Tahukah Anda, jenis tanaman apakah yang mampu menghasilkan 1,2 kilogram oksigen per hari dan mampu memperbaiki sumber tangkapan air melalui aliran bawah tanah?
Lalu sudahkah Anda menemukan tanaman yang cocok digunakan sebagai tanaman alternatif untuk mengurangi kekeringan di daerah kering?
Tanaman tersebut adalah ‘bambu’.
Bambu yang selama ini identik dengan kata ‘ndeso’ menurut masyarakat umum ternyata memiliki beragam manfaat.
Ingin tahu apa sajakah manfaat menarik dari tanaman ini?
Simak uraian berikut ini dan buktikan sendiri betapa ajaibnya tanaman yang dianggap ‘ndeso’ ini.
1. Pengertian
Definisi bambu adalah tanaman yang beruas dan berongga di bagian batangnya yang merupakan tanaman anggota jenis rerumputan atau rumput-rumputan. Tanaman ini mempunyai banyak jenis atau tipe.
Selain memiliki banyak jenis, tanaman ini juga memiliki banyak sebutan lain di daerah-daerah tertentu, seperti aur, awi, eru, dan buluh. Selain definisi tersebut, tanaman ini juga memiliki beberapa definisi atau pengertian yang lain.
Bambu adalah tumbuhan berumpun yang memiliki akar serabut, memiliki batang bulat berongga, keras, tinggi, dan beruas yang biasanya digunakan sebagai bahan bangunan dan beberapa perabotan rumah tangga seperti kursi, mebel, dan sebagainya.
Tanaman ini diklasifikasikan lebih dari 10 genus, salah satu yang banyak ditemui adalah dari genus Bambusa. Tanaman ini merupakan tanaman yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi di dunia. Pada Periode Cretaceous, tanaman ini pernah mengalami pertumbuhan besar-besaran di wilayah Asia.
2. Taksonomi Bambu
Bambu juga memiliki taksonomi seperti berbagai jenis tumbuhan lainnya. Taksonominya dapat disimak melalui tabel berikut:
Kingdom | Plantae |
Sub Kingdom | Viridiplantae |
Infra Kingdom | Streptophyta |
Super Divisi | Embryophyta |
Divisi | Tracheophyta |
Sub Divisi | Spermatophytina |
Kelas | Magnoliopsida |
Super Ordo | Lilianae |
Ordo | Poales |
Famili | Poaceae |
[read more]
3. Karakteristik dan Morfologi Bambu
Seperti jenis tumbuhan pada umumnya, tanaman ini memiliki beberapa karakteristik atau ciri khas yang membedakannya dengan jenis tumbuhan yang lain. Karakteristik tersebut antara lain melekatnya sistem rhizoma-dependen pada tumbuhan ini.
Sistem unik tersebut merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki oleh tanaman ini yaitu masa pertumbuhan yang relatif lebih cepat dibandingkan tumbuhan pada umumnya. Tanaman ini mampu mengalami pertambahan dimensi sepanjang 24 inchi atau sekitar 60 cm dalam satu hari.
Bahkan jika kondisi tanah dan iklim tempat tumbuhnya bersahabat, tanaman ini mampu mengalami pertumbuhan lebih dari itu. Tanaman ini memiliki struktur morfologi tertentu baik untuk bagian batang, daun, akar maupun tunasnya yang dikenal dengan istilah rebung.
Batangnya memiliki bentuk silinder memanjang yang terdiri atas beberapa ruas. Batang ini muncul dari akar-akar rimpang yang kemudian pada saat umurnya sudah mulai menua, batangnya cenderung berongga dan berubah menjadi keras.
Batang tumbuhan ini umumnya dibungkus oleh daun-daun yang biasa disebut pelepah batang yang akan berguguran ketika mulai menua. Di bagian ujung pelepah batang tersebut terdapat subang yang merupakan perpanjangan dari batang yang berbentuk menyerupai segitiga.
Tanaman ini umumnya memiliki tinggi sekitar 0,3 meter hingga 30 meter dengan diameter batang berkisar antara 0,25 cm hingga 25 cm yang ketebalan dindingnya mencapai 25 mm.
