Taman Nasional Komodo merupakan salah satu dari lima taman nasional yang ditetapkan pertama kali di Indonesia.
Taman nasional ini terletak di antara dua pulau yaitu Pulau Sumbawa dan Pulau Flores atau lebih tepatnya berada di wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Secara astronomis Taman Nasional Komodo ini terletak di antara 1190 20’ 95” – 1190 49’ 20” BT dan 80 24’ 35” – 80 50’ 2” LS.
Sesuai dengan namanya, Taman Nasional Komodo ini memiliki fungsi utama sebagai habitat perlindungan Komodo (Varanus komodoensis).
Reptil langka ini tersebar di dalam kawasan taman nasional yaitu di Pulau Komodo, Pulau Rinca, Gili Motang, Nusa Kode, dan sebagian kecil di utara dan barat Pulau Flores.
Selain sebagai perlindungan komodo, Taman Nasional Komodo ini memiliki paronama yang sangat indah sehingga tak heran jika Taman Nasional Komodo ini juga dijadikan sebagai tempat wisata bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara.
1. Kondisi Geografi dan Iklim
Pada umunya, di kawasan Taman Nasional Komodo banyak terdapat bukit-bukit maupun gunung-gunung bahkan di kawasan taman nasional ini juga terdapat gunung berapi, seperti Gunung Sangaeang Api. Hal ini disebabkan karena kawasan Taman Nasional Komodo merupakan tempat bertemunya lempeng Sahul dan lempeng Sunda.
Gunung tertinggi di kawasan taman nasional ini adalah Gunung Satalibo (735 mdpl) di Pulau Komodo dan Gunung Dora Ora (667 mdpl) di Pulau Rinca. Selain itu di beberapa lokasi terdapat pula lereng-lereng yang curam/terjal dengan kemiringan 00 – 800.
Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim di Taman Nasional Komodo termasuk tipe F atau sangat kering dengan bulan kering antara April sampai dengan Oktober dan bulan basah antara November sampai Maret. Rata-rata curah hujan tahunan 800-1500 mm dengan suhu udara maksimum 43°C dan minimum 17°C.
Angin kering yang bertiup kencang dari arah Tenggara pada bulan April sampai November menyebabkan terjadinya musim kering/kemarau di kawasan Taman Nasional Komodo, sedangkan angin yang membawa hujan bertiup dari arah barat laut pada bulan Oktober sampai Maret menyebabkan musim basah/hujan di kawasaan Taman Nasional Komodo ini (Usboko 2009).
[read more]
2. Sejarah
Sejak tahun 1911, komodo mulai terkenal di kalangan ilmuan. Hal ini terjadi semenjak Peter Ouwens, seorang kurator Museum Zoologi Bogor menerima laporan mengenai penemuan satwa ini dari JKH Van Steyn, seorang Perwira Pemerintah Hindia Belanda. Semenjak saat itu komodo diberi nama Varanus komodoensis Ouwens. Berdasarkan peristiwa ini, mulai muncul kesadaran berbagai pihak untuk menjaga kelestarian satwa langka ini.
Pada tangal 6 Maret 1980, Taman Nasional Komodo dibentuk untuk melindungi komodo dan habitatnya. Pada tahun 1991, Taman Nasional Komodo ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO dan satu tahun kemudian taman nasional ini ditetapkan sebagai Simbol Nasional oleh Presiden Repulik Indonesia pada saat itu.
Selain itu Taman Nasional Komodo juga ditetapkan sebagi Kawasan Perlindungan Laut pada tahun 2000 serta sebagai salah satu Taman Nasional Model di Indonesia pada tahun 2006.
Pada tanggal 11 November 2011, Taman Nasional Komodo terpilih menjadi salah satu pemenang sementara New 7 Wonders (Tujuh Keajaiban Dunia Baru) berdampingan dengan Hutan Amazon, Teluk Halong, Air Terjun Iguazu, Pulau Jeju, Sungai Bawah Tanah Puerto Princesa, dan Table Mountain. Di keseluruhan pemenang sementara tersebut, Taman Nasional Komodo mendapatkan suara terbanyak. Oleh karena itu Taman Nasional Komodo akhirnya ditetapkan sebagai salah satu dari 7 Keajaiban Dunia Terbaru pada tanggal 13 September 2013.
