Rotan: Morfologi, Jenis, Sebaran, Habitat, dan Manfaat

Rotan merupakan salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang memiliki peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Hal ini terjadi karena Indonesia memiliki potensi rotan yang sangat tinggi.

Pada tahun 1994, Indonesia menjadi negara penghasil rotan terbesar di dunia karena mampu memasok produk ini dalam jumlah yang besar dengan  memiliki 56% dari seluruh jenis rotan dunia atau sekitar 306 jenis. Menurut Subraja (1997) dalam Pramudiarto (2006), potensi produksi rotan Indonesia saat itu mencapai sekitar 600 ribu ton per tahun dari luas areal hutan rotan sebesar 10 juta hektar yang tersebar di seluruh wilayah nusantara terutama Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi.

Rotan sebagai Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang berpotensi tinggi di bidang ekonomi ini, ternyata juga memiliki beberapa keunikan. Salah satunya adalah batangnya yang menyimpan banyak air, sehingga apabila ditebas batangnya akan mengeluarkan air yang dapat membantu dalam bertahan hidup di alam. Selain itu, banyak keunikan-keunikan lainnya yang dimiliki oleh salah satu jenis HHBK ini. Oleh karena itu, untuk mengenal lebih dekat dengan tanaman pemanjat/perambat ini, mari kita simak artikel berikut!

Keranjang Sepeda Berbahan Rotan

1.   Taksonomi

Kriteria Keterangan
Kingdom Plantae
Subkingdom Viridiplantae
Divisi Spermatophyta
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Magnoliopsida
Ordo Palmales
Famili Palmae
Genus Calamus L

2. Morfologi

Morfologi Rotan

HHBK ini dikenal sebagai tanaman yang tumbuh merambat atau memanjat pada pohon – pohon besar sebagai penopangnya. Hal ini disebabkan oleh adanya sulur pemanjat rotan yang muncul dan tumbuh dari ruas-ruas batang tumbuhan ini dengan panjang yang bervariasi.  Beberapa rotan tidak memiliki sulur, namun memiliki duri-duri di sepanjang batangnya yang membantu rotan untuk memanjat atau merambat.

Batangnya sendiri berbentuk bulat atau segitiga memanjang yang panjangnya dapat mencapai puluhan meter. Panjang dan diameternya sangat bervariasi tergantung jenisnya. Batang tumbuhan ini beruas-ruas dan dibatasi oleh buku-buku. Bagian batang tumbuhan ini merupakan bagian yang paling sering dimanfaatkan dan bernilai ekonomi tinggi.

Bedasarkan cara tumbuh batangnya, tumbuhan ini dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu tumbuh soliter/tunggal dan tumbuh berumpun. Tumbuhan yang tumbuh soliter hanya dipanen satu kali dan tidak dapat beregenerasi kembali dari tunggul yang terpotong, sedangkan yang tumbuh berumpun dapat beregenerasi kembali dan tumbuh terus menerus. Rumpun terbentuk oleh berkembangnya tunas-tunas yang dihasilkan dari kuncup ketiak pada bagian bawah batang.

Pada batang terdapat daun majemuk dan pelepah daun yang tumbuh menutupi ruas-ruas batang. Panjang, lebar, dan bentuk daun juga sangat bervariasi tergantung jenisnya. Seperti halnya dengan tumbuhan lainnya, daunnya memiliki fungsi fotosintesis. Selain itu daunnya juga memiliki duri-duri kecil sebagai bentuk pertahanan diri. Daun ini umumnya tumbuh mengahadap ke dalam sebagai penguat mengaitkan batang pada tumbuhan penopangnya atau inangnya.

Tumbuhan ini termasuk tumbuhan berbunga majemuk yang terbungkus oleh seludang. Bunga jantan dan bunga betina pada umumnya berumah satu, namun terdapat beberapa jenis rotan yang bunganya berumah dua. Pada jenis bunga yang berbunga dua, penyerbukan dibantu oleh serangga ataupun angin. Bunganya memiliki ukuran yang relatif kecil dan memiliki 3 putik pada bunga betina, sedangkan bunga jantan mempunyai 5 benang sari. Tumbuhan ini juga memiliki buah yang berbentuk bulat, bulat oval, atau lonjong. Buahnya memiliki sisik buah berbentuk trapesium dan tersusun secara vertikal dari toksis buah.

Sistem perakaran rotan berupa sistem perakaran serabut. Warna akarnya juga bervariasi mulai dari putih keabu-abuan, kekuning-kungan hingga kehitam-hitaman.

