Sumur Resapan: Pengertian, Manfaat, Jenis dan Pembuatan

Teknik konservasi tanah dan air saat ini sangat diperlukan mengingat sering terjadinya bencana banjir dan kekeringan di beberapa daerah.

Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah pembuatan sumur resapan.

Sumur resapan ini sangat baik dalam mengurangi besarnya aliran permukaan sehingga menurunkan peluang terjadinya banjir maupun kekeringan.

Teknik konservasi tanah dan air dengan menggunakan metode sumur ini dapat mengendalikan dampak dari air hujan dengan meresapkannya ke dalam tanah sehingga air tidak banyak terbuang sebagai aliran permukaan, menjaga cadangan air tanah, dan menjaga pemukiman agar tidak tergenang (Sinaga 2017).

Teknik konservasi air ini sangat penting untuk dilakukan, terutama pada pemukiman yang cukup padat dan memiliki ruang yang sangat sedikit untuk meresapkan air hujan.

Masyarakat pun dapat merasakan secara langsung manfaat dari adanya bangunan konservasi tanah dan air ini.

Sumur Resapan

1. Pengertian Sumur Resapan

Sumur resapan adalah suatu teknik konservasi tanah dan air yang memiliki prinsip utama untuk memperluas bidang penyerapan sehingga aliran permukaan berkurang dengan optimal.

Sumur resapan menurut Dwi et al. (2008) merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang digunakan untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah.

Menurut Sunjoto (1989) upaya pembangunan sumur ini merupakan teknik konservasi air yang pada hakikatnya adalah upaya manusia dalam mempertahankan, meningkatkan, dan mengembangkan daya guna air sesuai dengan peruntukannya dan dapat dicapai dengan memperbesar tampungan air tanah, memperkecil dimensi jaringan drainase, mempertahankan elevasi muka air tanah, mencegah intrusi air laut untuk daerah pantai dan memperkecil tingkat pencemaran tanah.

Konservasi air merupakan merupakan upaya memasukkan air ke dalam tanah baik secara buatan maupun alami dengan tujuan meningkatkan besarnya laju infiltrasi pada suatu daerah dalam rangka pengisian air tanah.

Sumur ini berbeda dengan sumur air minum. Dalam hal ini sumur resapan merupakan lubang untuk memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan sumur air minum adalah lubang yang berfungsi untuk menaikkan air tanah ke permukaan. Oleh sebab itu dari segi konstruksi maupun kedalamannya pun berbeda. Sumur resapan memiliki kedalaman di atas muka air tanah, sedangkan sumur air minum digali lebih dalam lagi (di bawah muka air tanah) (Mulyana 1998).

[read more]

2. Manfaat Sumur Resapan

Menurut Widodo (2013) pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih menjadi solusi terbaik dan termurah. Air tanah ini dapat dimanfaatkan dalam kebutuhan sehari-hari baik oleh rumah tangga, industri, hingga instansi pemerintahan.

Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 68 Tahun 2005, pembuatan sumur resapan bertujuan untuk menampung, menyimpan, dan menambah cadangan air tanah serta dapat mengurangi limpasan air hujan ke saluran pembuangan dan badan air lainnya, sehingga dapat dimanfaatkan pada musim kemarau sekaligus mengurangi peluang timbulnya banjir.

Berdasarkan Dephut (1995), penerapan salah satu teknik konservasi tanah dan air ini sangat penting artinya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan sumur ini adalah sebagai berikut:

  1. Mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air
  2. Mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air tanah
  3. Mengurangi atau menahan terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai
  4. Mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang berlebihan
  5. Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah

3. Cara Kerja Sumur Resapan

Konsep dasar sumur resapan adalah memberikan kesempatan dan jalan pada air hujan yang jatuh di atap atau lahan yang kedap air untuk meresap ke dalam tanah dengan jalan menampung air tersebut pada suatu sistem resapan dan sumur resapan dalam kondisi yang kosong dalam tanah dengan kapasitas tampung yang cukup besar sebelum air meresap ke dalam tanah (Suripin 2004).

Di sisi lain menurut Arafat (2008), prinsip dasar sumur resapan adalah menyalurkan dan menampung curah hujan ke dalam sebuah sumur dengan tujuan agar air hujan memiliki waktu tinggal di permukaan tanah lebih lama sehingga sedikit demi sedikit air dapat meresap ke dalam tanah.