3. Status Hukum
Berdasarkan IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources), Taman Nasional Komodo termasuk ke dalam Taman Nasional Kategori II.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 306/Kpts-II/1992 tanggal 29 Februari 1992, luas total kawasan Balai Taman Nasional Komodo adalah 173.300 Ha. Kawasan taman nasional ini terdiri dari beberapa pulau, yaitu Pulau Komodo (33.937 hektar), Pulau Rinca (19.625 hektar), Pulau Padar (2.017 hektar), Pulau Gilimotang (3.328 hektar), dan pulau-pulau kecil serta perairan laut di sekitarnya.
4. Zonasi
Zonasi kawasan Taman Nasional Komodo dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Pada pasal 16 ayat 1 dan ayat 2 disebutkan bahwa penataan kawasan dilakukan dengan penyusunan zonasi dan penataan wilayah kerja, sedangkan pada pasal 18 ayat 1 dan 2 menyebutkan bahwa zonasi pengelolaan pada Taman Nasional meliputi Zona Inti, Zona Rimba, Zona Panfaatan, dan/atau zona lain sesuai dengan keperluan yang ditetapkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjukan berdasarkan kriteria.
Berdasarkan peraturan tersebut SK Dirjen PHKA No. 65/Kpts/Dj-V/2001 membagi Taman Nasional Komodo dalam 9 zona Zonasi Taman Nasional Komodo yaitu:
4.1 Zona Inti
Zona inti merupakan zona yang mutlak dilindungi, di dalamnya tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas manusia. Kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan penelitian. Zona inti pada kasawan Taman Nasional Komodo memiliki luas 34.311 Ha.
4.2 Zona Rimba
Zona rimba merupakan zona pada daratan yang di dalamnya tidak boleh dilakukan kegiatan seperti pada zona inti kecuali kegiatan wisata alam terbatas. Zona Rimba pada kawasan Taman Nasional Komodo memiliki luas 66.921,08 Ha.
4.3 Zona Bahari
Zona bahari merupakan daerah yang terdapat di wilayah perairan dari garis pantai sampai 500 m ke arah luar dari garis isodepth dan 20 m sekeliling batas karang dan pulau, kecuali pada zona pemanfaatan tradisional bahari. Pada zona ini tidak boleh dilakukan kegiatan seperti pada zona inti (pegambilan hasil laut), kecuali kegiatan wisata alam terbatas. Zona bahari yang terdapat di Taman Nasional Komodo memiliki luas 36.308 Ha.
4.4 Zona Pemanfaatan Wisata Daratan
Zona pemanfaatan wisata daratan merupakan zona yang terdapat di daratan. Kegiatan yang dapat dilakukan di zona ini sama seperti kegiatan pada zona inti dan zona rimba serta untuk pengembangan sarana dan prasarana kegiatan pariwisata alam dan rekreasi terestrial. Zona pemanfaatan wisata daratan pada Taman Nasional Komodo memiliki luas 824 Ha.
4.5 Zona Pemanfaatan Wisata Bahari
Zona pemanfaatan wisata bahari merupakan zona yang terdapat di bagian perairan laut yang kegiatannya dapat berupa kegiatan pada zona inti dan zona rimba serta untuk pengembangan sarana dan prasarana untuk kegiatan pariwisata alam dan rekreasi bahari. Zona pemanfaatan wisata bahari di Taman Nasional Komodo memiliki luas 1.584 Ha.
4.6 Zona Pemanfaatan Tradisional Daratan
Zona pemanfaatan tradisional daratan merupakan zona yang diperuntukkan bagi masyarakat asli di kawasan Taman Nasional Komodo dengan izin hak khusus pemanfaatan oleh Kepala Balai Taman Nasional Komodo. Zona ini dimanfatkan masyarakat asli untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka pada bagian daratan. Zona pemanfaatan tradisional daratan pada Taman Nasional Komodo memiliki luas 879 Ha.
4.7 Zona Pemanfaatan Tradisional Bahari
Zona pemanfaatan tradisional bahari merupakan zona yang diperuntukan bagi masyarakat asli di kawasan Taman Nasional Komodo dengan izin hak khusus pemanfaatan oleh Kepala Balai Taman Nasional Komodo. Zona ini dimanfatkan masyarakat asli untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka pada bagian perairan laut. Pemanfaatan atau pengambilan hasil laut oleh masyarakat asli dilakukan dengan menggunakan alat-alat ramah lingkungan, seperti jaring, pancing, dan lain sebagainya. Zona pemanfaatan tradisional bahari pada Taman Nasional Komodo memiliki luas 17.308 Ha.
