan untuk mengejar mangsa, namun satwa ini masih memiliki cara lain untuk berburu yaitu dengan mengejutkan mangsanya.

6. Makanan

Komodo-(Varanus-komodoensis)-satwa-kanibal

Komodo adalah salah satu predator puncak di wilayahnya. Ia juga dikenal sebagai hewan yang oportunis dalam mencari makan. Pada umumnya, satwa liar ini akan berburu dalam mencari makan, namun pada kondisi tertentu satwa ini juga suka memakan bangkai dan memakan komodo yang lebih muda.

Sekali makan satwa liar ini bisa menghabiskan makanan yang setara dengan 80% bobot tubuhnya. Jumlah tersebut akan mencukupi kebutuhan makanannya sampai dengan sebulan berikutnya tanpa makanan.

Satwa ini menjunjung tinggi nilai kasta, dimana komodo dewasalah yang memiliki kuasa untuk melakukan sesuatu, termasuk proses makan. Komodo yang lebih muda akan makan ketika komodo dewasa selesai dengan makanannya. Artinya komodo muda akan mendapatkan makanan sisa dari komodo dewasa.

6.1. Pemburu

Hewan yang sering diburu dan dimakan satwa ini adalah rusa, babi hutan, unggas, telur, ular, dan beberapa hewan lainnya. Seekor komodo bisa memangsa seekor kerbau sendirian.

Banyaknya makanan yang dimakan menyebabkan satwa liar ini bisa bertahan tanpa makan selama sebulan lamanya. Hasil pencernaan yang dihasilkan dari makanan tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak di bagian ekor satwa liar ini sehingga ketika membutuhkan nutrisi dan kehausan, sistem pencernaan satwa ini akan mengambilnya dari ekor. Itulah mengapa ekor satwa liar ini terlihat besar dan berat.

Satwa liar ini sering kali berburu dengan berkamuflase di tengah padang rumput dan menunggu mangsanya lewat. Kemudian secara tiba-tiba ia akan menggigit mangsanya dan membiarkannya kabur dan mati karena gigitannya.

Hewan-hewan yang terkena gigitan satwa liar ini tak akan bisa bertahan lebih dari satu hari setelah digigit. Hewan tersebut akan mati karena air liur satwa ini mengandung lebih dari 60 jenis bakteri yang sangat berbahaya bagi mangsanya [7].

6.2. Pemakan Bangkai

Meskipun berstatus sebagai predator, satwa liar ini lebih sering mendapatkan makanan dari bangkai-bangkai hewan yang ada di sekitarnya. Hal ini dikarenakan satwa ini memiliki penciuman yang sangat tajam yang membuat ia dapat mendeteksi makanannya hingga 5 mil (lebih dari 7 km) jauhnya.

Ketika memakan bangkai, satwa ini bisa memakan apapun dan tak akan memilih apa yang akan dimakannya. Bahkan, di beberapa kejadian, satwa ini bisa menggali makam manusia yang baru dimakamkan. Oleh karenanya, warga lokal memindahkan kuburan saudara mereka ke wilayah yang tak terjangkau oleh satwa liar ini.

6.3. Kanibal

Satwa liar ini dikenal dengan gaya hidup kasta, yang artinya komodo dewasa menguasai komodo yang lebih kecil. Ketika makan komodo dewasa akan makan terlebih dahulu sampai kenyang, lalu daging yang tersisa akan dimakan oleh komodo muda.

Pada kondisi yang sangat sulit mendapatkan makanan lain, komodo dewasa akan mencoba memakan komodo muda. Ini umum ditemukan, terutama di sebuah koloni dalam jumlah besar.

Oleh karena itu, setelah lahir komodo kecil akan segera memanjat pohon dan tinggal di sana hingga mereka cukup pandai berburu dan bertahan hidup di daratan sendiri. Di atas pohon, komodo kecil akan memakan burung, telur, dan tikus.

