Taman Nasional Karimunjawa: Letak, Iklim, Sejarah, dan Potensi Alam

Berlibur memang menjadi agenda yang mengasyikan apalagi bersama dengan keluarga atau kerabat dekat. Bagaimana jadinya kalau Anda pergi ke tempat wisata yang memiliki lima ekosistem sekaligus?

Tentu saja akan memberikan pengalaman yang tidak akan terlupakan. Pilihan tempat liburan ini akan cocok bagi Anda yang suka menjelajahi ekosistem daratan didampingi dengan ekosistem perairan yang indah seperti yang ada di Taman Nasional Karimunjawa.

Taman Nasional yang berbentuk kepulauan ini memberikan pilihan kegiatan pariwisata maritim yang sangat banyak. Anda dapat melakukan berbagai kegiatan wisata air seperti berlayar, memancing, berenang, snorkeling, dan bercengkrama dengan hewan laut di penangkaran. Namun, tidak hanya wisata maritim, kawasan ini juga menawarkan wisata religi hingga wisata seni dan budaya, loh!

1. Letak Geografis dan Luas Kawasan

Spot Berfoto Andalan di Karimun Jawa
Spot Berfoto Andalan di Karimunjawa

Taman Nasional Karimunjawa memiliki kawasan yang berbentuk kepulauan dan terletak di Laut Jawa.

Kawasan ini memiliki letak geografis yang berkoordinat 5o40’39” sampai 5o55’00” LS dan 110o05’57” sampai 110o31’15” BT sebagaimana yang tertulis dalam Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.78/Kpts-II/1999 tanggal 22 Februari 1999. Secara administratif, kawasan ini masuk ke Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Taman nasional ini merupakan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yang merepresentasikan keutuhan dan keunikan pantai utara Jawa Tengah.

Luas kawasan Taman Nasional Karimunjawa terbagi menjadi tiga kawasan, yaitu wilayah daratan berupa ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah seluas 1285.5 ha, wilayah daratan berupa ekosistem hutan mangrove seluas 222.2 ha, dan wilayah perairan sebagai Kawasan Pelestarian Alam(KPA) seluas 110.117,3 ha. Total luas kawasan yang mencakup daratan dan perairan seluas 111.625 ha.

2. Iklim dan Topografi

Taman Nasional Karimun Jawa
Taman Nasional Karimunjawa

Taman Nasional Karimunjawa yang terletak di Jawa Tengah memiliki iklim tropis di mana hanya terdapat dua musim. Musim kemarau yang terjadi relatif pendek yaitu antara bulan Juni sampai Agustus atau disebut musim timur. Saat peristiwa ini, angin seringkali bertiup dari benua asia menuju benua australia sehingga mengandung banyak curah hujan dan menyebabkan hujan lokal.

Setelah berakhir, selanjutnya akan terjadi musim pancaroba I yang terjadi antara bulan September sampai Oktober sebagai musim peralihan. Sebaliknya, musim penghujan atau yang biasa disebut sebagai musim barat terjadi pada bulan November hingga Maret. Selama periode ini, angin akan bertiup dengan kecepatan tinggi dan akan menyebabkan gelombang laut membesar sehingga berbahaya bagi aktivitas pelayaran.

Kawasan ini terdiri dari 27 pulau yang ditetapkan sebagai Cagar Alam Laut pada tahun 1986 dan berubah statusnya menjadi Taman Nasional Karimunjawa pada tahun 1999. Topografi kawasan taman nasional ini berupa dataran rendah yang bergelombang dengan kisaran ketinggian antara 0 sampai 506 m di atas permukaan laut. Tidak terdapat sungai besar dalam kawasan ini, namun terdapat lima mata air yang biasa dimanfaatkan sebagai sumber air bersih oleh penduduk sekitar.

Tipe dasar perairan di Taman Nasional Karimunjawa mulai dari tepi pulau adalah pasir dan semakin ke tengah dikelilingi terumbu karang. Terumbu karang di kawasan ini sebagian besar ada pada kedalaman 0,5 m hingga 20 m di bawah permukaan laut. Ombak di Taman Nasional Karimunjawa tergolong jinak sehingga cocok untuk melakukan diving.

[read more]

3. Sejarah Taman Nasional Karimunjawa

Taman Nasional Karimunjawa memiliki cerita dibalik keindahan alamnya.