4.8 Zona Pemukiman Tradisional Masyarakat
Zona pemukiman tradisional masyarakat merupakan zona yang berfungsi sebagai tempat bermukim masyarakat asli setempat dengan peraturan tertentu. Peraturan tersebut merupakan hasil kerjasama dari Balai Taman Nasional Komodo dengan pemerintah daerah setempat. Zona ini memiliki luas 298 Ha.
4.9 Zona Khusus Pelagis
Zona khusus pelagis merupakan zona yang mengizinkan masyarakat melakukan penangkapan ikan dan pengambilan hasil laut lainnya yang tidak dilindungi. Pemanfaatan hasil laut ini dilakukan dengan menggunakan alat-alat ramah lingkungan, seperti pancing, huhate, bagan, paying, jarring, dan lain sebagainya. Pada zona ini juga dapat dilakukan aktivitas rekreasi maupun olahraga. Zona khusus pelagis di Taman Nasional Komodo memiliki luas 59.601 Ha.
Lebih rinci mengenai zonasi taman nasional dapat dilihat di sini.
5. Biodiversitas Taman Nasional Komodo
Taman Nasional Komodo bukan hanya tempat perlindungan komodo dan habitatnya, namun masih banyak satwa lain yang memiliki habitat di kawasan taman nasional ini. Selain satwa/fauna, keanekaragaman flora juga ada di Taman Nasional Komodo ini.
5.1 Flora
Tipe-tipe vegetasi yang terdapat di Taman Nasional Komodo adalah sebagai berikut (Usboko 2009):
5.1.1 Hutan hujan
Hutan hujan terdapat pada daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 500 mdpl. Jenis vegetasi yang khas yang dapat dijumpai di daerah ini antara lain rotan (Callamus sp.) dan bambu (Bambusa sp.).
5.1.2 Hutan Tropis Musim
Hutan Tropis Musim terdapat di daerah-daerah di bawah ketinggian 500 mdpl. Jenis pohon khas yang dapat dijumpai pada daerah ini antara lain adalah asam (Tamarindus indica), kepuh/wool (Sterculia foetida).
5.1.3 Savana
Savana terdapat pada daerah dengan ketinggian 0 hingga 400 mdpl, diperkirakan 70% dari kawasan Taman Nasional Komodo merupakan padang rumput savana dengan tegakan khas lontar (Borassus flabellifer) dan bidara (Zizyphus jujuba).
Selain itu terdapat beberapa jenis rumput yang terdapat di padang savana, seperti Setaria adhaerens, Chloris barbata, dan Heteropogon concortus.
5.1.4 Hutan Bakau
Hutan bakau terdapat di teluk yang terlindungi dengan jenis vegetasi antara lain Rhizophora sp, Rhizophora mucronata, Lumnitzera racemosa sebagai jenis yang dominan. Selain itu terdapat pula api-api (Avicennia marina), Bruguiera sp, Capparis seplari, Cerips tagal dan Sonneratia alba.
Sedangkan tipe-tipe vegetasi hutan di Indonesia dapat dilihat di artikel ini: Jenis Ekosistem Hutan Indonesia.
5.2 Fauna
Taman Nasional Komodo tidak hanya merupakan habitat dari spesies komodo, namun taman nasional ini juga merupakan habitat dari berbagai jenis reptil, mamalia, dan burung lainnya. Sebagian besar fauna yang terdapat di Taman Nasional Komodo ini merupakan perpaduan antara satwa Asia dan Australia. Hal ini disebabkan karena Taman Nasional Komodo terletak di kawasan Wallacea Indonesia yang terbentuk dari pertemuan lempeng dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia.
Mamalia yang terdapat di kawasan Taman Nasional Komodo ini antara lain anjing hutan (Cuon alpinus), babi hutan (Sus scrofa), kuda liar (Equus caballus), kerbau liar (Bubalus bubalis), dan musang (Paradoxurus hermaphroditus).
