Taman Nasional Alas Purwo

Taman Nasional Alas Purwo adalah taman nasional yang berada di ujung Timur Pulau Jawa, bersebrangan dengan Taman Nasional Ujung Kulon yang berada di ujung Barat Pulau Jawa.

Taman nasional ini merupakan salah satu taman nasional yang memiliki ekosistem savana sehingga di sini juga kita bisa melihat miniatur dari ekosistem padang rumput Afrika yang sangat eksotis.

Biasanya di padang rumput ini terdapat spesies Banteng dan burung-burung yang saling berinteraksi.

Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) memiliki ekosistem laut dan ekosistem daratan yang sangat eksotis untuk dikunjungi dan merupakan habitat yang baik bagi berbagai populasi flora dan fauna khas Jawa.

Selain itu, arus ombak di pesisir kawasan taman nasional ini menjadi salah satu daya tarik utama TNAP.

Yuk simak informasi selengkapnya di artikel ini!

1. Letak Geografis

Taman Nasional Alas Purwo secara geografis terletak antara 8° 26’ 46” – 8° 47’ 00” Lintang Selatan dan 114° 20’ 16” – 114° 36’ 00” Bujur Timur. Secara administratif wilayah kawasan taman nasional ini berada di Kecamatan Muncar, Tegaldelimo, dan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Taman nasional ini dibatasi oleh hutan produksi di sebelah barat, Selat Bali di sebelah timur, dan Samudera Indonesia di sebelah selatan.

2. Luas Kawasan Taman Nasional Alas Purwo

Taman nasional ini memiliki luas 43.420 ha yang meliputi Semenanjung Blambangan yang terletak di bagian paling ujung tenggara Pulau Jawa. Setelah disebutkan sebelumnya, kawasan ini pun mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Banyuwangi.

[read more]

3. Iklim dan Topografi

Iklim di kawasan ini termasuk iklim tipe B dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 1.000 – 1.500 mm/tahun. Curah hujan di kawasan ini agak rendah karena pengaruh angin muson yang membawa uap air jarang sampai ke wilayah ini, hal inilah yang sering terjadi pada pulau-pulau di sebelah timur Pulau Bali. Curah hujan yang kecil ini pula menyebabkan hanya ada satu aliran sungai utama yang permanen. Suhu rata-rata di kawasan ini adalah 22° – 31° C, dan pada musim kemarau suhu dapat mencapai 37° C.

Taman nasional ini berada pada ketinggian 0 – 332 m di atas permukaan laut dengan topografi yang bervariasi, mulai dari dataran rendah sampai dengan dataran tinggi. Di bagian barat dan selatan kawasan taman nasional merupakan daerah yang datar hingga landai. Di sebelah timur laut, yaotu Tanjung Sembulungan daerah mulai bergelombang atau berbukit hingga ke arah barat di Blok Waktu Pecah. Dari arah selatan sekitar daerah Sadengan ke arah tengah kawasan, hampir seluruhnya merupakan daerah yang berbukit atau bergelombang dengan puncaknya, yaitu Gunung Linggamanis (322 m dpl).

Dataran aluvial di bagian barat ditanami padi, semangka, dan komoditas lainya. Zona penyangga yang luas memisahlan daerah tersebut dengan kawasan taman nasional, dan dengan perkebunan teh yang menghubungkan Taman Nasional Alas Purwo dengan Taman Nasional Meru Betiri di daerah barat dan Gunung Raung di sebelah utara. Kawasan ini memiliki banyak jurang dan lembah-lembah yang dalam.

4. Sejarah Kawasan

Kawasan taman nasional ini memiliki sejarah yang sangat panjang dimulai pada tahun 1939 tentang penetapan kawasan untuk pelestarian.

  • 1 September 1939 berdasarkan Surat Ketetapan GB. Stbl. No. 456 Gubernur Jenderal Pemerintahan Belanda menetapkan kawasan Alas Purwo sebagai Suaka Margasatwa Banyuwangi, dengan luasan 62.000 ha.
  • 26 Februari 1993 berdasarkan Surat Keputisan Menteri Kehutanan No. 190/Kpts-II/93 status dan nama kawasan diubah menjadi Taman Nasional Alas Purwo dengan luas 43.420 ha.
  • Taman nasional ini juga telah ditetapkan sebagai Sister Parks (kerja sama Indonesia – Malaysia).