Daun tanaman ini merupakan jenis daun lengkap yaitu daun yang memiliki pelepah daun, helaian daun, dan tangkai daun. Pertulangan daun sejajar, dimana terdapat satu tulang daun berukuran besar di bagian tengah daun dengan tulang daun berukuran kecil di sekitarnya yang tampak tersusun sejajar satu sama lain.
Ujung daun berbentuk runcing, tepi daun rata, bangun daun lanset, dan daging daun bertekstur menyerupai kertas. Permukaan daun bagian atas memiliki warna hijau yang lebih terang dibandingkan dengan permukaan daun bagian bawah yang cenderung berwarna hijau gelap.
Perbedaan tekstur permukaan bagian atas dan bagian bawah juga dapat dilihat dari bulu yang menyelimutinya. Permukaan daun bagian atas memiliki bulu yang lebih halus dibanding bagian bawah yang memiliki bulu bertekstur kasar.
Akar bambu memiliki sistem percabangan tertentu yang berbeda antara jenis satu dengan jenis dengan lainnya. Akar tanaman ini merupakan akar rimpang yang ujungnya memiliki bentuk yang lebih lebar dibandingkan dengan bagian pangkalnya, atau dapat dikatakan memiliki bentuk yang meruncing ke arah pangkal, dan setiap ruasnya memiliki akar dan kuncup.
Kuncup yang terdapat pada akar inilah yang nantinya akan berkembang menjadi rebung dan akan memanjat ke atas menjadi buluh.
Rebung merupakan tunas bambu yang muncul dari dasar rumpun tepatnya dari kuncup akar rimpang yang sudah tua.
5. Habitat dan Sebaran Bambu
Habitat bambu umumnya ditemukan di daerah-daerah dengan berbagai jenis iklim, mulai dari daerah beriklim tropis panas hingga daerah yang memiliki iklim dingin pegunungan.
Sebaran tanaman ini di dunia umumnya ditemukan di sepanjang Asia Timur tepatnya pada 50o Lintang Utara di daerah Sakhalian hingga Australia bagian utara, dan di Sub Sahara Afrika, India bagian barat hingga Himalaya, dan juga di Amerika dari Amerika bagian Utara (pertengahan Atlantik) hingga Amerika bagian Selatan (Chili dan Argentina), hingga mencapai titik paling selatan tepatnya pada 470 Lintang Selatan.
Di Benua Eropa tidak ditemukan spesies bambu endemik. Sementara di Indonesia, habitatnya ditemukan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Indonesia memiliki spesies bambu endemik, seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
6. Jenis-jenis Bambu di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki biodiversitas yang tinggi. Tak heran jika sekitar 159 spesies dari total 1.250 spesies bambu di dunia bertengger dengan subur di wilayah Indonesia. 88 spesies dari 159 spesies yang ada di Indonesia merupakan spesies endemik Indonesia.
Dilansir dari Tribun Jabar, salah satu pendiri organisasi Perkumpulan Pelaku Usaha Bambu Indonesia (Perpubi) mengatakan bahwa di daerah Jawa Barat terdapat 40 jenis dan jenis yang paling dikenal adalah bambu betung, haur, gombong, dan tali.
Berikut jenis-jenis yang ditemukan berhasil tumbuh dengan subur di Indonesia.
- Arundinaria japanica di Pulau Jawa
- Bambusa arundinacea yang sering disebut pring ori di Pulau Sulawesi dan Pulau Jawa.
- B. balcooa di Pulau Jawa
- B. atra di wilayah Maluku
- B. horsfieldii yang sering disebut bambu embong di Pulau Jawa
- B. blumeana yang sering disebut bambu duri di wilayah Nusa Tenggara, Jawa, dan Sulawesi
- B. maculata yang sering disebut bambu tutul atau pring tutul di Pulau Bali
- B. glaucescens yang sering disebut cendani atau bambu pagar di Pulau Jawa
- B. tulda di Pulau Jawa
- B. multiplex yang sering disebut mrengenani atau bambu cendani di Pulau Jawa
- B. tuldoides yang sering disebut haur hejo di Pulau Jawa
- B. polymorpha di Pulau Jawa
- vulgaris yang sering disebut haur kuneng, pring kuning, haur hejo, atau awi ampel di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Maluku
- Dendrocalamus strictur yang sering disebut bambu batu di Pulau Jawa
- Dendrocalamus asper yang sering disebut bambu petung di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Kalimantan, dan Pulau Sulawesi.