Berikut adalah ilustrasi dari prinsip kerja sumur resapan yang bersumber dari Kusnaedi (2011).

Cara Kerja Sumur Resapan

4. Sumur Resapan di Pekarangan Rumah

Pembuatan sumur resapan di pekarangan rumah sudah memiliki standar nasional. Standar yang digunakan adalah SNI No. 03-2453-2002. Berdasarkan SNI tersebut berikut adalah persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam pembuatan sumur resapan.

  1. Lokasi pembuatan harus pada tanah yang datar, tidak bergelombang, berlereng, curam, atau labil.
  2. Letaknya harus jauh dari tempat penimbunan sampah (baik sampah organik maupun anorganik), jauh dari septic tank (minimum berjarak 5 m dari tepi), dan berjarak minimum 1 m dari pondasi bangunan.
  3. Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air) lebih besar atau sama dengan 2 cm/jam (artinya genangan air setinggi 2 cm akan surut dalam kurun waktu satu jam) dengan tiga klasifikasi sebagai berikut:
    1. Permeabilitas sedang (2 – 3.6 cm/jam)
    2. Permeabilitas tanah agak cepat/pasir halus (3.6 – 36 cm/jam)
    3. Permeabilitas tanah cepat/pasir kasar (lebih besar dari 36 cm/jam)

5. Perencanaan Pembuatan Sumur Resapan

Menurut Kusnaedi (1996), dalam merencanakan pembuatan sumur resapan perlu diperhitungkan faktor-faktor: iklim, kondisi air tanah, tata guna lahan, dan kondisi sosial masyarakat. Iklim merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan sumur resapan, faktor yang perlu mendapat perhatian adalah besarnya curah hujan. Semakin besar curah hujan di suatu wilayah berarti semakin besar sumur resapan yang diperlukan.

Pada kondisi permukaan air tanah yang dalam, sumur resapan perlu dibuat lebih besar karena tanah benar-benar memerlukan persediaan air. Sebaliknya pada lahan yang muka airnya dangkal, sumur resapan ini kurang efektif dan tidak akan berfungsi dengan baik, terlebih pada daerah rawa dan pasang surut (Mulyana 1998).

Menurut Mulyana (1998), kondisi tanah sangat berpengaruh pada besar kecilnya daya resap tanah terhadap air hujan. Dengan demikian konstruksi dari sumur resapan harus mempertimbangkan sifat fisik tanah. Sifat fisik yang langsung berpengaruh terhadap besarnya infiltrasi adalah tekstur dan pori-pori tanah. Tanah berpasir dan porus lebih mampu menginfiltrasikan air hujan dengan cepat.

Berikut adalah tabel yang menjelaskan mengenai kecepatan infiltrasi dengan tekstur tanah (Kusnaedi 1996).

Tekstur Tanah Kecepatan Infiltrasi (mm/jam) Kriteria
Pasir berlempung 25 – 30 sangat cepat
Lempng 12.5 – 25 cepat
Lempung berdebu 7.5 – 15 sedang
Lempung berliat 0.5 – 2.5 lambat
Liat < 0.5 sangat lambat

Penutupan lahan pun akan sangat berpengaruh terhadap persentase air yang meresap ke dalam tanah. Tanah yang banyak tertutupi beton bangunan, aliran permukaan akan lebih besar dibandingkan dengan air yang meresap ke dalam tanah (Mulyana 1998).

Selain keempat faktor yang telah disebutkan di atas, menurut Kusnaedi (1996) faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pada masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi yang baik maka akan membuat sumur resapan jenis permanen; berbeda dengan masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi yang kurang baik, konstruksi yang akan dibuat tidak akan dibuat permanen dan dibuat dari bahan-bahan yang murah.

Desain Bangunan Sumur Resapan

Gambar di atas merupakan contoh desain bangunan sumur resapan berjenis individu yang dapat diterapkan di pekarangan rumah. Gambar tersebut berdasarkan penelitian dari Setiawan (2017).

6. Jenis Konstruksi Sumur Resapan

Sumur resapan menurut jenisnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sumur resapan individu dan sumur resapan kolektif. Sumur resapan individu adalah sumur resapan yang dibuat secara pribadi untuk masing-masing rumah dengan biaya pembuatan dan pemeliharannya diserahkan kepada pemiliknya, sedangkan sumur resapan kolektif adalah sumur resapan yang dibangun secara bersama-sama dalam satu kawasan tertentu. Sumur resapan ini dapat dibuat persepuluh rumah, per blok, satu RT, atau satu kawasan pemukiman (Mulyana 1998).