5. Keanekaragaman Hayati dan Eksosistem

5.1 Ekosistem

Tipe ekosistem yang terdapay di Taman Nasional Alas Purwo sebagian besar berupa tipe ekosistem hutan tropis dataran rendah dan hutan pantai yang lebat. Terdapat dua spesies khas dan langka dari wilayah ini, yaitu Sawo Kecik (Manilkara kauki).

Secara lebih jelasnya tipe-tipe ekosistem yang berada di TNAP adalah

  • Hutan pantai. Hutan pantai terdapat di sepanjang bagian timur kawasan TNAP, jenis flora yang tumbuh di sana di antaranya adalah Ketapang (Terminalia catappa), Nyamplung (Calophyllum inophyllum), Waru Laut (Hibiscus tiliaceus), dan Keben (Barringtonia asiatica).
  • Hutan Payau atau Hutan Mangrove. Hutan jenis ini memiliki luasan yang cukup luas (25% dari luas hutan payau di Pulau Jawa) dengan kondisi yang mamsih sangat baik di daerah Slenggrong dan Segoro Anak. Spesies tumbuhan yang ada di ekosistem ini antara lain, Bakau (Rhizopora ) dan Api-Api (Avicennia sp.).
  • Hutan bambu. Hutan dengan tipe ekosistem ini mencakup 40% dari luas kawasan merupakan daerah yang ditempati oleh formasi hutan bambu, jantara lain, bambu manggong (Bambusa) dan 13 jenis bambu lainnya.
  • Terdapat hutan basah gugur daun dengan lebih dari 50% pohon mengalami masa gugur daun, dan pohon-pohon sekunder, seperti Mahang (Macaranga) dan Trema sp. yang sudah jarang ditemukan. Pohon-pohon lain pun tumbuh di wilayah ini, yaitu Ficus sp., Kepuh (Sterculia foetida), Kayu Tahun (Kleinhovia hospita), sejenis Bungur (Lagerstroemia flos-reginae), Binong (Tetrameles mudiflora), dan Jambu-Jambuan (Eugenia spp.) dengan tidak satupun yang mencapai tinggi 30 meter.
  • Terdapat padang rumput (ekosistem savana) penggembalaan pada bukit-bukit di daerah Triangulasi, Kali Pancur. Padang rumput penggembalaan seluas 100 ha terdapat di Sadengan, dekat penginapan di Triangulasi dengan rumput jenis asli, seperti Balung (Arudinella setosa), Dischantium caricosum, Lamu (Polytrias amaura), dan Meraken (Heteropogon contortus), dan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum).
  • Hal yang unik di taman nasional ini adalah adanya hutan alam Sawo Kecik (Manilkara kauki) yang terluas di Indonesia.

5.2 Keanekaragaman Flora

Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di kawasan taman nasional ini di antaranya adalah

  • Rumput Balung (Arudinella setosa)
  • Kayu Tahun (Kleinhovia hospita)
  • Nipah (Nypa fruticans)
  • Sawo Kecik (Manilkara kauki)
  • Kepuh (Sterculia foetida)

5.3 Keanekaragaman Fauna

Taman Nasional Alas Purwo terdapat berbagai jenis satwa liar, mulai dari mamalia, herpetofauna, aves, sampai fisces. Mamalia yang ada di taman nasional ini sekitar 50 jenis yang di antaranya adalah Banteng (Bos javanicus), Rusa (Cervus timorensis), Kijang (Muntiacus muntjak), Anjing Hutan/Ajag (Cuon alpinus), dan Lutung (Trachypithecus auratus).

Biodiversitas aves di TNAP cukup tinggi, berdasarkan data dari Balai Besar Taman Nasional Alas Purwo (BBTNAP) tercatat 302 jenis burung yang ditemukan di kawasan ini. Merak Hijau merupakan jenis aves yang menjadi primadona dan dapat dijumpai dengan mudah di kawasan.

Aktivitas Merak sangat menarik untuk diamati, terutama saat mereka melakukan kegiatan kawin. Waktu terbaik untuk mengamati Merak adalah bulan Agustus – Oktober.

Selain Merak, jenis burung yang menarik lainnya adalah Ayam Hutan Hijau (Gallus varius), Cekakak Hitam (Halycon pileata), Elang Laut (Haliaetus leucogaster), Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), dan Bangau Tongtong (Leptoptilos javanicus).