- Dinochloa scandens yang sering disebut bambu cangkoreh atau kadalan di Pulau Jawa
- Dendrocalamus giganteus yang sering disebut bambu sembilang di Pulau Jawa
- Gigantochloa apus yang sering disebut bambu tali atau bambu apus di Pulau Jawa
- Gigantochloa atter yang sering disebut bambu ater, Jawa benel, awi kekes, bambu legi, buluh, atau awi ater di Pulau Jawa
- Gigantochloa atroviolacea yang sering disebut bambu wulung, gombong, atau bambu hitam di Pulau Jawa
- Gigantochloa kuring yang sering disebut awi belang di Pulau Jawa
- Gigantochloa achmadii yang sering disebut buluh apus di Pulau Sumatera
- Gigantochloa levis yang sering disebut bambu suluk di Pulau Kalimantan
- Gigantochloa hasskarliana yang sering disebut bambu lengkang tali di Pulau Jawa, Pulau Bali, dan Pulau Sumatera
- Gigantochloa pruriens yang sering disebut buluh rengen di Pulau Sumatera
- Gigantochloa manggong yang sering disebut bambu manggong di Pulau Jawa
- Gigantochloa psedoarundinaceae yang sering disebut gambang surat, bambu andong, atau peri di Pulau Jawa
- Gigantochloa nigrocillata yang sering disebut bambu bubat, bambu lengka, atau bambu terung di Pulau Jawa
- Gigantochloa ridleyi yang sering disebut tiang kaas di Pulau Bali
- Gigantochloa verticillata yang sering disebut bambu hitam
- Gigantochloa robusta yang sering disebut temen serit atau bambu mayan di Pulau Bali, Pulau Jawa, dan Pulau Sumatera
- Melocanna bacifera yang ditemukan di Pulau Jawa
- Gigantochloa waryi yang sering disebut buluh dabo di Pulau Sumatera
- Phyllostachys aurea yang sering disebut bambu buluh kecil atau bambu uncea di Pulau Jawa
- Nastus elegantissimus yang sering disebut bambu eul-eul di Pulau Jawa
- Schizotachyum blunei yang sering disebut bambu tamiang atau bambu wuluh di wilayah Nusa Tenggara Timur, Pulau Jawa, Pulau Sumatera, Pulau Maluku, Pulau Sulawesi, dan Pulau Kalimantan
- Schizotachyum candatum yang sering disebut buluh bungkok di Pulau Sumatera
- Schizotachyum brachycladum yang sering disebut buluh nehe, bambu buluh besar, ute watat, tomula, atau awi buluh di Pulau Jawa, Maluku, Pulau Sumatera, dan Pulau Sulawesi.
- Schizotachyum zollingeri yang sering disebut bambu lampar, bambu jala, atau cakeutreuk di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera
- Schizotachyum lima yang sering disebut bambu toi di Pulau Sulawesi, Pulau Jawa, Pulau Maluku, dan Papua
- Schizotachyum longispiculata yang sering disebut bambu jalur di Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, dan Pulau Sumatera
- Thryrsostachys siamensis yang sering disebut bambu Jepang di Pulau Jawa
Jenis-jenis di atas adalah jenis-jenis yang ditemukan pernah tumbuh di Indonesia. Namun saat ini tidak semua jenis tersebut masih memiliki jumlah yang cukup di Indonesia. Artinya, saat ini beberapa jenis telah mengalami kelangkaan dan sudah mulai sulit ditemukan keberadaannya.
7. Manfaat dan Kegunaan Bambu
Bambu merupakan salah satu tanaman yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Di pedesaan, kehidupan masyarakat umumnya tidak dapat dipisahkan dengan tanaman ini. Bagaimana tidak, hampir semua kebutuhan masyarakat desa memanfaatkannya sebagai bahan utama atau pun sebagai bahan alternatif.
Bahkan ketika ada bayi di desa yang baru lahir, tanaman ini sudah menjadi kebutuhannya untuk memotong pusar dan khitan atau sunatan bagi anak laki-laki. Ketika meninggal dunia pun, tanaman ini masih menjadi kebutuhan bagi masyarakat desa untuk melakukan kremasi jenazah.
