Tanah Hutan

Lingkungan fisik hutan secara umum dibagi menjadi dua hal, yaitu lingkungan iklim hutan dan lingkungan tanah hutan. Kedua faktor abiotik ini sangat menentukan berbagai vegetasi dan satwa yang berada di ekosistem hutan tertentu. Dalam ilmu kehutanan, faktor yang menjadi fokus dalam pengelolaan hutan adalah faktor lingkungan tanah karena lingkungan tanah lebih mudah dikelola daripada iklim.

Ilmu mengenai tanah hutan ini sangat penting dalam dunia kehutanan, terutama dalam dunia silvikultur. Tanah yang sesuai akan menumbuhkan tanaman yang sesuai. Pengoptimalan pertumbuhan tegakan pun dapat dilakukan apabila kita menyediakan tanah yang sesuai dengan komoditi tanaman yang kita budidayakan. Lebih dari itu, dengan dipahaminya ilmu pengetahuan mengenai tanah hutan kegiatan reklamasi lahan bekas tambang pun dapat dilakukan dengan teknik-teknik silvikultur.

Tanah Hutan

Tanah Hutan sebagai Tempat Tumbuh

Tanah hutan adalah benda alam yang terdiri dari bahan padatan (bahan mineral dan bahan organik), air, dan udara yang ditemukan di hutan.

Fungsi tanah hutan secara umum adalah sebagai penyedia air dan hara bagi tumbuhan, penyedia oksigen, dan penahan mekanis.

Tanah sangat erat hubungannya dengan pedogenesis, yaitu proses pembentukan tanah yang mencakup penambahan material, pengurangan material, dan pengubahan material yang menyebabkan terjadinya lapisan (horizon tanah).

Berdasarkan bahan padatan penyusun tanah, tanah secara umum diklasifikasikan menjadi tanah mineral dan tanah organik. Tanah mineral adalah tanah yang horizonnya didominasi oleh bahan padatan mineral (anorganik), sedangkan tanah organik adalah tanah yang horizonnya didominasi oleh bahan padatan organik.

[read more]

Horizon Tanah Hutan

Horizon Tanah Hutan

Horizon tanah hutan atau lapisan tanah hutan terdiri dari beberapa lapisan, bergantung pada jenis tanah dan bahan pembentuk tanah. Secara umum horizon tanah dari atas sampai bawah itu adalah horizon O, A, E, B, C, dan R.

Horizon O merupakan lapisan tanah hutan yang terdiri atas bahan organik, biasanya merupakan hasil dari dekomposisi daun, batang, ranting, dan bagian lain dari tumbuhan. Bahan organik ini biasanya banyak ditemukan pada hutan dataran tinggi. Hutan dataran rendah memiliki sedikit kandungan bahan organik karena bahan organik mudah terdekomposisi oleh makhluk hidup pengurai.

Horizon A merupakan horizon yang terdiri atas bahan mineral, meskipun mungkin ada campuran bahan organik dalam jumlah yang tidak banyak. Warna horizon ini cenderung gelap. Lapisan ini pun biasanya diolah untuk kegiatan pertanian.

Horizon E adalah horizon yang tidak selalu ada dalam lapisan tanah. Horizon ini berada di antara horizon A dan horizon B.

Horizon B adalah horizon yang berada di bawah horizon A atau horizon E yang memiliki warna lebih merah daripada lapisan yang lain. Hal ini disebabkan karena adanya pedogenesis tanah. Warna merah ini sangat penting dalam ilmu tanah hutan karena tingkat kemerahan ini menunjukan tingkat oksidasi tanah yang disebabkan oleh adanya besi oksida.

Horizon C merupakan tanah yang masih muda, artinya baru mengalami perubahan dari batuan menjadi tanah. Horizon C ini berada tepat di atas horizon R.

Horizon R merupakan bahan induk atau batuan. Lapisan inilah yang sangat menentukan sifat-sifat tanah yang nantinya akan terbentuk.

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Secara sederhana kapasitas tukar kation (KTK) adalah kemampuan tanah dalam memegang zat hara. Nilai KTK yang tinggi merupakan indikator dari suburnya suatu tanah. KTK ini sangat baik untuk tanah agar tanah bisa menahan berbagai zat yang dibutuhkan oleh tumbuhan.

Dalam ilmu tanah, berbagai metode digunakan dalam menghitung tingkat KTK suatu tanah. Metode yang digunakan biasanya menggunakan alat-alat dan bahan yang tidak mudah didapatkan. Namun, terdapat metode sederhana dalam menganalisis secara kualitatif tingkat tinggi rendahnya suatu KTK. Metode ini adalah metode kocok endap. Prinsip dari metode ini adalah mengocok suspensi tanah (tanah 1 : air 8) kemudian menunggu sampai air jernih pada kedalaman 3 cm dari permukaan air. Semakin air susah berubah dari keruh menjadi bening maka nilai KTK-nya semakin tinggi. Metode sederhana ini dikembangkan oleh salah satu Profesor Ilmu Tanah di Fakultas Kehutanan IPB.

 

Referensi:

Redaksi Forester Act

[/read]