Pohon Rasamala (Altingia excelsa): Taksonomi, Kelangkaan, dan Habitat

Anda pernah mengunjungi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango? Sungguh tak asing bukan dengan keberadaan tumbuhan jenis ini. Bisa dikatakan bahwa tumbuhan jenis ini merupakan jenis tumbuhan yang mendominasi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).

Pohon ini adalah salah satu dari berbagai jenis tumbuhan yang sengaja ditanam oleh Perum Perhutani sebagai jenis yang memproduksi hasil hutan kayu.

Pohon ini memiliki berbagai macam karakteristik dan manfaat.

Siapa yang tidak mengenali jenis pohon yang bernama Pohon Rasamala?

Fakta menarik tentang pohon ini datang dari TNGGP juga. Di sana terdapat pohon rasamala yang diperkirakan telah berusia hingga 350 tahun.

Pohon tua tersebut memiliki diameter sekitar 4 meter dan dimanfaatkan untuk menopang “Canopy Trail” yang merupakan salah satu jenis wisata alam yang berada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Canopy Trail di Cibodas sebagai Spot Wisata Alam Keren
Canopy Trail di Cibodas sebagai Spot Wisata Alam Keren

1. Taksonomi

Beberapa penelitian mengatakan bahwa sebaran dari pohon jenis ini sangat luas.

Pemberian nama pada pohon jenis ini mengacu pada nama penemu sebelumnya yaitu Willem Arnold Alting (1724-1800) yang merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Beliau merupakan seorang ahli botani yang berasal dari Portugis Fransisco Noronha yang pada saat itu berkunjung ke Pulau Jawa.

Menurut Woodland (1997) tumbuhan dengan nama latin Altingia excelsa mempunyai tingkatan taksonomi sebagai berikut:

Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyta
Kelas Magnoliopsida
Ordo Hamamelidales
Famili Hamamelidaceae
Genus Altingia
Spesies A. excelsa Noronha

2. Status Kelangkaan

Pada tahun 1984 International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) mengeluarkan IUCN Red List pada golongan Threatened Species atau disingkat IUCN RED LIST yaitu daftar status kelangkaan species.

IUCN RED LIST ini merupakan kategori yang digunakan IUCN dalam melakukan klasifikasi terhadap spesies berbagai tumbuhan serta satwa yang mengalami keterancaman terhadap kepunahan.

Pohon tersebut tidak termasuk dalam daftar RED LIST yang dikeluarkan oleh pihak IUCN yang artinya pohon ini masih bertahan hidup dan masih cukup banyak di alam, namun bukan berarti jika pohon tersebut tidak termasuk dalam RED LIST kita dapat memanfaatkannya secara berlebihan atau besar-besaran, kita sebagai rimbawan muda juga harus tetap menjaga dan mengonservasi pohon rasamala ini.

[read more]

3. Karakteristik Pohon Rasamala

Pohon Rasamala
Pohon Rasamala

Pohon ini merupakan pohon yang sangat unik karena akar dari pohon rasamala ini menjulur keluar.

Batang

Batang pohon rasamala menjulang tinggi hingga mencapai 60 m dan bisa memiliki diameter hingga 80-150 cm.

Tinggi bebas cabang Pohon Rasamala ini mencapai 20-35 m.

Kulit luar yang dimiliki pohon ini berwarna coklat muda hingga kelabu merah. Kulit luar yang dimiliki memiliki karakteristik sedikit mengelupas.

Untuk kulit batangnya sendiri memiliki tebal hingga ± 1 cm, tergolong agak rapuh, licin, serta keras dengan warna abu-abu hingga abu-abu kuning/ abu-abu coklat.

Kulit batang yang mengelupas memiliki bentuk potongan-potongan panjang, retak-retak melintang, dan tipis. Kulit batang yang mengelupas tersebut memiliki warna merah coklat atau coklat kuning. Apabila kayu pohon jenis ini dalam keadaan segar akan berbau seperti asam dan mengandung sedikit damar dan saat dibakar mengeluarkan bau harum.

Tajuk

Pohon ini memiliki bentuk kanopi seperti bentuk kembang kol apabila dilihat dari kejauhan.

Pohon Rasamala yang masih muda memiliki tajuk yang rapat dan umumnya berbentuk piramid, sedangkan pada umur yang lebih tua menjadi gepeng dan jarang, serta beberapa hari sebelum berbunga akan gundul.

Daun

Daun rasamala memiliki ciri khas yaitu tepi daun bergerigi halus serta berbentuk lonjong dengan panjang berkisar antara 6-12 cm dan lebar 2,5 – 5,5 cm. Untuk mengenali pohon ini, apabila daun diremas maka akan mengeluarkan bau yang khas.