[read more]

3. Habitat

Rotan merupakan jenis tanaman yang tumbuh di daerah yang beriklim subtropis maupun tropis seperti Indonesia. Habitat tumbuhnya sendiri pada umumnya berupa daerah tanah berawa, tanah kering hingga pegunungan. Tumbuhan ini pada umumnya tumbuh pada daerah yang memiliki ketinggian 300-1000 mdpl. Semakin tinggi suatu tempat, tumbuhan ini semakin jarang ditemukan. Tumbuhan ini juga sangat sedikit bahkan jarang ditemukan di daerah berkapur.

Rotan tumbuh pada daerah yang memiliki curah hujan 2000 – 4000 mm per tahun. Menurut tipe iklim Schmidt dan Ferguson, tumbuhan ini dapat tumbuh di daerah beriklim basah dengan suhu udara 240C – 300C.

Tumbuhan HHBK ini yang tumbuh merambat/memanjat pohon-pohon tinggi akan memiliki tingkat pertumbuhan batang lebih cepat dan tentunya lebih panjang serta memiliki jumlah batang dalam satu rumpun yang lebih banyak. Hal ini disebabkan karena rotan ini mendapatkan intensitas cahaya matahari yang lebih banyak.

4. Sebaran Tumbuhan Rotan

Rotan merupakan tumbuhan khas daerah tropika karena banyak ditemukan di daerah yang dekat dengan garis khatulistiwa. Tumbuhan ini menyebar dari Afrika, India, Srilangka, Tiongkok Bagian Selatan, Malaysia, Pasifik Bagian Barat dan tentunya Indonesia. Keanekaragaman jenis ini banyak dijumpai di Asia Tenggara dan merupakan komoditas penting setelah kayu. Di Indonesia sendiri, salah satu komoditi kehutanan ini banyak ditemui di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.

5. Jenis-Jenis Rotan

Rotan di Indonesia dikenal sebagai Hasil Hutan Bukan Kayu yang sangat potensial bahkan diperkirakan kurang lebih terdapat 350 jenis yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Jenis yang ada di dunia kini mencapai ratusan jenis dengan 13 marga yang tersebar di seluruh dunia, 9 marga diantaranya dapat tumbuh di Indonesia yaitu Calamus, Ceratolobus, Daemonorops, Korthalsia, Myrialepis, Pogonotium, Plectocomia, Plectocomiopsis, dan Retispatha (Jasni et al. 2007 dalam Kalima 2015).  Calamus dan Daemonorops merupakan dua marga di antara 9 marga yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Calamus juga merupakan marga yang paling besar jika dibandingkan dengan yang lainnya.

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 menyebutkan bahwa Indonesia memiliki daftar jumlah jenis rotan yang terancam punah, salah satunya jenis tumbuhan dari famili Arecaceae. Tercatat 20 jenis yang langka dan dilindungi, yaitu

  • Calamus ciliaris,
  • C. melanoloma,
  • C. hispidulus,
  • C. impaar,
  • C. karuensis,
  • C. kjelbergii,
  • C. minahassae,
  • C. pandanosmus,
  • C. pygmaeus,
  • C. spectabilis,
  • C. robinsonianus,
  • Ceratolobus pseudoconcolor,
  • Daemonorops acamptostaachys,
  • D. monticola,
  • Korthalsia junghunii,
  • Plectocomia billitonensis,
  • P. longistigma,
  • P. lorzingii,
  • P. pygmaea, dan
  • Plectocomiopsis borneensis.

Berdasarkan jumlah tersebut dievaluasi oleh Budiharta et al. 2011 dalam Kalima 2015 terdapat penambahan rotan langka taitu Calamus manan, sehingga kini terdapat 21 jenis yang langka.

6. Pemanenen Rotan

Pemanenan Rotan

Rotan yang siap dipanen memiliki berberapa ciri-ciri khusus di adalah batangnya berwarna kuning, daunnya sudah gugur, durinya berwarna hitam atau kuning kehitaman dan batangnya sudah tidak dibalut pelepah.

Pemanenannya tergolong sangat sulit karena selain tumbuh memanjat di pohon-pohon besar, tumbuhan ini biasanya saling berjalin dengan cabang atau pohon yang lainnya. Kondisi tersebut akan menyulitkan para pemanen untuk menarik batangnya secara keseluruhan.