Sejarah Karimunjawa bermula dari zaman Sunan Muria, salah satu tokoh yang menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa yang ceritanya berkembang di masyarakat sekitar. Konon ia memiliki anak bernama Syekh Amir Hasan yang juga merupakan murid dari Sunan Kudus.

Syekh Amir Hasan atau Sunan Nyamplungan dibuang ke kepulauan di sebelah utara pulau Jawa akibat dari kenakalannya.

Sunan Muria melihat pulau-pulau tersebut secara samar sehingga ketika dibahasa jawakan menjadi kremun-kremun soko Jowo. Lama kelamaan sebutan itu akrab dipanggil dengan Karimunjawa.

Di kepulauan ini banyak ditemukan peninggalan dari Sunan Nyamplungan atau Syekh Amir Hasan. Peninggalan tersebut di antaranya ikan lele tanpa patil (Clarias meladerma), kayu dewodaru, kalimosodo, sentigi, dan ular edhor. Penduduk sekitar juga mengkramatkan makam Nyamplungan yang terdapat di kepulauan ini.

4. Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem

Terumbu Karang TN Karimun Jawa
Terumbu Karang TN Karimunjawa

 

Keanekaragaman hayati bawah laut taman nasional ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk datang. Taman Nasional Karimunjawa telah menjadi salah satu dari tiga pusat perikanan yang diandalkan di Jawa Tengah, maka sebagian besar penduduk di sekitarnya berprofesi sebagai nelayan. Keberagaman ini yang menjadi latar belakang sektor perekonomian difokuskan pada perikanan.

Kawasan Taman Nasional Karimunjawa terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok daratan dan kelompok perairan. Masing-masing kelompok memiliki beragam ekosistemnya sendiri. Ekosistem dari kedua kelompok tersebut antara lain, ekosistem terumbu karang, ekosistem hutan pantai, ekosistem mangrove, ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah, serta ekosistem padang lamun dan rumput laut.

Ekosistem terumbu karang di Taman Nasional Karimunjawa terdiri atas tiga jenis terumbu. Tipe terumbu karang tepi (fringing reef) berkembang di sepanjang pantai serta memiliki batas kedalaman tidak lebih dari 40 meter. Tipe terumbu karang penghalang (barrier reef) terletak jauh dari pantai dan umumnya memanjang berputar menyusuri pantai seakan menghalangi pendatang dari luar. Sementara itu, tipe terumbu karang lainnya adalah taka (patch reef) yang dalam kurun waktu geologis akan membantu pembentukan Pulau Datar.

Hasil survei yang telah dilakukan oleh Wildlife Conservation Society (WCS) pada tahun 2003 hingga 2004 menemukan bahwa gugusan terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa terdiri dari gugusan terumbu karang tepi. 15 famili karang keras berkapur ditemukan dari 63 genera. Secara umum, kondisi terumbu karang di kawasan ini mempunyai penutupan rata-rata sebesar 40%.

Berbagai jenis ekosistem yang ada di kawasan ini berdampak pada keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi. Balai Taman Nasional Karimunjawa telah melakukan berbagai upaya dalam mengidentifikasi keanekaragaman tersebut. Berdasarkan jenis habitatnya, telah teridentifikasi sebanyak 262 jenis flora dan 897 jenis fauna.

4.1 Keanekaragaman Flora

Hutan hujan tropis dataran rendah memiliki 171 jenis flora hidup di dalamnya yang terdiri atas 151 flora hutan hujan tropis, 11 jenis lumut, dan 15 jenis jamur. Mangrove yang ada di kawasan ini sejumlah 45 jenis. Flora di hutan pantai terdiri dari 34 jenis flora. Sementara itu pada ekosistem padang lamun dan rumput laut terdiri dari 11 jenis lamun dan 18 jenis rumput laut.

4.2 Keanekaragaman Fauna

Keanekaragaman fauna yang terdapat di Taman Nasional Karimunjawa ini sangat beragam dan tersusun atas beberapa takson yang terdiri dari vertebrata dan invertebrata.

Hewan bertulang belakang yang ada di kawasan ini antara lain, Mamalia terdiri dari 7 jenis, Aves terdiri dari 116 jenis, Reptilia terdiri dari 13 jenis, Serangga atau Insekta terdiri dari 42 jenis, dan Ikan atau Pisces terdiri dari 412 jenis.