Masyarakat juga memanfaatkan tanaman ini dalam kehidupan sehari-hari, seperti untuk diolah menjadi bahan makanan dengan memanfaatkan rebung.
Selain itu bambu dibuat menjadi sapu lidi, konstruksi (untuk membangun rumah, jembatan, tiang, atap, dinding, dan sebagainya), peralatan rumah tangga, dan diolah menjadi berbagai jenis kerajinan.
Bambu juga seringkali digunakan sebagai bahan bakar upacara adat.
Selain itu, tanaman ini juga bermanfaat sebagai Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti hasil hutan kayu.
Tidak hanya itu, tanaman ini memiliki kegunaan lainnya antara lain kegunaan ekologis. Tanaman ini diyakini mampu memperbaiki daerah tangkapan air sehingga aliran bawah tanah mengalami peningkatan. Tak heran jika beberapa negara di Asia seperti Tiongkok menjadikannya sebagai tanaman utama konservasi alam.
Hal serupa juga dilakukan oleh masyarakat Desa Pakraman Angseri, Provinsi Bali. Mereka memanfaatkan tanaman ini sebagai tanaman utama hutan rakyat seluas 12 hektare yang mereka bangun.
Ternyata penanaman bambu di hutan rakyat tersebut berhasil memperbaiki dan memulihkan sumber mata air melalui aliran bawah tanah serta pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) sebagai kerajinan dan juga sebagai tempat wisata mampu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
8. Budidaya
Budidaya bambu dapat dilakukan di lahan basah maupun lahan kering. Tanaman ini merupakan jenis tanaman yang cepat tumbuh dan mudah untuk dibudidayakan. Tumbuhan ini bisa hidup di lahan yang tidak pernah tergenang maupun yang sesekali tergenang air.
Jenis-jenis bambu yang dapat ditanam di lahan kering antara lain kelompok Gigantochloa dan Dendrocalamus. Sedangkan jenis yang dapat dibudidayakan di lahan basah adalah kelompok Bambusa.
Budidaya bambu juga harus mempertimbangkan kondisi iklim. Semakin kering iklim maka semakin sedikit jenis-jenisnya yang dapat dibudidayakan dan sebaliknya semakin basah iklim maka semakin banyak jenis-jenisnya yang dapat dibudidayakan.
Sebelum melakukan budidaya, seperti budidaya tanaman pada umumnya budidaya tanaman ini juga memerlukan persiapan penanaman yang meliputi pembukaan lahan, penentuan jarak tanam, pemasangan ajir, menyiapkan pupuk organik, dan pembuatan lubang tanam.
Sebelum melakukan penanaman, lahan perlu dibersihkan dari semak belukar, alang-alang, maupun jenis-jenis pohon yang tumbuh di lahan tersebut sebelumnya. Pembersihan lahan biasanya dilakukan menjelang musim hujan. Sisa-sisa tanaman yang telah dibersihkan dari lahan tersebut selanjutnya dikumpulkan untuk dijadikan sebagai pupuk hijau
Jarak tanam yang digunakan untuk budidaya tanaman ini adalah 8×8 atau 8×6 meter. Jika lahan yang digunakan adalah lahan miring maka jarak tanam dibuat searah kontur dengan jarak tanam di dalam satu kontur 8 meter dan jarak antar kontur lebih dari 2 meter.
Ajir dibuat berukuran panjang minimal 150 cm dengan tebal minimal 2 cm. Kemudian ajir ditancapkan pada titik-titik tertentu sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan.
Proses selanjutnya setelah persiapan penanaman adalah penyiapan bibit, penanaman, pemeliharaan (penyulaman, penyiangan, babat semak, pemangkasan, pemupukan, penjarangan, pengaturan struktur dan komposisi batang dalam rumpun, dan pengaturan drainase), kemudian dilanjutkan dengan proses penebangan.
Bibit yang dipilih adalah bibit yang berasal dari stek batang di polybag yang sudah berumur 4 sampai 5 bulan. Jika batang bibit tersebut terlalu tinggi maka dilakukan pemangkasan hingga tinggi batangnya tersebut hanya mencapai 1 meter.