Sumur resapan individu sesuai dengan jenis bahan yang digunakan diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu sumur resapan tembok, sumur resapan dari hong, sumur resapan dari fiberglass, dan sumur resapan dari bambu (Kusnaedi 1996).

Sumur individu ini harus diperhatikan tata letaknya, maka dari itu harus memperhatikan lokasi relatif terhadap septic tank, sumur air minum, jalan, rumah, dan jalan umum. Berikut adalah jarak minimal sumur resapan dengan bangunan lainnya (Kusnaedi 1996).

Bangunan Jarak Minimal (m)
Bangunan 3
Batas pemilikan 1.5
Sumur air minum 10.5
Aliran sungai 30
Pipa air minum 3
Jalan 1.5
Pohon besar 3

Sumur resapan dapat dibuat dengan beberapa jenis, di antaranya adalah kolam resapan, sumur resapan dalam, dan parit berorak. Sama halnya dengan tipe yang individu sumur ini pun harus memperhatikan tata letak dalam pembuatannya. Letak sumur yang tepat adalah pada lokasi yang terendah di suatu kawasan sehingga air dapat dengan mudah mengalir dari semua tempat dalam suatu kawasan (Mulyana 1998).

7. Faktor yang Memengaruhi Penerapan Sumur Resapan

Sumur resapan merupakan suatu inovasi yang baru dan masih terdengar asing di masyarakat. Menurut Niehoff (1966) suatu masyarakat akan dapat menerima suatu perubahan atau suatu hal yang baru apabila didasari oleh rasa membutuhkan (felt need). Melalui rasa membutuhkan inilah akan muncul motivasi untuk menerima perubahan tersebut. Rasa membutuhkan ini dapat diciptakan, misalnya dengan berbagai program penyuluhan suatu program. Namun demikian, persepsi tentang kebutuhan ini tidak mudah tertanam dalam masyarakat.

Sehubungan dengan hal tersebut maka pemasaran sosial penting dilakukan bagi masyarakat yang belum memahami pentingnya konservasi tanah dan air. Pemasaran sosial sendiri menurut Fox dan Kotler (1985) adalah rancang bangun, implementasi dan pengendalian program-program yang telah diperhitungkan untuk memengaruhi penerimaan gagasan-gagasan sosial dan menyertakan pertimbangan-pertimbangan mengenai perencanaan produk, aspek harga, komunikasi, dan riset pemasaran.

 

Referensi:

Arafat Y. 2008. Reduksi beban aliran drainase permukaan menggunakan sumur resapan. Jurnal SMARTek. 6(3): 144-153.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 1995.

Dwi T, Sabariah M, M Baharudin R. 2008. A study on artificial recharge well as a part of drainage system and water supply in UHTM. National Seminar on Environment, Development, and Sustainability. 1:106-111.

Fox P, Kotler. 1985. The Marketing of Social Cause. The First 10 Years. In: P. Greenwald, AG Ershow and WD Novelli (ed) Cance, Diet, and Nutrition. Chicago (US): A Comprehension Source Book.

Kusnaedi. 1996. Sumur Resapan untuk Permukiman Perkotaan dan Pedesaan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Kusnaedi. 2011. Sumur Resapan untuk Pemukiman Perkotaan dan Pedesaan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Mulyana R. 1998. Penentuan tipe konstruksi sumur resapan berdasarkan sifat-sifat fisik atanh dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di kawasan puncak [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Niehoff, Arthur H. 1966. A Casebook of Social Change. Chicago (US): Aldine Publishing.

Setiawan RE. 2017. Analisis Perhitungan Sumur Resapan dan Kebutuhan Air di Persemaian Permanen, Kampus IPB Dramaga [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Sinaga TR. 2017. Analisis pengaruh sumur resapan terhadap aliran permukaan di DAS mikro Cikardipa dengan metode simulasi SWAT [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sunjoto S. 1989. Teknik Konservasi Tanah dan Air pada Kawasan Permukiman. Yogyakarta (ID): LPM-UGM.

Suripin. 2004. Sistem Drainase yang Berkelanjutan. Yogyakarta (ID): Andi Offset.

Widodo T. 2013. Kajian ketersediaan air tanah terkait pemanfaatan lahan di kabupaten Blitar. Jurnal Pengembangan Wilayah dan Kota. 9(2): 122-133.

[/read]