Alas Purwo merupakan salah satu wilayah penting di Jawa yang menjadi jalur migrasi burung dari daratan Asia menuju Australia. Antara bulan November – Januari di daerah Sergoro Anak dapat dijumpai sekitar 20 jenis burung migran asal Australia dan 3 jenis Rangkong.

Untuk fauna akuatik atau fisces, di taman nasional ini juga dapat dijumpai berbagai jenis satwa, seperti beberapa jenis kerang, siput, penyu hijau (Chelonia mydas), penyu belimbing (Dermochelys coriaceae), penyu sisik (Eremochelys imbricata), dan penyu lekang (Lepidochelys olivateae), serta ikan hiu, lumba-lumba, duyung, Carangidae, Chaetodontidae, Acanthuridae, Holocentridae, Lutjanus sp., Pomacentridae, dan Scaridae, terutama di daerah Tanjung Selakah sampai Tanjung Pasir dan Samudera Indonesia.

6. Penduduk Sekitar dan Budayanya

Penduduk yang terdapat di sekitar kawasan sebagian besar adalah pendatang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, terutama dari bagian barat. Ke arah bagian barat kawasan terdapat laguna Segoro Anak dan hutan bakau yang merupakan daerah kegiatan perikanan tradisional untuk mencari tiram, kepiting, nener, kerang, udang, dan ikan.

Kebudayaan yang berkembang di masyarakat didominasi oleh budaya dan bahasa Jawa. Seni tradisional yang dapat dijumpai di kawasan ini, antara lain tari Jejer Gandrung, tari Jaranan, tari Hadrah Kuntul, dan seni pahat wayang kulit dan kerajinan kayu.

Sebagian besar penduduk di sekitar kawasan menganggap bahwa Taman Nasional Alas Purwo memiliki banyak misteri. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya pengunjung yang datang dalam bulan Suro (perhitungan bulan mernutu Suku Jawa atau bulan Muharam dalam perhitungan Islam), baik dari sekitar Kabupaten Banyuwangi maupun dari provonsi lain untuk melakukan semedi. Semedi umumnya dilakukan pada tempat-tempat yang dianggap memiliki kekuatan gaib/supranatural, seperti Kucur, Pancur, Goa Istana, dan Goa Padepokan.

7. Kawasan Wisata yang Belum dan Akan Dikembangkan

Terdapat berbagai destinasi tempat yang menarik yang dapat pengunjung kunjungi. Berikut adalah destinasi wisata yang dapat kita kunjungi di TNAP.

  • Padang penggembalaan Sadengan merupakan tempat yang banyak dihuni oleh satwa liar, seperti Banteng, Risa, Babi Hutan, atau Burung Merak Hijau. Satwa-satwa ini dapat dilihat dari menara pengamatan yang berada di tepi padang penggembalaan. Di sini juga terdapat areal untuk berkemah.
  • Plengkung merupakan lokasi yang sering digunakan pengunjung untuk berselancar (surfing) terutama pada bulan Maret – Oktober. Di daerah Plengkung ini pun terdapat area berkemah bagi para peselancar. Di wilayah ini juga terdapat karang pemecah ombak dan ombak yang dapat mencapai ketinggian 7 meter.
  • Pancur atau Parang Ireng adalah tempat yang memiliki keindahan lansekap. Tempat ini memiliki pasir gotri dan pantai dengan batu karang berwarna hitam, tempat ini pun sering dijadikan semedi terutama pada bulan Suro.
  • Terdapat 4 site tempat penetasan dan penangkaran penyu hasil tangkapan di pantai Ngagelan yang berjarak 6 km dari Pos Rawabendo dan dapat ditempuh selama 25 menit.
  • Tanjung Selakah sampai Tanjung Pasir merupakan tempat yang indah untuk menyaksikan lumba-lumba dan duyung.
  • Segoro Anak/Muara Grajagan menjadi pusat perhatian dari program “Sumber Daya Kelautan di Kawasan Pesisir” yang merupakan bagian dari Program Kerja Sama ASEAN-Australia di bidang ilmu kelautan.
  • Taman nasional yang berbatasan langsung dengan Samuder Indonesia membuat kita juga dapat menikmati samudera tersebut
  • Pantai Triangulasi merupakan tempat yang sangat cocok untuk dijadikan tempat bersantai sambil menikmati panorama pasir putih yang berbalut cahaya matahari terbenam di ujung horizon samudera.