Hewan tidak bertulang belakang di kawasan ini antara lain, Plathyhelminthes sebanyak 2 jenis, Annelida sebanyak 2 jenis, Gastropoda yang terdiri dari 47 jenis, Bivalvia sebanyak 8 jenis, Cephalopoda yang terdiri dari 7 jenis, Arthopoda sebanyak 5 jenis, dan Echinodermata sebanyak 31 jenis.

Kepulauan Karimunjawa juga memiliki satwa langka yang tinggal di dalamnya, yaitu burung elang laut.

Selain itu, di daratan kepulauan ini sering terlihat adanya rusa, trenggiling, landak, dan bangau. Di perairan, kepulauan ini menjadi habitat alami penyu-penyu jenis penyu hijau dan penyu sisik untuk bertelur. Pengelola kawasan Taman Nasional Karimunjawa telah mendirikan tempat penetasan semi-alami guna menghindari telur penyu dari predator alami dan manusia.

5. Masyarakat Sekitar Taman Nasional

Sebagai kawasan yang berbentuk kepulauan, tentu saja masyarakat lokal di sekitar Taman Nasional Karimunjawa banyak yang berprofesi sebagai nelayan. Masyarakat adat yang tinggal di kepulauan ini adalah suku Bugis yang sudah dikenal sebagai suku yang piawai dalam menjelajahi laut dari Semenanjung Malaka hingga Madagaskar.

Salah satu desa yang masih memegang teguh budaya Bugis adalah Desa Telaga. Rumah yang ada di desa ini masih berbentuk rumah panggung yang anggun dan gagah. Perjalanan yang harus ditempuh untuk mencapai desa ini sekitar 45 menit dari pelabuhan Karimunjawa menggunakan kendaraan bermotor.

Masyarakat lokal yang aktivitas sehari-harinya tidak jauh dari perairan, mulai dari profesi hingga hidangan makanan semua berkaitan dengan perairan. Kuliner yang dihidangkan di kawasan Kepulauan Karimunjawa antara lain bakso ikan ekor kuning, lontong krubyuk, pindang serani, somay tongkol, dan tongseng cumi.

Sebagian besar masyarakat di Taman Nasional Karimunjawa memfokuskan sektor perikanan untuk membangun perekonomian keluarga.

6. Potensi Wisata Alam Taman Nasional Karimunjawa

Suasana di TN Karimun Jawa
Suasana di TN Karimunjawa

Taman Nasional Karimunjawa memiliki berbagai potensi wisata yang sangat cocok Anda pilih untuk tujuan liburan selanjutnya. Wisata alam yang berbentuk gugusan pulau ini akan memanjakan mata Anda dengan keindahan perpaduan daratan dan lautannya. Anda dapat melakukan sejumlah kegiatan di Taman Nasional Karimunjawa.

Bagi Anda yang ingin menikmati keindahan bawah laut dari Karimunjawa, sudah pasti Anda harus melakukan diving atau snorkeling ketika liburan di sini. Ekosistem terumbu karang menyimpan sejuta keindahan di bawah laut. Salah satu hal yang harus Anda lihat adalah bangkai kapal Panama INDONO yang tenggelam pada tahun 1955 di sekitar Pulau Kemujan.

Ketika mulai menyelam, Anda akan merasakan sensasi berbeda mendekati bangkai kapal ini. Suasana sunyi dan misterius ditambah dengan pilar-pilar besi kapal yang terlihat berkarat menambah keindahan bawah laut. Tidak sedikit terumbu karang berwarna-warni yang berjuang untuk hidup tumbuh di sekitarnya.

Bagi yang hanya sekedar ingin bersantai menikmati indahnya laut, anda dapat melakukan itu sembari berjemur di pantai. Kepulauan Karimunjawa ini memiliki pantai yang tidak kalah menakjubkannya dari pantai Pulau Bali. Pantai yang terkenal memiliki pasir putih bersih di Taman Nasional Karimunjawa adalah Pulau Menjangan Besar dan Pulau Cemara Kecil.

Anda juga bisa memacu adrenalin dengan mencoba beberapa wahana yang disediakan di taman nasional ini, seperti bermain jetski, banana boat, hingga berenang dengan hiu. Merasakan sensasi berenang ditemani dengan hiu pastinya tidak dapat Anda rasakan di tempat lain. Tenang saja, hiu yang berada di Taman Nasional Karimunjawa ini sudah jinak dan terlatih.

Selain wisata air, Anda juga dapat menikmati keindahan daratan kawasan ini.