Setelah penyiapan bibit, penentuan waktu penanaman bibit juga sangat penting. Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan untuk mengurangi tingkat kematian dalam penanaman.
Sebelum dilakukan penanaman, perlu dilakukan penggalian kembali lubang tanam yang telah dibuat sebelumnya.
Setelah dilakukan penanaman, selanjutnya dilakukan pemeliharaan tanaman. Penyulaman dilakukan ketika ada tanaman yang mati. Penyiangan dilakukan pada saat berumur 1 hingga 2 tahun selama 3 kali di awal, tengah, dan akhir musim hujan.
Pemangkasan biasanya dilakukan pada seluruh batang yang sudah menghasilkan cabang yang tingginya mencapai 2 meter.
Pemupukan pada tanaman ini perlu dilakukan secara intensif. Jenis pupuk yang digunakan dapat berupa TSP dan urea (N) serta dapat juga menggunakan pupuk organik, pupuk kandang, atau pupuk hijau. Dosis pupuk yang diberikan tergantung umur tanaman.
Pupuk diberikan dengan frekuensi 1 kali dalam setahun yaitu menjelang musim hujan. Pemupukan dilakukan dengan membuat parit mengelilingi rumpun dan menaburkan pupuk di dalam parit tersebut dengan kedalaman 10 cm.
Sedangkan pupuk kandang dapat ditaburkan pada bagian tengah rumpun. Kegiatan penjarangan dilakukan dengan cara menghilangkan atau memangkas batang yang rusak atau tidak produktif pada saat berumur 4 tahun.
Teknik pemanenan batang yang benar adalah dengan melakukan penebangan pada bagian pangkal (5-10 cm) menggunakan kapak atau golok kemudian ditarik dan dilakukan pembersihan atau pemangkasan cabang.
Pemanenan pertama sebaiknya dilakukan pada saat berumur 5 tahun dan bambu yang dipanen adalah batang generasi ketiga. Pemanenan selanjutnya dilakukan setiap tahun dengan menebang batang generasi keempat.
9. Potensi
Banyak potensi sumberdaya alam di Indonesia yang belum dikembangkan dan bahkan belum disadari oleh masyarakat. Salah satunya adalah potensi bambu di Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia sudah mengetahui banyak hal terkait manfaat tanaman tersebut.
Namun tidak semuanya menyadari bahwa potensi tanaman ini di Indonesia dapat dikembangkan menjadi industri-industri kreatif yang mampu mendulang pasar dunia di masa depan. Padahal Indonesia saat ini menduduki peringkat ketiga pengekspor bambu di dunia, setelah India dan Tiongkok.
Hal ini mengindikasikan bahwa tanaman ini mudah diperoleh di Indonesia dan sangat potensial dijadikan industri karena bahan baku yang melimpah.
Jika industri kreatif bambu dapat dikembangkan di Indonesia, tidak menutup kemungkinan perekonomian masyarakat Indonesia akan meningkat dan bahkan tidak menutup kemungkinan Indonesia akan menguasai pasar tanaman ini dan menjadi sentra bambu di dunia.
Bambu yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan berbagai produk yang semula berbahan baku kayu, sangat berpotensi menjadi hasil hutan bukan kayu yang mampu menjadi substituen kayu yang saat ini sudah mulai dibatasi pemanenannya.
Terbatasnya jumlah kayu yang ada mengakibatkan harga barang yang berbahan baku kayu menjadi mahal. Masyarakat pasti akan berpikir untuk mencari alternatif barang lain dengan kegunaan yang sama namun berasal dari bahan yang lebih ekonomis. Oleh karena itu, peran tanaman ini sangat diperlukan untuk menjawab kelangkaan kayu di masa yang akan datang.
Setelah membaca artikel di atas apakah Anda tertarik untuk menjadi pengusaha bambu? Apakah Anda sudah menyadari betapa ajaibnya tanaman ‘ndeso’ ini?
Jika sudah, galilah terus pengetahuan tentang bambu dan jadilah pengusahan tanaman ini pertama di Indonesia yang sukses menjadikan Indonesia sebagai sentra bambu terbesar di dunia.
Ada pepatah yang mengatakan majulah seribu langkah ketika orang lain hanya maju selangkah lho.
Editor:
Mega Dinda Larasati
[/read]