Selain itu, ada juga monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang hanya terdapat di Pulau Rinca. Rusa (Cervus timorensis) juga merupakan mamalia yang dapat ditemui di kawasan taman nasional ini terutama di wilayah Gunung Tumbuh dan Doro Ora sampai Loh Dasami.
Terdapat beberapa jenis burung di kawasan Taman Nasional Komodo di antaranya burung gosong (Megapodius reinwardt), kak jambul kuning (Cacatua sulphurea), elang ikan (Pandion heliatus), elang tutul (Falco moluccensis), perkutut (Geopelia streptriata), tekukur (Streptopelia chinensis), pergam hijau (Ducula aenea), Philemon buceroides, burung raja udang (Halcyon chloris), dan burung kacamata laut (Zosterops chloris).
Diantara beberapa jenis burung tersebut terdapat jenis burung yang terancam punah di Pulau Rinca, seperti elang ikan (Pandion heliatus), elang tutul (Falco moluccensis), dan burung gosong (Megapodius reinwardt).
Jenis burung lain yang menarik perhatian adalah ayam hutan (Gallus varius) yang tersebar hampir di seluruh Pulau Rinca mulai dari daerah pesisir sampai ke wilayah pegunungan (TNK 2000 dalam Chrismiawati 2008).
Selain komodo, terdapat pula beberapa jenis reptil yang dapat ditemui di Taman Nasional Komodo seperti ular kobra (Naja naja), uras russel (Viperia russeli), ular pohon hijau (Trimeresurus albolabris), dan lain sebagainya.
Sebagian besar kawasan Taman Nasional Komodo berupa kawasan perairan sehingga selain hewan darat terdapat pula biota laut yang beranekaragam.
Setidaknya terdapat 253 spesies karang pembentuk terumbu yang ditemukan di sana dengan sekitar 1.000 spesies ikan. Keindahan terumbu ini merupakan salah satu faktor yang membuat wisatawan domestik maupun mancanegara datang berkunjung ke Taman Nasional Komodo ini.
6. Komodo (Varanus komodoensis)
6.1 Taksonomi
Kriteria | Keterangan |
Kingdom | Animalia |
Phylum | Chordata |
Class | Reptilia |
Subclass | Diapsita |
Ordo | Squamata |
Sub – ordo | Sauria (Lacertilia) |
Infra – ordo | Autarchoglossa |
Family | Varanidae |
Genus | Varanus |
Species | Varanus komodoensis Ouwens |
6.2 Habitat
Komodo (Varanus komodoensis) merupakan reptil endemik yang sangat cocok/nyaman tinggal di savana yaitu padang rumput dengan pohon yang jarang. Hal tersebut membuat Taman Nasional Komodo yang terdiri dari 70% savana sangat cocok menjadi habitat satwa liar ini.
Vegetasi yang sering dijumpai di kawasan savana adalah jenis Setaria adhaerens, Chloris barbata, Heteropogon concortus, Borassus flabellifer, dan Zizyphus jujuba.
Menurut Mochtar (1992) dalam Fahruddin (1998), habitat komodo rata-rata memiliki suhu 230C – 400C dengan kelembaban 45% – 75%. Habitat komodo juga biasanya terdapat pada tempat dengan ketinggian 0-600 mdpl dengan rata-rata sudut kemiringan topografi 100 – 400.
6.3 Makanan
Komodo (Varanus komodoensis) merupakan hewan karnivora atau pemakan daging sehingga untuk mendapatkan makanannya, komodo harus melakukan perburuan. Komodo dewasa biasanya berburu babi hutan, kerbau, rusa, dan lain sebagainya.
Anakan komodo biasanya berburu hewan yang lebih kecil seperti ular, tikus, dan kadal kecil. Air liur yang dimiliki komodo sangat membantu dalam melumpuhkan mangsanya saat berburu. Hal ini disebabkan karena air liur komodo mengandung banyak jaringan bakteri dan kelenjar racun. Kandungan racun ini yang dapat menghambat bahkan mencegah pembekuan darah secara normal.
Komodo juga dikenal sebagai hewan kanibal karena dalam keadaan tertentu komodo juga dapat memangsa komodo lainnya. Sifat kanibal yang dimiliki komodo ini membuat komodo melakukan adaptasi untuk mempertahankan hidupnya seperti memiliki kemampuan memanjat pohon dan berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya.