7. Pemanfaatan Rotan

Pembuatan Furniture dari Rotan

Rotan yang dikenal sebagai green product juga dikenal sebagai produk multifungsi karena memiliki banyak manfaat. Batangnya yang sudah tua banyak dimanfaatkan dalam pembuatan kerajinan tangan dan perabotan rumah tangga. Tumbuhan ini juga dapat digunakan sebagi ikat pinggang bagi wanita suku Wemale yang berasal dari Pulai Seram, Provinsi Maluku.

Batangnya juga dapat digunakan untuk membuat tongkat penyangga berjalan bahkan senjata. Beberapa perguruan pencak silat bahkan menggunakan tumbuhan ini sebagai salah satu alat untuk latihan bertarung. Ekstrimnya batangnya juga digunakan sebagai alat pemukul dalam hukuman cambuk bagi pelaku tindak kriminal tertentu di Asia Tenggara.

Batangnya yang masih muda atau berwarna hijau biasa dimanfaatkan sebagai sayuran bagi masyarakat Suku Dayak di Kalimantan Tengah. Masyarakat Suku Mandailing di Sumatra Utara juga memanfaatkan pucuk mudanya sebagai sayuran/lalapan yang mereka sebut pakkat. Selain dapat dikonsumsi manusia, rotan muda juga menjadi makanan favorit satwa liar yaitu badak. Batang muda, buah, dan akarnya juga dapat dimanfaatkan untuk bahan baku obat tradisional. Beberapa jenis tumbuhan ini yang batang mudanya dapat dimanfaatkan meliputi Calamus Hookerianus, Calamus metzianus, dan Calamus thwaitesii.

Batangnya yang menyimpan banyak air dapat ditebas dan mengeluarkan air yang dapat diminum secara langsung. Cara ini pada umumnya digunakan oleh para petualang atau penjelajah untuk bertahan hidup di alam bebas.

Tumbuhan ini juga mengasilkan getah pada bagian tangkai bunganya yang berwarna merah sehingga sering disebut “darah naga”. Getahnya ini bisasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku pewarna pada industri keramik dan farmasi. Selain itu, getahnya juga dapat dimanfaatkan sebagai pewarna biola atau gitar.

Rotan memang memiliki manfaat langsung yang sangat banyak, namun selain itu tumbuhan ini juga memiliki manfaat tidak langsung. Manfaat tidak langsung tersebut berupa kontribusi dalam peningkatan pendapatan masyarakat  dan penyerapan tenaga kerja di sekitar hutan dalam bidang usaha-usaha pemanfaatan rotan. Tumbuhan ini juga sangat bermanfaat sebagai habitat atau tempat berlindung bagi semut dalam helaian daun, duri maupun batanganya.

8. Rotan di Bidang Furniture

Furniture Mewah dari Rotan

Batangnya merupakan bagian yang paling sering dimanfaatkan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Batang yang dimanfaatkan adalah batang yang tidak lagi berwarna hijau, melainkan berwarna kuning atau sudah tua. Pemanfaatannya di bidang furniture termasuk pemanfaatan yang sangat potensial karena tumbuhan ini sendiri memiliki beberapa keunggulan dari pada kayu yang umumnya digunakan dalam bidang furniture. Kelebihan tumbuhan ini di antaranya ringan, kuat, elastis, atau mudah dibentuk dan murah.

Selain memiliki kelebihan, tumbuhan ini juga memiliki kelemahan yaitu mudah diserang kutu bubuk pin hole dan jamur Blue Stain. Terdapat dua metode yang digunakan untuk pengawetannya yaitu pemasakan dengan minyak tanah untuk rotan berukuran sedang/besar dan pengasapan dengan belerang untuk yang berukuran kecil.

Tidak semua jenis tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan furniture. Beberapa yang umum dipergunakan dalam industri adalah Manau, Batang, Tohiti, Mandola, Tabu-Tabu, Suti, Sega, Lambang, Blubuk, Jawa, Pahit, Kubu, Lacak, Slimit, Cacing, Semambu, serta Pulut.

Batang tumbuhan ini di bidang furniture banyak dimanfaaatkan sebagai bahan baku pembuatan perabot rumah tangga seperti mebel, kursi, meja, rak, penyekat ruangan, tempat tidur, lemari dan lain sebagainya. Selain dimanfaatkan dalam bahan baku pembuatan perabotan rumah, rotan juga dimanfaatkan dalam pembuatan hiasan-hiasan.

Rotan yang dianyam menjadi tikar merupakan salah satu produk yang bernilai ekonomi tinggi, terlebih jika rotan tipis-tipis dan halus. Produk seperti ini akan sangat diminati oleh pencinta barang antik. Anyaman produk ini sering dimanfaatkan sebagai penahan panas terik matahari yang dipasang di ventilasi rumah maupun perkantoran.