Selain itu, di luar kawasan taman nasional pun banyak menyimpan destinasi wisata yang sangat tidak kalah menarik

  • Daerah Banyuwangi menyediakan beragam kualitas hotel yang dapat menyambut para wisatwan dengan tarian-tarian adat, seperti Tarian Jejer Gandrung dan Hadrah Kuntul.
  • Daerah Kaliklatak merupakan obyek wisata perkebunan, terletak sekitar 15 km sebelah barat Banyuwangi. Jenis tanamannya antara lain, Kopi, Cengkeh, Kakao, dan Karet. Daerah ini banyak dikunjungi wisatawan mancanegara.
  • Daerah Mancur merupakan pelabuhan ikan terbesar kedua di Indonesia setelah Bagan Siapi-api. Di daerah ini sering diadakan upacara petik laut yang merupakan kegiatan melempar sesaji ke laut yang dilakukan pada bulan Suro serta berbagai upacara lain. Daerah ini juga sering dijadikan tempat semedi.

Selain kawasan wisata, tentunya di Taman Nasional Alas Purwo pun kita dapat melakukan kegiatan penelitian. Banyak objek kajian penelitian yang dapat digali di sini, misalnya penelitian ekologi, perliaku satwa liar, ekosistem, plasma nutfah, Sawo Kecik, dan gua-gua yang tersebar di kawasan TNAP ini.

8. Mitra Pengelola Taman Nasional Alas Purwo

Pengelolaan taman nasional ini selain dilakukan oleh Balai Besar Taman Nasional Alas Purwo di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, juga bermitra dengan berbagai lembaga lainnya, seperti dengan negara-negara ASEAN dan Australia, PT. Plengkung Indah, dan PT. Wana Wisata Alam Hayati (WWAH).

9. Peraturan Tertulis dan Tidak Tertulis ketika Memasuki Kawasan

Beberapa ketentuan yang berlaku bagi wisatawan atau pengunjung untuk memasuki suatu kawasan taman nasional di antaranya adalah:

  • Setiap pengunjung yang memasuki kawasan Taman Nasional Alas Purwo harus mendapat izin tertulis dari pihak pengelola dengan menyelesaikan berbagai administrasi.
  • Pengunjung domestik yang akan melakukan penelitian atau kegiatan sejenis lainnya diwajibkan untuk mendapat izin tertulis dari Pimpinan atau Pengelola Taman Nasional bersangkutan dengan melampirkan proposal penelitian.
  • Pengunjung asing yang ingin melakukan kegiatan survei, penelitian atau kegiatan lain yang sejenis haru mengajukan permohonan tertulis kepada Direktirat Jenderal Perlindungan dan Konervasi Alam, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta melampirkan proposal penelitian dan surat rekomendasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
  • Disarankan untuk mengunjungi pusat informasi yang terletak di kantor pengelola taman nasional agar mendapatkan informasi lebih rinci terkait dengan taman nasional ini.
  • Pengunjung dapat dipandu oleh pemandu wisata yang telah disediakan oleh pihak pengelola.
  • Taman Nasional Alas Purwo dapat dikunjungi sepanjang tahun, namun bagi pengunjung atau wisatawan yang ingin menikmati suasana dan panorama alam sambil berjalan-jalan, sebaiknya melakukan kunjungan pada musim kemarau karena pada musim hujan kondisi tanah di sekitar kawasan taman nasional umumnya sulit untuk dilewati.

10. Akses Menuju Kawasan

Taman Nasional Alas Purwo dapat dicapai dengan beberapa cara dan moda kendaraan. Letak kawasan ini yang berada di ujung Timur Pulau Jawa menyebabkan perjalanan yang panjang bagi para traveler yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Barat, atau Ibu Kota Provinsi.