Namun kemampuan tersebut hanya dimiliki oleh komodo pada waktu kecil (anakan). Oleh karena itu, anakan komodo lebih banyak menghabiskan waktunya di dekat pohon-pohon untuk menghindari komodo lainnya yang lebih besar atau menghindari predator lainnya.
6.4 Status Kelangkaan
Komodo (Varanus komodoensis) dianggap reptil purba yang masih bertahan hidup hingga saat ini sangat dilindungi baik secara nasional maupun internasional. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999, komodo masuk ke dalam daftar satwa yang dilindungi. Sedangkan berdasarkan IUCN, komodo dianggap sebagai jenis yang berstatus Vurnerable dan masuk ke dalam Appendix I CITES.
7. Destinasi Wisata di Taman Nasional Komodo
Selain komodo, yang menjadi daya tarik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk datang mengunjungi Taman Nasional Komodo adalah keindahan bentang alam kawasan taman nasional ini baik di daratan maupun di perairan.
7.1 Kampung Wisata Komodo
Kampung wisata komodo ini terletak di Pulau Komodo yang merupakan pulau utama di kawasan Taman Nasional Komodo ini. Secara administrasi Kampung Wisata Komodo ini terletak di bagian terluar Kabupaten Manggarai Barat. Di dalam kawasan Kampung Wisata Komodo ini wisatawan dapat menikmati aktivitas sehari–hari masyarakat asli setempat. Selain itu, di Kampung Wisata Komodo ini wisatawan dapat membeli souvenir khas Taman Nasional Komodo yaitu berupa patung komodo.
7.2 Pulau Kelor
Pulau Kelor merupakan salah satu pulau yang berada di kawasan Taman Nasional Komodo. Di antara pulau-pulau yang lainnya, Pulau Kelor ini sangat terkenal dengan wisata snorkeling. Wisata snorkeling ini didukung oleh keanekargaman sumber daya bawah lautnya yang tinggi yaitu adanya 260 jenis karang dan ribuan jenis ikan.
7.3 Gili Laba
Gili Laba merupakan salah satu destinasi wisata di Taman Nasional Komodo yang terkenal dengan keindahan paronama bentang alamnya baik laut maupun bukit-bukitnya. Pada musim kemarau, rumput di savana akan mengering, sedangkan pada musim hujan rumputnya akan berwarna hijau membuat pemandangan di Gili Laba ini sangat memesona. Pemandangan tersebut sangat cocok bagi para wisatawan yang menyukai fotografi.
7.4 Pantai Pink
Pantai Pink merupakan destinasi wisata di Taman Nasional Komodo yang sangat unik karena sesuai dengan namanya, disepanjang kawasan pantai ini berwarna pink atau merah muda. Sebenarnya warna pink ini timbul karena banyaknya terumbu karang yang berwarna sama dan ketika ombak datang sebagian terumbu karang tergerus air kemudian bercampur dengan pasir. Hasilnya adalah pantai indah dan unik berwarna pink atau merah muda yang memesona.
7.5 Loh Buaya
Loh Buaya merupakan tujuan utama dan gerbang wisata bagi para wisatawan berkunjung ke Pulau Rinca. Di tempat ini, wisatawan dapat melihat komodo lebih dekat dengan membeli tiket terlebih dahulu kemudian trekking menyusuri kawasan dengan dipandu pawang komodo yang sudah berpengalaman. Selain melihat komodo secara langsung, di Loh Buaya pengunjung dapat melakukan berbagai aktivitas lainnya seperti bersantai di tepi pantai, mendaki bukit, maupun pengamatan batu balok di Kampung Rinca.
Tertarik untuk berlibur ke Taman Nasional Komodo?
8. Akses Menuju Lokasi
Terdapat beberapa akses yang dapat digunakan untuk menuju Taman Nasional Komodo baik melalui jalur darat, jalur udara, maupun melalui laut. Rute Denpasar – Mataram – Bima dapat ditempuh selama kurang lebih 1,5 jam menggunakan pesawat. Kemudian dilanjutkan dengan jalur darat menuju Sape. Setelah sampai Sape, pengunjung dapat menggunakan kapal feri untuk sampai di Taman Nasional Komodo.
Akses lainnya untuk mencapai Taman Nasional Komodo adalah rute Kupang – Manggarai – Labuan Bajo. Rute ini dapat ditempuh dengan pesawat selama kurang lebih 3 jam. Kemudian dapat dilanjutkan dengan menggunakan speedboad/feri menuju Taman Nasional Komodo.