Daun pohon ini mudah sekali berwarna merah, namun pohon ini selalu nampak subur karena selalu berwarna hijau.

Di daerah Jawa Barat, bagian daun pohon ini dikonsumsi sebagai lalapan atau sayur. Daun ini mengeluarkan minyak apabila di tumbuk atau digerus halus, serta biasa dijadikan sebagai obat batuk tradisional.

Bunga dan Buah

Di Jawa, rasamala berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Musim berbuah dan berbunga yang dimiliki pohon jenis ini berada di puncaknya pada bulan April-Mei.

Pada musim puncak tersebut dapat digunakan sebagai pengumpulan benih guna memperbanyak tumbuhan secara generatif yaitu terjadi pada Agustus-Oktober.

Dari beberapa penelitian yang dilakukan, belum diketahui vektor sebagai penyerbuknya. Namun beberapa pendugaan yang telah diteliti, vektor penyerbuknya adalah angin.

Pendugaan tersebut berdasarkan tinjauan yang menyatakan bahwa bunga pohon jenis ini tidak memiliki kelopak dan mahkota, benang sari sangat berlimpah, dan kepala putiknya yang berupa “papila” sehingga dapat dikatakan bahwa penyerbukannya dapat melalui angin.

Pohon ini ternyata mempunyai buah berwarna coklat seperti kapsul dengan ukuran buah sekitar 1,2-2,5 cm dan terdiri dari 4 ruang. Setiap ruang pada buah pohon jenis ini terdiri dari 35 benih yang tidak dibuahi dan 1-2 benih yang telah dibuahi.

Bentuk dari benih adalah pipih serta dikelilingi sayap yang memiliki bau aromatik. Pada setiap kilogram benih terdiri atas 75.000 hingga 177.000 butir benih per liter. Buah yang telah matang maupun jatuh dari pohonnya harus segera dikumpulkan agar warnanya tidak berubah menjadi hitam maupun membusuk.

4. Habitat

Habitat Pohon Rasamala terdapat di kawasan hutan hujan tropis serta pegunungan/ bukit lembab, misalnya di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang notabene didominasi oleh Pohon Rasamala.

Menurut penelitian Wisnubudi (2009) tentang penggunaan strata vegetasi oleh burung, bahwa rasamala paling tinggi dimanfaatkan sebagai habitat dari 32 jenis burung. Begitu pula dalam penelitian Oktaviani (2009), pohon rasamala menjadi pohon dominan yang dipilih Owa Jawa sebagai lokasi untuk melakukan aktivitas bersuara.

Pohon Rasamala banyak dijumpai di daerah Jawa Barat.

Pohon jenis ini akan tumbuh dengan baik pada ketinggiannya sekitar 500 – 1500 mdpl di daerah-daerah yang memiliki musim kering, basah, ataupun sedang.

Kriteria tempat tumbuh yang dapat ditumbuhi pohon jenis ini adalah tanah vulkanik yang subur dan selalu lembab pada daerah dengan curah hujan lebih dari 100 mm/bulan.

5. Sebaran

Sebaran dari pohon rasamala yang paling banyak berada di dataran Asia. Rasamala termasuk ke dalam famili Hamamelidace yang tersebar dari Tibet Selatan, Assam (India), hingga Asia Tenggara termasuk Cina Selatan sampai Malesia.

Namun, hanya terdapat 1 spesies yang ada di Malaysia yaitu A. excelsa. Persebaran Jenis ini bermula dari Himalaya menuju ke wilayah lembab di Myanmar hingga Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Jawa (Soerianegara & Lemmens 1994).

Selain dikenal dengan nama rasamala, masyarakat di beberapa daerah Indonesia menyebutnya mala, tulasan, atau mandung.

Masyarakat Melayu yang tinggal di Malaysia sering kali menyebutnya raksamala atau ra’samala.

Masyarakat Sunda menyebutnya rasamala, masyarakat Jawa menyebutnya gadog, dan masyarakat Tapanuli menyebutnya tulason.

Berbeda dengan Myanmar, pohon jenis ini memiliki sebutan nantayok, serta di Thailand memiliki  tiga nama yaitu sophom, dan satu.

Penyebaran pohon jenis ini secara alami di wilayah Indonesia meliputi Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, hingga Jawa Barat.

6. Kayu Pohon Rasamala

Kayu yang Anda sebut rasamala ini tergolong ke dalam kelas keawetan kayu II dengan berat jenis antara 0,6-0,8.

Kulit kayu pohon jenis ini halus dan berwarna abu-abu. Batang kayunya berwarna merah. Kayu pohon jenis ini dikenal sangat awet walaupun disimpan secara langsung tanpa ada perlakuan khusus dan bersentuhan dengan tanah.