Mengelilingi pulau dapat menjadi pilihan ketika tiba di taman nasional ini untuk melihat keindahan jajaran kepulauan Karimunjawa yang memendam sejuta pesona.

Berbagai jenis satwa dapat anda lihat di kawasan ini, seperti kera ekor panjang (Macaca fascicularis karimondjawae), rusa (Cervus timorensis subspec), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), ular edhor, elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster), trocokan (Pycnonotus goiavier), betet (Psittacula alexandri), dan 40 jenis burung lainnya.

7. Fasilitas Taman Nasional

Taman Nasional Karimunjawa menyediakan berbagai fasilitas untuk menunjang para wisatawan yang berkunjung. Harga tiket masuk yang ditawarkan untuk wisatawan lokal oleh pengelola Taman Nasional Karimunjawa tidak semahal yang dibayangkan. Anda cukup membayar sebesar Rp 5.000,- pada weekday atau Rp 7.000,- pada weekend.

Jalur yang paling umum ditempuh untuk mencapai Kepulauan Karimunjawa adalah jalur laut. Anda dapat menaiki kapal Kartini I yang berangkat setiap Sabtu pukul 9 pagi dari Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Lama waktu yang ditempuh sekitar 3 jam dan kapal tersebut akan kembali lagi pada Minggu siang ke pelabuhan yang sama.

Jika berangkat dari Pelabuhan Pantai Kartini yang berada di Jepara, Anda dapat berangkat menggunakan Kapal Muria menuju Kepulauan Karimunjawa setiap dua hari sekali. Waktu yang ditempuh lebih lama dibandingkan dari Pelabuhan Tanjung Emas yaitu sekitar 6 jam perjalanan. Kapal ini biasa berangkat pada Selasa, Kamis, dan Sabtu jam 9 pagi.

Bagi yang tidak terbiasa menempuh perjalanan dengan jalur laut, Anda dapat menempuh perjalanan udara menuju Bandara Dewa Daru di Pulau Kemujan. Pesawat dengan jenis CASSA 212 ini disediakan oleh pengelola resort di Karimunjawa dan Anda hanya akan menempuh perjalanan selama 30 menit saja. Perjalanan ini tentunya memakan waktu lebih singkat jika dibandingkan dengan jalur laut.

Pengelola kawasan ini juga menyediakan beberapa wahana yang dapat dipilih oleh para wisatawan yang berkunjung. Bagi yang suka melihat pemandangan di bawah laut, Anda cukup membayar sebesar Rp 15.000,- untuk dapat snorkeling. Harga tersebut relatif lebih murah dibandingkan dengan tempat wisata alam lain.

Bagi Anda yang berasal dari tempat yang jauh, fasilitas berupa penginapan adalah salah satu yang Anda butuhkan. Sebagian besar penginapan berada di Pulau Karimunjawa dengan harga yang terjangkau. Pengelola juga menjajakan berbagai macam cinderamata yang siap dibawa pulang untuk kenang-kenangan.

Hidangan yang disediakan di restoran pada kawasan ini juga tidak kalah enaknya. Kedai ikan bakar yang segar dan lezat dapat menjadi pilihan makan malam di alun-alun Karimunjawa. Makanan bahari yang ditawarkan sangat khas karena kawasan ini terkenal dengan sektor perikanannya.

Penggunaan bahan plastik perlu diperhatikan ketika berkunjung ke Taman Nasional Karimunjawa. Dalam menyajikan hidangan, beberapa kedai masih menggunakan plastik sekali pakai untuk menghidangkannya. Anda disarankan untuk membawa tempat makan atau botol minum ramah lingkungan untuk menekan penggunaan plastik di kawasan ini demi terjaganya keindahan ekosistem Taman Nasional Karimunjawa.

Bagi Anda yang ingin berkunjung ke kawasan ini, disarankan untuk mengisi penuh baterai peralatan elektronik. Listrik di Karimunjawa akan mulai menyala dari pukul 18.00 hingga 06.00 WIB pagi. Agar liburan Anda lancar, maka perlu diperhatikan penggunaan listrik di kawasan ini.

Menakjubkan bukan gambaran dari Taman Nasional Karimunjawa ini? Sudah waktunya Anda merencanakan untuk berlibur di tempat ini bersama keluarga atau kerabat dekat. Namun, tetap jaga kelestarian ekosistemnya agar dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya, ya!

[/read]