Selain kedua rute ditersebut, rute lainnya adalah Kupang – Ende yang dapat ditempuh dengan menggunakan pesawat. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan minibus ke tempat wisata Labuan Bajo selama 10 jam. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan speedboad selama 2 jam hingga ke Pulau Komodo.
9. Masyarakat di Taman Nasional Komodo
Di dalam kawasan terdapat daerah pemukiman penduduk, yaitu di Kampung Kerora yang dihuni oleh 529 jiwa dan umumnya bekerja sebagai nelayan tradisional, petani, pemungut hasil hutan, dan peternak. Sebagian besar penduduk memeluk agama Islam dan memiliki adat istiadat yang masih dipegang teguh, seperti adat perkawinan, pembagian tanah, musim tanam dan musim panen, musim mencari ikan, dan masalah sosial lainnya.
Pemukiman lain yang terdapat di dalam kawasan adalah Kampung Komodo yang terletak dekat dengan Teluk Slawi, kira-kira setengah jam perjalanan menyusuri pantai, walaupun tidak ada fasilitas untuk mengunjungi Kampung Komodo, pengunjung dapat melihat kehidupan tradisional penduduk setempat dan dapat menyewa perahu. Di Pulau Komodo terdapat atraksi berupa tarian tradisional, seperti tarian silat, dan hasil kerajinan tangan berupa patung komodo dari kayu.
Di dalam kawasan Taman Nasional Komodo terdapat empat kampung yang dihuni oleh masyarakat asli setempat maupun pendatang. Keempat kampung tersebut antara lain Kampung Komodo di Pulau Komodo, Kampug Rinca dan Kampung Kerora di Pulau Rinca dan Kampung Papagaran di Pulai Papagarang. Sampai tahun 2010 tercatat bahwa masyarakat yang tinggal di dalam kawasan Taman Nasional Komodo berjumlah 4.251 jiwa.
Sebagian dari masyarakat tersebut bermata pencaharian sebagai nelayan. Mayoritas masyarakat beragama Islam. Salah satu hal menarik dari masyarakat Taman Nasional Komodo adalah mitos yang menyatakan bahwa terdapat beberapa masyarakat asli setempat yang dapat berbicara dengan komodo.
10. Foto-Foto Taman Nasional Komodo
Lansekap Taman Nasional Komodo (TNK) pada saat langit berawan dan akan meneteskan hujan.
Varanus komodoensis (Komodo) merupakan spesies purbakala yang saat ini masih bertahan hidup di dunia dan hanya ada di Taman Nasional Komodo.
Snorkling merupakan salah satu kegiatan wisata yang dapat dilakukan di TN Komodo.
Suasana senja di Pulau Komodo, Flores, Indonesia.
Pulau Padar merupakan pulau yang menjadi lansekap yang sangat indah.
Suasana Pulau Padar di TN Komodo yang sangat memanjakan mata.
Pulau Kelor yang menjadi salah satu destinasi wisata bagi para wisatawan.
Lembayung senja di Pulau Komodo, Flores, Indonesia.
Lansekap Taman Nasional Komodo yang dibalut keindahan dermaga kayu alami, Flores, Indonesia.
Langit dan Lautan Biru yang ditemani dermaga perahu kecil di TN Komodo.
Labuan Bajo, Taman Nasional Komodo, Flores, Indonesia.
Dermaga di Taman Nasional Komodo.
Berlayar di Lautan Taman Nasional Komodo, Flores, Indonesia
Referensi:
Chrismiawati M. 2008. Identifikasi karakteristik sarang berbiak komodo (Varanus komodoensis Ouwens 1912) di Loh Buaya Pulau Rinca Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Kehutana IPB.
Fahruddin. 1998. Pendugaan Parameter Demografi Populasi Komodo (Varanus komodoensis Ouwens) Di Pulau Komodo Taman Nasional Komodo. [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Kehutanan IPB.
Supriatna J. 2014. Berwisata Alam di Taman Nasional. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia.
Usboko E. 2009. Studi pola penggunaan ruang berbagai kelas umur biawak komodo (Varanus komodoensis Ouwens) di Loh Buata – Pulau Rinca Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Kehutanan IPB.
[/read]