Kayu pada pohon jenis ini banyak digunakan oleh aquacaper dalam pembuatan hiasan dalam aquascape.

Selain memiliki harga yang relatif murah, kayu pohon jenis ini apabila telah mongering tidak akan lagi mengeluarkan tanin dalam jumlah besar.

Pengurangan jumlah tanin tersebut selanjutnya dapat mengurangi dampak negatif bagi habitat di sekitarnya.

Warna kayu pada pohon jenis ini yaitu kemerah-merahan yang didominasi oleh tekukan serta cabang, sedangkan untuk ukuran kayu pada pohon jenis ini cenderung ramping dengan harga berkisar Rp 30.000,- hingga ratusan ribu yang bergantung pada besar kecil dan bentuk rantingnya.

7. Manfaat Pohon Rasamala

Canopy Trail TNGGP
Canopy Trail TNGGP

Pohon ini mempunyai sejuta manfaat bagi manusia, mulai dari akar hingga daun.

Pohon ini merupakan pohon yang kuat dan solid. Kegunaan akar pada pohon jenis ini adalah sebagai hiasan dekorasi pada aquascape.

Pohon ini memiliki tinggi bebas cabang yang tinggi maka kayunya cocok digunakan untuk bahan kegiatan kontruksi seperti tiang, kerangka jembatan, tiang listrik dan telepon, hingga penyangga pada rel kereta api.

Kayu pada pohon jenis ini juga dimanfaatkan untuk kegiatan konstruksi berat, perahu, kapal, rangka kendaraan, vinir, plywood, hingga bahan untuk lantai rumah.

Daun pohon yang masih muda dan berwarna merah, sering digunakan untuk lalapan ataupun bahan tambahan pada sayur.

Batangnya lurus ke atas sehingga bisa digunakan sebagai bahan untuk membuat rumah. Rasamala adalah solusi ekonomis dari kebutuhan bahan kayu.

Program reboisasi yang telah dicanangkan oleh pemerintah Jawa Barat juga menggunakan pohon rasamala sebagai jenis utama yang akan ditanam. Penanamannya biasanya pada jarak yang rapat karena pohon muda rentan mengalami percabangan apabila terkena banyak sinar matahari.

Berdasarkan penelitian Hidayat dan Fijridiyanto (2002), keberadaan rasamala biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan bangunan karena kayunya yang awet.

Penelitian Susanti (2010) juga menyatakan bahwa pohon jenis ini merupakan pohon yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai kayu bakar untuk kegiatan sehari-hari.

Selain itu, pohon jenis ini dapat digunakan sebagai pengharum ruangan karena memiliki getah yang berbau harum.

8. Budidaya

Bibit Pohon Rasamala
Bibit Pohon Rasamala

Menurut beberapa penelitiaan yang telah dilakukan, budidaya pohon rasamala dapat diawali dengan pengumpulan buah untuk diambil bijinya.

Buah pada pohon ini yang telah jatuh harus segera diambil karena warna pada buah dapat berubah hitam ataupun bijinya hilang diambil oleh satwa yang melewati pohon.

Pada pengolahan dan penanganan benih, benih harus diekstraksi melalui penjemuran selama kurang lebih 2 hari, atau dapat menggunakan pengering benih dengan suhu 38-42˚C selama 20 jam.

Melalui perlakuan ini, buah akan terbelah dan benih yang berada di dalamnya akan keluar. Setelah itu, dapat dilanjutkan pemilahan benih berdasar pada beratnya.

Benih yang masih segar selanjutnya segera ditabur agar viabilitas pada benih tidak menurun.

Hasil penelitian dari Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Bogor menyatakan dan menunjukkan bahwa viabilitas dari benih hanya dapat dipertahankan hingga 12 minggu apabila benih dalam keadaan kering.

Sebelum ditanam, benih direndam di dalam air kurang lebih 24 jam. Apabila benih telah selesai direndam, maka kemudian harus segera ditabur.

Campuran pasir dengan tanah (1:1) digunakan sebagai media tabur yang baik pada umumnya. Rata-rata perkecambahan pada jenis ini terjadi pada hari ke-10 dan apabila kecambah yang telah berumur 1 bulan dapat dilakukan penyapihan kedalam polybag yang telah diisi tanah kaya akan bahan organik.

 

Sebagai salah satu tanaman yang memiliki banyak manfaat, seiring dengan berjalannya waktu tanaman ini bisa saja berkurang.

Jika kondisi ini terus menerus dibiarkan tanpa adanya tindak lanjut maka dikhawatirkan eksistensi Pohon Rasamala semakin sedikit, hingga mengalami kepunahan.

Mengingat pentingnya eksistensi pohon rasamala (Altingia excelsa Noronha) maka keberadaan tanaman ini penting untuk diperhatikan.

[/read]