Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam kultur budaya, ras, agama, adat istiadat (tradisi), dan agama dengan tingkat toleransi yang tinggi.
Sehingga, Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang majemuk atau heterogen.
Semua itu tercermin dan dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia dan jumlah suku di Indonesia yang sangat berlimpah.
Mengapa suku di Indonesia beraneka ragam? Pada awalnya nenek moyang orang Indonesia berasal dari kelompok suku yang berbeda.
Kelompok-kelompok tersebut adalah kelompok Austro-Melanesoid yang persebarannya dari Australia – Irian – Kai – Seram – Sulawesi – Timor – Sumatra Utara – Aceh – Kedah –Pahang – Malaysia.
Kelompok yang lain adalah kelompok Mongoloid yang persebarannya melalui dua rute.
Rute pertama, Jepang – Taiwan – Filipina – Sangir – Sulawesi dan rute kedua, Asia Tenggara – Sulawesi Utara – Halmahera – Maluku Selatan.
1. Pengertian Suku
Berikut adalah beberapa definisi suku menurut berbagai perspektif.
1.1 Pengertian menurut Srijanti
Menurut Srijanti et al. (2009) pengertian suku bangsa adalah suku sosial yang khusus dan bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan jenis kelamin dan golongan umur.
Suku di Indonesia sangat banyak dan beragam, menurut statistik hampir mencapai 300 suku bangsa.
Setiap suku mempunyai adat istiadat, norma, dan tata kelakuan yang berbeda.
Namun demikian, keanekaragaman suku di Indonesia dapat membuat masyarakat saling bersinergi untuk saling mencapai tujuan masyarakat yang adil dan makmur.
Suku di Indonesia yang majemuk ini dapat menjadi identitas nasional dalam aspek suku bangsa.
Hal tersebut yang membuat Indonesia mempunyai semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti walaupun berbeda-beda suku, ras, dan agama tetapi tetap satu kesatuan.
Banyak negara-negara lain yang kagum terhadap Indonesia karena rasa toleransi antar suku yang sangat tinggi dan jarang terjadi perpecahan walaupun memiliki banyak suku yang berbeda dan beraneka ragam.
1.2 Pengertian menurut Koentjaraningrat
Pengertian lain tentang suku dikemukakan oleh Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Antropologi. Koentjaraningrat menyatakan bahwa suku merupakan sekelompok manusia yang memiliki kesatuan dalam budaya dan terikat oleh kesadarannya akan identitasnya.
Identitas dan kesadaran yang dimiliki biasanya diperkuat dengan kesatuan bahasa.
Suku menurutnya disebut juga etnik/ etnis yang berarti suatu golongan manusia yang mempunyai karakteristik dan ciri khas tertentu yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dirinya dengan sesama golongannya.
Suku/ etnik biasanya timbul akibat adanya garis keturunan sehingga karakteristik setiap suku diwariskan secara turun temurun.
Identitas setiap suku secara sederhana dapat dicirikan dengan adanya unsur-unsur penciri suku antara lain, hubungan darah, kesamaan bahasa, kesamaan dalam memeluk suatu kepercayaan, dan kesamaan adat istiadat.
1.3 Pengertian berdasarkan KBBI
Suku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah golongan orang-orang (keluarga) yang seturunan, golongan bangsa sebagai bagian dari bangsa yang besar, golongan orang sebagian dari kaum yang seketurunan.
Artinya suku adalah “bagian dan sebagiannya” yang membentuk suatu kesatuan sosial yang dapat dibedakan dengan suatu kesatuan sosial lain berdasarkan kesadaran identitas suku, seperti kebudayaan dan bahasa. Suku yang dimaksud dalam KBBI ini adalah suku bangsa, karena banyak arti atau definisi suku di dalam KBBI tergantung dengan konteksnya.