7. Perkembangbiakan

Satwa liar ini menghasilkan generasi penerus mereka dengan cara bertelur. Satwa liar ini bisa menghasilkan 3 – 20 telur dalam sekali masa reproduksi. Telur-telur tersebut akan menetas 8 hingga 8,5 bulan setelah dierami oleh betina.

Masa produktif komodo jantan ada di umur 5-7 tahun, sedangkan untuk betina ketika berumur 4-7 tahun. Uniknya, di kondisi yang tak ada pejantan untuk membuahi betina, betina bisa bertelur dan membuahi telurnya sendiri secara sexual dan asexual melalui proses parteogenesis [9].

Musim kawin umumnya terjadi pada Bulan Mei hingga Agustus setiap tahunnya. Pejantan akan mulai melakukan pendekatan pada betina dengan menjilati dan menciumi bagian belakang tubuh betina sebelum mulai mengawininya. Perilaku ini disebut dengan perilaku menyelisik yang dapat berlangsung hingga 6 hari [8]. Ketika kawin, jantan akan memposisikan diri di atas betina.

Setelah betina selesai dibuahi, betina akan meletakkan dan mengubur telur-telurnya di sebuah lubang yang biasanya merupakan lubang peninggalan burung atau komodo lain. Betina akan berdiam dan bergulung-gulung di atas lubang tersebut untuk mengerami telur dan menjaganya dari predator. Hal ini akan dilakukan betina hingga telur-telurnya menetas paling lambat Bulan April tahun berikutnya.

Segera setelah telur-telur itu menetas, anak satwa liar ini akan memanjat pohon untuk menghindari predator mereka termasuk komodo besar yang kanibal. Anak satwa liar ini akan terus bertahan di pohon dengan memakan kadal, burung, telur, dan tikus, sampai mereka cukup dewasa untuk hidup di daratan.

8. Interaksi

Satwa liar ini berinteraksi dengan sesamanya menggunakan bahasa tubuh dan suara. Hal ini dikarenakan satwa ini memiliki penglihatan yang buruk. Untuk berkomunikasi dengan rekannya, ia akan menggerakkan sebagian tubuhnya dan membuat semacam suara yang keras untuk memberi tanda serta di beberapa kesempatan akan mengebaskan ekornya ke arah komodo lain.

 

Itulah beberapa hal mengenai komodo (Varanus komodoensis) yang perlu kamu ketahui. Satwa ini memang memiliki banyak hal menarik sebagai salah satu hewan purba yang masih hidup sampai saat ini. Keunikan tersebut juga yang membuat satwa ini menarik banyak orang untuk mengunjungi habitatnya secara langsung.

Tertarik untuk melihatnya lebih dekat? Kamu sebaiknya mengunjungi Taman Nasional Komodo di Bulan Juni-Juli, karena pada kurun waktu tersebut adalah puncak musim kemarau. Kamu bisa melihat satwa liar ini berjemur, bahkan beberapa di antaranya dapat berinteraksi dengan manusia. Tapi, jangan lupa untuk selalu mengikuti arahan pemandu ketika berkunjung di taman nasional ini agar kamu tetap aman dan menikmati kunjungan dengan nyaman.

 

Referensi:

[1], [2], [4], [5], [8] Meilany, Yuvita. 2011. Kajian Aktivitas Harian Dan Perilaku Reproduksi Komodo (Varanus komodoensis, Ouwens 1912) di Taman Margasatwa Ragunan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Online via: https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/46948

[3]Populasi Komodo Kini Tinggal 3012 Ekor [internet]. Terdapat pada: https://www.antaranews.com/berita/676884/populasi-komodo-kini-tinggal-3012-ekor

[6], [9] 8 Fakta mengejutkan seputar komodo [internet]. Terapat pada: https://sains.kompas.com/read/2017/05/04/17070091/8.fakta.mengejutkan.seputar.komodo

[7] 8 Fakta seputar komodo hewan purba yang hanya ada di Indonesia [internet]. Terdapat pada: https://travel.kompas.com/read/2018/04/01/202600827/8-fakta-seputar-komodo-hewan-purba-yang-hanya-ada-di-indonesia

 

Editor: Mega Dinda Larasati

[/read]