Berikut adalah beberapa akses untuk mencapai TNAP:

  • Dari Kota Surabaya kawasan ini berjarak 360 km dan dapat ditempuh selama 8,5 jam dengan cara:
    • Dari Surabaya menuju Banyuwangi menggunakan kendaraan umum (bus) jurusan Surabaya – Banyuwangi.
    • Dari Banyuwangi menuju Dambuntung menggunakan kendaraan umum (bus).
    • Dari Dambutung menuju Pasaranyar menggunakan kendaraan umum (colt).
    • Dari Pasaranyar menuju Triangulasi menggunakan kendaraan umum selama 15 menit atau menuju Grajagan menggunakan kendaraan umum selama 1 jam
    • Dari Triangulasi menuju Pantai Plengkung dapat ditempuh dengan berjalan kaku selama 4 jam atau dari Grajagan menuju Pantai Plengkung dengan perahu motor selama 1 – 3 jam.
  • Dari Kota Denpasar, Provinsi Bali ditempuh dengan cara:
    • Dari Denpasar menuju Gilimanuk menggunakan kendaraan umum (bus) jurusan Denpasar – Gilimanuk (masih terletak di Provinsi Bali).
    • Dari Gilimanuk menuju Ketapang, Provinsi Jawa Timur menggunakan kapal feri untuk penyebrangan.
    • Dari Ketapang menuju Banyuwangi menggunakan kendaraan angkutan kota/ angkot (mikrolet).
    • Dari Banyuwangi menuju Dambuntung menggunakan kendaraan umum (bus).
    • Dari Dambuntung menuju Pasaranyar menggunakan kendaraan umum (colt).

11. Fasilitas dan Transportasi

Fasilitas yang ada di kawasan taman nasional ini di antaranya adalah Kantor, pondok kerja, bumi perkemahan, menara pengamatan, dan pusat informasi.

12. Foto-Foto Taman Nasional Alas Purwo

Berselancar di Taman Nasional Alas Purwo

Olahraga berselancar di laut Taman Nasional Alas Purwo merupakan salah satu kegiatan terbaik yang bisa dilakukan di sini. Alas Purwo ini memiliki ombak yang sangat bagus untuk kegiatan surfing.

 

Upacara Pagarwesi di Pantai Triangulasi

Pagarwesi merupakan upacara keagamaan yang diadakan secara berkala. Pagarwesi ini dilakukan di Pantai Triangulasi, TNAP.

 

Tanjung Sembulungan, Taman Nasional Alas Purwo

Suasana di Tanjung Sembulungan TNAP yang membuat nyaman karena kedamaian dan kesepiannya.

 

Pengamatan Satwa Liar di Sadengan

Kegiatan pengamatan satwa liar sekaligus pengambilan gambar video dokumenter di Sadengan, Taman Nasional Alas Purwo.

 

Pantai Triangulasi, Taman Nasional Alas Purwo

Pantai Triangulasi merupakan destinasi wisata yang cukup populer bagi wisatawan yang pergi ke TNAP.

 

Pantai Plengkung, Taman Nasional Alas Purwo

Bersantai dan menafakuri alam di Pantai Plengkung, TNAP membuat hati dan pikiran menjadi kembali tenang.

 

Pantai Pancur, Taman Nasional Alas Purwo

Bersama di Pantai Pancur yang masih sangat alami merupakan momen yang paling bahagia dengan orang-orang terdekat.

 

Ombak di Taman Nasional Alas Purwo

Deburan ombak yang memecah karang dengan keras dan menyentuh pantai dengan lembut merupakan perpaduan alam yang tiada duanya di ujung Timur Pulau Jawa ini.

 

Menara Pengawas Taman Nasional AasPurwo

Menara pengamatan satwa merupakan salah satu destinasi yang menarik bagi para wisatawan untuk mengenali alam lebih dekat.

 

Keindahan Pantai Pancur, TNAP

Senja di Pantai Pancur ditemani mentari jingga yang tenggelam di Samudera Indonesia kala itu.

 

Daun Berguguran di Pintu Masuk TNAP Rowobendo

Daun yang gugur menyambut seorang gadis sesaat setelah melewati pintu masuk Rowobendo kawasan Taman Nasional Alas Purwo.

 

Burung Merak di TNAP

Burung Merak merupakan salah satu ikon dari taman nasional paling Timur di Pulau Jawa ini.

 

13. Informasi

Kantor Balai Besar Taman Nasional Alas Purwo (BBTNAP)
Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 108, Banyuwangi, Jawa Timur (68416)
Telfon (0333) 410857
Website: tnalaspurwo.org

 

Referensi:

Supriatna J. 2014. Berwisata Alam di Taman Nasional. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia (YOI)

[/read]