2. Faktor Terbentuknya Suku Bangsa
Suku di Indonesia yang beragam dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri sendiri dan masyarakatnya, sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh faktor dari luar masyarakat seperti asimilasi budaya, akulturasi budaya, pernikahan beda suku, lingkungan geografis, perkembangan daerah, dsb.
Faktor keberagaman suku di Indonesia yang dipengaruhi oleh faktor internal di antaranya:
- Perbedaan ras asal
- Kemampuan adaptasi dan menyesuaikan diri
- Kepercayaan masyarakat
Faktor yang paling berpengaruh terhadap keanekaragaman suku di Indonesia adalah faktor eksternal yang menyebabkan suku dapat tersebar secara heterogen.
Selain itu ditambah dengan bentuk negara Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang setiap pulau dapat memiliki suku yang cukup banyak disebabkan adanya akulturasi dengan budaya luar seperti Arab, India, dan Tionghoa.
[read more]
3. Sebaran Suku-Suku Besar di Indonesia
Negara Indonesia merupakan negara yang berbentuk kepulauan. Suku di Indonesia pun bersifat heterogen dan tersebar di berbagai pulau.
Terdapat kelompok suku yang besar maupun yang kecil. Beberapa suku besar yang tersebar di Indonesia di antaranya:
3.1 Suku Sunda
Suku Sunda merupakan kelompok suku/ etnis yang terdapat di bagian barat Pulau Jawa.
Suku Sunda tersebar dari Ujung Kulon (ujung barat Pulau Jawa) hingga sekitar Brebes yang mencakup wilayah administrasi di Provinsi Jawa Barat, Banten, sebagian dari DKI Jakarta, dan sebagian wilayah Jawa Tengah.
Jawa Barat termasuk sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.
Menurut statistik 65% penduduk di Jawa Barat merupakan Suku Sunda yang merupakan penduduk asli daerah tersebut. Suku Sunda merupakan suku terbesar kedua setelah Suku Jawa.
3.1.1 Sejarah Suku Sunda
Sejarah Suku Sunda berawal dari kerajaan Pasundan yang akhirnya berubah nama menjadi Sunda, sehingga lahirlah Suku Sunda. Kata Sunda memiliki arti Bagus/ Putih/ Baik/ Bersih/ Cemerlang.
Sunda juga memiliki arti semua yang mengandung unsur kebaikan. Orang-orang Sunda dipercaya memiliki perilaku Kasundaan yang selalu dipegang sebagai jalan menuju keutamaan hidup.
Karakter kasundaan yang dimaksud ialah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (terampil), dan pinter (pandai/ cerdas).
Nilai tersebut telah ada sejak zaman Salaka Nagara mulai tahun 150 sampai dengan kerajaan Sumedang Larang pada abad ke-17. Kerajaan tersebut telah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan kepada rakyat Sunda lebih dari 1000 tahun.
3.1.2 Agama
Suku Sunda mayoritas beragama islam karena adanya pengaruh islam yang dibawa melalui jalur pelayaran di Jawa. Tetapi terdapat sebagian kecil suku sunda yang tidak beragama islam di antaranya adalah orang Baduy.
Pada dasarnya kehidupan orang Sunda adalah berpegang pada memelihara keseimbangan alam agar selaras dengan kehidupan mereka.
Keseimbangan tersebut dipertahankan dengan adanya upacara-upacara adat. Selain itu mereka juga memelihara keseimbangan sosial dengan kegiatan gotong royong.
3.1.3 Pakaian Adat
Suku sunda memiliki berbagai ciri khas seperti pakaian adat yang dibagi menjadi 3 jenis.
Baju adat tersebut didasarkan pada fungsi, umur, dan tingkat sosial masyarakat pemakainya. Ketiga jenis baju adat tersebut adalah pakaian rakyat jelata, kaum menengah, dan para bangsawan.
Bagi rakyat jelata, lelaki Sunda selalu menggunakan pakaian sederhana seperti pakaian komprang atau pangsi dilengkapi sabuk kulit dengan atasan berupa baju salontren yang dilengkapi sarung yang diselempangkan dan dilengkapi dengan penutup kepala berupa ikat logen model hanjuang nangtung.
