Sebelum berbicara tentang pengamatan satwa liar, kita terlebih dahulu harus mengetahui definisi dari satwa. Satwa merupakan kata yang berasal dari klasifikasi bahasa yang asal mulanya berasal dari kata hewan.
Satwa liar adalah satwa vertebrata yang hidup bebas dan berasosiasi dengan lingkungannya. Satwa liar ini biasanya terdapat dalam hutan yang masih terjaga dan jarang dimasuki oleh manusia. Contoh satwa adalah Harimau, Gajah, Oa, Orang Utan, dan lain-lain.
Satwa feral adalah satwa yang tetua jenis tersebut asalnya pernah didomestikasi, kemudian lepas ke alam dan akhirnya kembali menjadi liar. Satwa feral biasanya memiliki daya tahan yang tinggi untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan liar karena sebelumnya berada pada lingkungan yang sangat nyaman untuk dihuni dalam hal penyediaan pakan.
Domestik animals adalah hewan liar yang telah didomestikasi. Tujuan utama dari domestikasi ini biasanya adalah untuk memanfaatkan hewan menjadi hewan ternak. Contoh dari domestik animals adalah sapi, kerbau, ayam, dan lain-lain.
Dalam ekosistem hutan, satwa liar memiliki peran yang sangat vital. Satwa liar ini saling berinteraksi dengan tumbuhan sebagai faktor biotik dan tanah hutan sebagai faktor abiotik membentuk ekosistem hutan. Peran satwa dalam ekosistem hutan ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu fungsi ekologis dan fungsi biologis. Fungsi nilai ekologis ini contohnya adalah 97% satwa liar membantu tumbuhan di ekosistem hutan untuk berkembang biak. Fungsi nilai biologis ini contohnya adalah perbaikan aerasi tanah yang dilakukan oleh berbagai hewan yang berada di dalam tanah.
Berdasarkan aktivitas hidup satwa liar, satwa liar dibagi ke dalam beberapa relung yaitu terestrial (tanah), arboreal (tajuk), fossorial (bawah tanah), dan aquatic (perairan). Waktu dua puluh empat jam pun menjadikan satwa liar dapat diklasifkasikan menjadi makhluk hidup diurnal (aktif di siang hari) dan nokturnal (aktif di malam hari).
[read more]
Pengamatan Satwa Liar
Pengamatan Satwa Liar
Dalam mengamati satwa liar, ada beberapa aspek yang harus dikuasai yaitu aspek morfologi satwa liar, aspek ekologis, dan aspek ethologis (perilaku hewan). Ketiga aspek tersebut merupakan modal awal dalam melakukan pengamatan satwa liar.
Pengenalan terhadap satwa liar merupakan poin kunci dalam pengamatan satwa liar. Pengenalan ini dapat dilakukan dengan metode langsung, tidak langsung, kombinasi, dan wawancara.
Metode pengumpulan data dalam pengamatan satwa liar dilakukan dengan cara menggunakan metode jalur (transect), titik (point), dan konsentrasi (concentration). Dalam metode jalur (transect), panjang dari jalur pengamatan satwa lliar harus lebih panjang daripada panjang jalur analisis vegetasi karena dalam pengamatan satwa liar bisa saja masih tidak ditemukan satwa liar pada jarak sejauh panjang jalur transek. Pada intinya intensitas sampling dalam pengamatan satwa harus lebih besar.
Jenis data yang dikumpulkan dalam pengamatan satwa liar adalah:
- Kondisi habitat (tipe-tipe habitat, keanekaragaman tumbuhan, fisiognami, topografi, mata air, penutupan tajuk, dan sumber pakan satwa).
- Keanekaragaman jenis satwa liar pada setiap tipe habitat.
- Spesies satwa kunci atau payung.
Referensi:
Redaksi Forester Act
[/read]