Perkembangan indutsri furniture rotan di Indonesia sangat berpotensi karena tumbuhan ini merupakan komoditi yang secara alami tumbuh dan tersebar di wilayah Indonesia. Pada tahun 1994, Indonesia menjadi negara penghasil rotan terbesar di dunia karena mampu memasok (ekspor) tumbuhan ini dalam jumlah yang besar.

Harga ekspor bahan baku rotan mentah maupun setengah jadi masih jauh lebih rendah jika dibandingakan dengan harga ekspor hasil industri furniture-nya. Selain itu, industri furniture tumbuhan ini termasuk industri yang tidak memerlukan investasi atau modal besar. Industri furniture rotan di Indonesia selain didukung oleh jumah bahan mentah yang melimpah, potensi tenaga kerja yang cukup banyak juga dapat mendukung industri furniture rotan (ahmadhan 2009).

Industri furniture rotan Indonesia juga pernah mengalami penurunan. Pada tahun 2007, beberapa produsen meubel rotan di Cirebon yang menjadi salah satu industri rotan terbesar selain Surabaya mengalami penurunan produksi. Salah satu penyebab terjadinya hal tersebut adalah sulitnya memperoleh bahan baku yang berkualitas, sedangkan negara-negara pesaing dengan mudah memperolehnya. Akibatnya banyak usaha-usaha furniture ini harus gulung tikar.

Penurunan industri pengolahan rotan, baik yang terjadi pada skala nasional maupun di sentra industri Cirebon sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 2005. Diduga penyebabnya adalah dikeluarkannya SK Menteri Perdagangan No. 12/M-DAG/PER/6/2005 tentang Ketentuan Ekspor Rotan, yang memperbolehkan ekspor bahan baku rotan dan rotan setengah jadi mengakibatkan industri pengolahan rotan di dalam negeri sulit mendapatkan bahan baku. Di pihak lain, negara-negara pesaing mudah mendapatkan bahan baku karena diduga adanya ekspor bahan baku rotan ke luar negeri secara ilegal.

Dikutip dalam artikel Biro Umum dan Humas Departemen Perindustrian, untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan beberapa tindakan yaitu:

  1. Peningkatan kemampuan market intelligence, dengan mengoptimalkan fungsi Atperindag dan perwakilan diplomatik di luar negeri, aktif mengikuti event-event pameran produk rotan yang bergengsi di Luar Negeri.
  2. Perlu dilakukan peninjauan kembali tentang Ketentuan Ekspor Rotan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 12/M-DAG/PER/6/2005, dalam rangka menjamin kontinuitas pasokan bahan baku rotan di dalam negeri, serta peningkatan daya saing produk barang jadi rotan di luar negeri.

 

Pameran Produk Furniture Rotan dan Kerajinan Rotan Indonesia dalam rangka menampilkan hasil-hasil terbaik desain produk furniture rotan dan kerajinan rotan Indonesia penah dilaksanakaan pada November 2007. Pameran ini diikuti oleh produsen furniture dan kerajianan rotan Indonesia yang tergabung dalam anggota ASMINDO dan AMKRI. Pameran ini juga menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan promosi dan pemasaran pengembanagn industri pengelolaan rotan nasional.

 

Itulah deskripsi singkat mengenai Rotan sebagai salah satu tumbuhan merambat yang sangat berpotensi dikembangkan dalam industri furniture Indonesia karena karna selain kelebihan dan manfaat yang dimilikinya, rotan juga termasuk green product yang ramah lingkungan.

 

Referensi:

Kalima T. 2015. Keanekaragaman spesies rotan di Jawa Barat dan prospek pengembangan. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiviversity Indononesia. 1(8) : 1820-1809.

Pramudiarto DB.2006. Analisis nilai tambah dan ketercukupan bahan baku industri pemanfaatan rotan di Kabupaten Cirebon [skripsi]. Bogor (ID) : Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutana IPB

Ramadhan A. 2009. Analisis daya saing industri furniture rotan di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB

http://www.materipertanian.com/klasifikasi-dan-ciri-ciri-morfologi-rotan/ [diunduh pada 2017 Nov 4 pukul 20.00 WIB]

Biro Umum dan Humas Kemenperin. http://www.kemenperin.go.id/artikel/471/Pengembangan-Industri-Pengolahan-Rotan-  [diunduh pada 2017 Nov 4 pukul 21.33 WIB] Departemen Perindustrian

[/read]