Wanita Sunda biasanya memakai sinjang kebat, beubeur, kamisol, baju kebaya, dan selendang batik.
Lelaki Sunda dengan kelas menengah biasanya memakai atasan bedahan putih, ikat kepala, dan kain kebat batik.
Untuk wanita Sunda kelas menengah biasanya terdapat tambahan aksesoris yang mewah dari emas dan perak.
Sedangkan untuk kaum bangsawan para lelaki biasanya memakai jas tutup berbahan beludru hitam dengan sulaman benang emas, kain dodot, benten, dan bendo untuk penutup kepala.
Untuk wanita bangsawan Sunda biasanya memakai kebaya beludru hitam disulam emas dengan aksesoris tusuk konde dan perhiasan lain.
3.1.4 Kesenian
Selain pakaian adat, Suku Sunda memiliki kesenian yang terkenal di antaranya adalah sisingan, tari merak, wayang golek, pencak silat, tari topeng, bajidoran, cianjuran, kecapi suling, dan tari ketuk pilu.
Sisingan merupakan seni kirab atau arak-arakan yang juga dikenal sebagai Kirab Helaranadalah.
Suku Sunda memiliki alat-alat musik khas daerah yaitu calung, angklung, dan rengkong.
3.2 Suku Jawa
Suku Jawa merupakan suku terbesar yang ada di Indonesia.
Menurut data BPS (2010) Suku Jawa memiliki jumlah populasi sebanyak 95,2 juta jiwa.
Suku Jawa terkenal dengan karakter dan sikapnya yang santun.
Suku Jawa memiliki tata krama dan unggah-ungguh dalam perilakunya sehari-hari.
Dalam kehidupan sehari-hari Suku Jawa berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa.
Bahasa Jawa sendiri memiliki tingkatan untuk setiap golongannya, seperti bahasa krama inggil untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dan memiliki golongan yang lebih tinggi, bahasa krama alus untuk sesama, dan bahasa ngoko untuk teman sepermainan.
Sebaran penduduk Suku Jawa asli berada di Pulau Jawa bagian tengah hingga Pulau Jawa bagian timur dan menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa sehari-hari (bahasa ibu). Sehingga kebudayaan Suku Jawa pun tersebar dari Jawa Tengah hingga ke Jawa Timur.
3.2.1 Sejarah
Masyarakat Jawa ada karena adanya kerajaan Kling, seperti yang diceritakan dalam buku Babad Tanah Jawa. Buku tersebut mengisahkan awal mula berdirinya kerajaan Kling hingga terpecah-pecah dan sekarang menjadi Suku Jawa.
3.2.2 Kebudayaan
Kebudayaan di masyarakat Jawa banyak dipengaruhi oleh ajaran Hindu, Budha, dan Islam. Pengaruh ajaran hindu dan budha dapat terlihat dari peninggalan-peninggalan candi yang tersebar di sebagian daerah di Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Candi-candi yang terkenal antara lain Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, dan Candi Mendut. Ajaran islam paling terakhir masuk ke masyarakat Jawa yang dibawa oleh para Wali Songo.
Masyarakat Jawa juga memiliki budaya lain seperti wayang kulit yang dibawa dan dikembangkan oleh para walisongo, Tari Angguk, Tari Ebeg, Tari Emprak, Tari Bambangan Cakil, Tari Gandrung, Tari Kridhajati, Tari Reog, Tari Sintren, Tari Kuda Lumping, musik gamelan, bahasa dan aksara jawa, serta budaya ajaran kejawen.
3.2.3 Agama
Agama mayoritas Suku Jawa adalah Islam, namun sebagian lain juga banyak yang memeluk agama Hindu, Nasrani, Budha, serta Kejawen.
