Orang Utan Tappanuli (Pongo tapanuliensis) merupakan spesies kera besar terbaru di dunia. Spesies ini baru ditemukan di ekosistem Batang Toru, hutan dataran tinggi yang meliputi tiga kabupaten di Tapanuli, Sumatera Utara. Namun spesies yang belum ditemukan di belahan dunia lainnya ini kini telah dinyatakan terancam punah.
Prof. Serge Wich dari Universitas John Moores Liverpool mengemukakan keprihatinannya terhadap spesies ini “Menemukan sesuatu yang baru dan kemudian langsung menyadari bahwa kita harus menyatukan semua upaya kita sebelum kehilangannya” ujar beliau. Prof. Which merupakan salah satu peneliti yang turut andil dalam penemuan spesies kera besar terbaru di dunia ini.
Mengapa Pongo tapanuliensis Dibedakan dengan Orang Utan Lainnya?
Hasil penelitian genetika merupakan alasan terkuat untuk membedakan Orang Utan Tapanuli dari spesies orang utan lainnya dan menjadikan Orang Utan Tapanuli sebagai spesies tersendiri. Dilansir dari website hutan lindung Batang Toru, ternyata pemisahan genetika dari Orang Utan Sumatera (Pongo abelii) terjadi sekitar 3,38 juta tahun silam, sedangkan pemisahan dari Orang Utan Kalimantan (Pongo pygmaeus) terjadi sekitar 670.000 tahun yang lalu.
Selain itu, adapun beberapa perbedaan fisik yang mendukung perbedaan antara Orang Utan Tapanuli dengan dua orang utan lainnya. Tengkorak dan tulang rahang Orang Utan Tapanuli lebih halus dari pada Orang Utan Sumatera dan Orang Utan Kalimantan. Bulu yang dimiliki oleh Orang Utan Tapanuli lebih tebal dan keriting.
Orang Utan Tapanuli jantan memiliki kumis dan jenggot yang menonjol dengan bantalan pipi berbentuk datar yang dipenuhi oleh rambut halus berwarna pirang. Spesies orang utan ini berbeda dengan fosil orang utan (yang berasal dari zaman Pleistosen akhir) berdasarkan ukuran gigi gerahamnya.
Perbedaan tingkah laku juga menguatkan penemuan spesies baru ini. Panggilan jarak jauh (longcall) jantan dewasa Orang Utan Tapanuli berbeda dengan panggilan dari kedua jenis orang utan lain. “Bunyi itu bias sampai sejauh satu kilometer di dalam hutan” terang Prof Wich.
Orang utan Tapanuli memakan jenis tumbuhan yang belum pernah tercatat sebagai jenis pakan, termasuk biji Aturmangan (Casuarinaceae), buah Sampinur Tali/ Bunga (Podocarpaceae), dan Agatis (Araucariaceae). Orang utan Tapanuli lebih sering hidup di atas pohon dengan ketinggian 900-1100 mdpl.
[read more]
IUCN:Orang utan Tapanuli Dimasukkan Ke Dalam Kategori Spesies Sangat Terancam Punah (Critically Endangered)
Orang Utan Tapanuli hanya tersisa kurang dari 800 individu. Jumlah yang terbilang sedikit ini disebabkan oleh beberapa faktor internal maupun eksternal. Orang Utan Tapanuli sangat lambat berkembangbiak dan betinanya baru mampu mempunyai anak pertama di usia 15 tahun, dengan jarak antar melahirkan anak sekitar 8 atau 9 tahun. Orang Utan Tapanuli hidup dalam kisaran umur 50-60 tahun. Ini berarti, semasa hidupnya seekor Orang Utan Tapanuli betina hanya mampu menghasilkan keturunan sebanyak 4-6 spesies.
Populasi Orang utan Tapanuli terpecah ke dalam dua kawasan utama (blok barat dan timur) oleh lembah patahan Sumatera. Terdapat pula populasi kecil di Cagar Alam Sibual-buali di sebelah tenggara blok barat. Penyambungan kembali populasi Orang Utan Tapanuli yang terpisah akan sangat penting untuk pelestarian dan untuk menghindari kawin silang (inbreeding).
Sebagai warga negara yang turut berbangga, kita harus ikut pula untuk menjaga kelestarian dan kehidupan sang kera besar terbaru di dunia ini!
Referensi:
Spesies Baru Orang Utan Tapanuli Ditemukan di Pulau Sumatera [internet]. Terdapat pada: https://www.bbc.com/indonesia/majalah-41852362
Orang Utan [internet]. Terdapat pada: http://www.batangtoru.org/Orang utan/?lang=id
Editor: Mega Dinda Larasati
[/read]