Penganut ajaran kejawen percaya kehidupan dunia harus selaras dengan alam semesta dan segalanya telah diatur oleh alam semesta sehingga segala sesuatu yang terjadi mereka pasrahkan ke alam semesta dengan istilah “Nrima” (pasrah).
Adanya ajaran kejawen membuat banyaknya upacara adat yang dilakukan oleh Suku Jawa.
Upacara adat Suku Jawa di antaranya upacara kenduren, upacara sekaten, upacara grebeg, upacara tingkepan, upacara ruwatan, upacara tedak siten, upacara larung sesaji, dan upacara kebo-keboan.
3.3 Suku Minang
Suku Minang atau yang sering disebut suku minangkabau tergolong ke dalam suku-suku Deutro Melayu (Melayu Muda) yang menetap di Provinsi Sumatera Barat.
Suku Minangkabau adalah garis keturunan dari Sultan Iskandar Zulkarnain. Nenek moyang masyarakat Minangkabau berasal dari Romawi China yaitu Maharaja Diraja dan Maharaja Dipang.
Masyarakat Minangkabau memiliki nilai-nilai yang dianut seperti membangun dan menjaga keutuhan budaya dan adat istiadat.
Masyarakat Minangkabau adalah masyarakat yang demokratis dan egaliter di mana semua urusan masyarakat dimusyawarahkan oleh ketiga unsur tersebut secara mufakat.
Kebudayaan dari Suku Minangkabau sangat beragam mulai dari pencak silat (seni beladiri), pantun, dan tarian.
Pantun atau seni berbicara merupakan suatu bentuk mempertahankan harga diri dan unjuk diri di depan publik.
Tarian khas Suku Minangkabau yaitu tari Pasambahan yang merupakan tarian selamat datang untuk menghormati tamu yang datang. Selain itu, terdapat juga tarian piring yang diiringi dengan talempong dan saluang.
Masyarakat Minangkabau memiliki upacara khusus untuk kematian seperti Kacang Pali, Sakik Basilau, dan Cablek Kapan yang dilakukan di rumah tempat seseorang yang meninggal dan dilakukan selama tiga hari.
Bahasa yang digunakan untuk sehari-hari adalah bahasa Minang dan bahasa Melayu. Rumah adat yang dimiliki oleh Suku Minang adalah rumah gadang yang umumnya berbahan kayu. Rumah gadang mempunyai bentuk atap yang sangat unik dan membentuk seperti sayap.
Ada pula masakan khas Minangkabau yang dikenal dengan cita rasanya yang pedas dan salah satu masakan khas terkenal dari Minangkabau adalah rendang.
3.4 Suku Dayak
Suku Dayak merupakan suku di Indonesia yang mendiami Pulau Kalimantan. Masyarakat Suku Dayak biasanya dapat ditemui di pedalaman Kalimantan.
Arti dari kata Dayak sendiri sebenarnya adalah orang pedalaman, sehingga Suku Dayak terkenal dengan kehidupan yang jauh dari globalisasi dan hidup secara primitif.
Suku Dayak yang mendiami Pulau Kalimantan terpecah menjadi beberapa suku seperti Dayak Tunjung, Dayak Kenyah, Dayak Punan, dan lainnya sesuai dengan nama daerahnya.
Suku Dayak memiliki kebudayaan yang dipengaruhi oleh sejarah terbentuknya suku ini, yaitu pengaruh dari nenek moyangnya yang berasal dari Yunan atau suatu wilayah di Tiongkok.
Suku Dayak memiliki pakaian adat yang dinamakan sapei sadaq untuk laki-laki dan Ta’a untuk perempuan. Masyarakat Suku Dayak biasanya tinggal di rumah Betang atau rumah Panjang.
Masyarakat Dayak biasanya membangun rumah Panjang di daerah hulu sungai. Rumah Betang memiliki bentuk seperti panggung dengan ketinggian 5 meter dan panjangnya mencapai 15 meter.
Rumah Betang yang berbentuk panggung ini dibuat tinggi karena fungsinya untuk bertahan dari hewan buas dan banjir.
Kebudayaan lain yang dimiliki oleh masyarakat Dayak adalah tarian dan alat musik. Tarian adat Dayak di antaranya adalah Tari Leleng, Tari Kancet Papatai, dan Tari Hudoq.
Ketiga tarian tersebut dilakukan pada saat-saat tertentu dan memiliki maksud tertentu.
- Tari Leleng menceritakan tentang gadis yang dipaksa menikah dan akhirnya melarikan diri ke hutan.
- Tari Hudoq adalah tarian orang Dayak untuk mengenang leluhur dan dilakukan setelah selesai menanam padi.
- Tarian Kancet Papatai menceritakan tentang kisah pahlawan perang Suku Dayak.
Alat musik khas Suku Dayak adalah Garantung (gong) yang dibuat dari bahan logam, Kalali, Tote, Suling balawung, dan Gandang (gendang).
Alat musik tersebut biasanya dimainkan saat upacara adat dan pada saat mengiringi tarian Suku Dayak.
Upacara adat yang sering dilaksanakan di antaranya upacara Tiwah yang dilakukan untuk mengiringi pengantaran tulang ke Sandung (kuburan masyarakat Dayak).
3.5 Suku Bugis
Suku Bugis merupakan salah satu suku di Indonesia yang wilayah asalnya dari Sulawesi Selatan dan tergolong ke dalam suku-suku Melayu Deutero.
Kata Bugis berasal dari kata To Ugi yang mana penamaan ugi merujuk pada raja pertama kerajaan China di Pammana, yaitu La Sattumpugi.
Rakyat Bugis menjuluki diri mereka sebagai To Ugi atau pengikut dari La Sattumpugi.
Suku Bugis dikenal sebagai suku yang sangat mempertahankan kebudayaannya sehingga tetap eksis di era global.
Hingga kini keunikan budaya dari Suku Bugis tetap menarik dan menjadi sorotan.
Adapun keragaman budaya dari Suku Bugis, di antaranya:
3.5.1 Adat istiadat Suku Bugis
Mappadendang atau pesta panen adalah salah satu adat istiadat yang sering dilakukan oleh Suku Bugis.
Dilaksanakannya upacara ini sebagai wujud syukur atas keberhasilan dalam menanam padi sekaligus memiliki nilai magis. Upacara ini juga disebut penyucian gabah.
Mappadendang digelar dengan menumbukkan alu ke lesung secara silih berganti yang dilakukan oleh tiga laki-laki dan enam perempuan dengan mengenakan baju adat Bugis, yakni baju bodo.
3.5.2 Rumah Adat Bugis
Keunikan dari rumah adat ini yaitu dibangun tanpa menggunakan paku, tetapi digantikan dengan kayu atau besi.
Berdasarkan status sosial yang berbeda, rumah ini memiliki dua jenis yaitu rumah saoraja untuk kaum bangsawan dan bola untuk rakyat biasa. Perbedannya hanya terletak pada luas dan besaran tiang penyangganya.
Arsitektur rumah ini mendapat pengaruh Islam. Hal ini terlihat dari banyaknya lukisan yang bernuansa islami.
3.5.3 Alat Musik Suku Bugis
Berikut adalah alat musik yang biasa dimainkan oleh masyarakat Bugis:
- Gandrang Bulo yang artinya adalah gendang dan bambu
- Kecapi
- Gendang
- Suling
3.5.4 Kesenian Tari Suku Bugis
- Tari Paduppa Bosara: Tarian penghargaan untuk tamu sebagai penyambutan tamu yang sedang datang berkunjung.
- Tari Pakarena: Merupakan tarian kerjaan yang bersifat lemah lembut dan gemulai. Biasanya tarian ini dilakukan oleh para wanita.
- Tari Ma’badong: Merupakan tarian yang dilakukan oleh masyarakat Bugis saat upacara kematian.
- Tarian Pa’gellu: Tarian yang dilakukan oleh masyarakat Bugis untuk menyambut pahlawan perang mereka.
- Tarian Mabissu: Merupakan tarian untuk ajang unjuk diri berupa debus dan mistis.
- Tari Kipas: Tarian dengan tempo cepat namun tetap gemulai dengan aksesoris berupa kipas.
3.5.5 Adat Perkawinan di Suku Bugis
Sama halnya dengan masyarakat Suku Jawa yang memandang bobot, bibit, bebet sebelum melangsungkan perkawinan. Masyarakat Suku Bugis juga memiliki kriteria tertentu dalam perkawinan.
Berikut pembagian perkawinan ideal menurut masyarakat Suku Bugis:
- Assialang Marola
- Assialana Memang
- Ripanddepe’ Mabelae
Adapun kegiatan yang dilakukan oleh Suku Bugis sebelum melangsungkan pernikahan, yaitu:
- Mappuce-puce (peminangan)
- Massuro (pihak laki-laki datang ke rumah pihak perempuan membicarakan lebih lanjut tentang waktu pernikahan dan pemberian uang panaik)
- Maduppa (menyebarkan undangan pernikahan kepada para tamu)
4. Jumlah Suku di Indonesia
Menurut data sensus yang telah dikeluarkan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2010, Indonesia memiliki lebih dari 300 ras etnis dengan jumlah suku sekitar 1300 yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
Suku Jawa menduduki peringkat pertama sebagai jumlah suku terbanyak di Indonesia. Populasi Suku Jawa kurang lebih 40% dari total jumlah suku yang ada di Indonesia.
5. Daftar Lengkap Nama Suku di Indonesia berdasarkan Pulau
Suku di Indonesia sangatlah banyak dari Sabang sampai Merauke. Berikut ini merupakan daftar nama suku di Indonesia dilengkapi dengan gugusan pulau besar di Indonesia.
Suku yang tersebar di Pulau Sumatera antara lain:
- Suku Aceh
- Suku Gayo
- Suku Bangka
- Suku Alas
- Suku Batak
- Suku Toba
- Suku Singkil
- Suku Nias
- Suku Minangkabau
- Suku Mentawai
- Suku Sakai
- Suku Jambi
- Suku Kerinci
- Suku Bajau
- Suku Anak Dalam
Suku yang terdapat di Pulau Jawa tersebar mulai dari Ujung Kulon hingga Jawa Timur antara lain:
- Suku Baduy
- Suku Banten
- Suku Sunda
- Suku Jawa
- Suku Tengger
- Suku Suku Betawi
- Suku Cirebon
- Suku Samin
- Suku Madura
- Suku Osing
Suku yang terdapat di Pulau Kalimantan antara lain:
- Suku Dayak
- Suku Pontianak
- Suku Kapuas
- Suku Suluk
- Suku Banjar
- Suku Kutai
- Suku Bugis
- Suku Aba
Suku yang mendiami Pulau Sulawesi antara lain:
- Suku Toraja
- Suku Makassar
- Suku Mamuju
- Suku Mandar
- Suku Mamasa
- Suku Minahasa
- Suku Muna
- Suku Gorontalo
- Suku Morotai
- Suku Ternate
- Suku Tidore
- Suku Obi
- Suku Halmahera
- Suku Toli-Toli
Suku yang mendiami Pulau Papua antara lain:
- Suku Asmat
- Suku Dani
- Suku Arfak
- Suku Sentani
- Suku Jagai
- Suku Nimboran
- Suku Amungme
Itulah daftar suku yang mewakili setiap pulau besar yang ada di Indonesia.
Beragamnya suku di Indonesia tidak menjadikan kita terpecah belah karena kita memiliki lambang persatuan yang luhur yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Kita harus bangga menjadi bagian dari salah satu suku di Indonesia.
Selain itu, Indonesia telah diakui dunia sebagai negara yang mempunyai toleransi tinggi dan patut untuk kita banggakan.
[/read]