Pohon Beringin atau dalam Bahasa Jawa Waringin merupakan salah satu spesies pohon yang sangat familiar di Indonesia.
Waringin merupakan salah satu spesies dari family Moraceae dan merupakan keluarga dari pohon nangka.
Pohon ini memiliki beberapa manfaat bagi lingkungan di sekitarnya.
Manfaat yang paling utama dari pohon ini adalah kemampuannya dalam menyimpan air.
Pohon ini memiliki banyak keunikan mulai dari akar gantung dan buahnya yang semu. Pohon Beringin sendiri sering ditemukan di tengah alun-alun suatu daerah dan biasanya memiliki umur yang tak lagi muda.
Banyak yang percaya bahwa pohon ini merupakan tempat yang angker. Mitos tersebut sudah turun-temurun dari nenek moyang kita, padahal mitos tersebut belum terbukti kebenarannya.
Ingin mengetahui lebih banyak tentang pohon berakar gantung yang satu ini? Simak artikel di bawah ini ya!
1. Taksonomi
Berikut taksonomi dari pohon yang memiliki nama latin Ficus benjamina ini:
Kingdom | Plantae |
Divisi | Magnoliophyta |
Kelas | Magnoliopsida |
Ordo | Urticales |
Famili | Moraceae |
Genus | Ficus |
Subgenus | Conosycea |
Spesies | Ficus benjamina |
2. Karakteristik dan Morfologi
Akar beringin merupakan akar berjenis tunggang yang dapat menopang pohon tersebut dengan baik. Akar pohon ini berbentuk seperti jaring dan memiliki fungsi sebagai jaring pengaman nutrisi (safety nutrition network).
Batang beringin berbentuk silindris seperti pohon pada umumnya, bertekstur kasar dengan percabangan sympodial. Artinya, pohon tersebut memiliki batang dengan tipe batang yang bercabang banyak atau tidak seperti memiliki satu batang utama.
Bentuk daun beringin sendiri adalah ovalis, ujung runcing dengan pangkal tumpul. Bertipe daun tunggal berseling (alternate) dan bertulang daun menyirip.
Bunga dari pohon akar gantung ini merupakan bunga tunggal yang tumbuh di ketiak daun (cauliflora). Bentuk tangkainya silindris dengan kelopak seperti corong berwarna hijau. Bentuk mahkota bulat dan berwarna kuning kehijauan, benang sari dan putiknya pun berwarna kekuningan.
Buah beringin merupakan buah semu (fig) yang dapat digunakan sebagai pakan satwa, berbentuk bulat dan berwarna hijau saat muda.
Tajuk Pohon Beringin berbentuk bulat melebar, sehingga pohon ini sendiri sering digunakan sebagai tempat berteduh karena rindang.
Pohon ini memiliki tinggi berkisar antara 15-25 meter. Masih banyak Pohon Beringin yang memiliki tinggi pohon lebih tinggi dari itu di alam bebas.
Pohon yang memiliki akar gantung ini merupakan pohon yang memiliki diameter mencapai 2 meter. Berdasarkan ukurannya, pohon berakar gantung ini termasuk pohon berukuran besar, apalagi pohon yang sudah berumur tua.
[read more]
3. Habitat
Pohon Beringin banyak ditemukan di hutan tropis pada ketinggian sekitar 600 mdpl. Tetapi pohon ini juga banyak ditemukan di hutan dataran rendah sampai hutan dataran tinggi bahkan di daerah terbuka.
Habitat beringin sendiri memang umumnya dekat dengan sumber air seperti mata air, telaga, danau, dan sebagainya.
Pohon ini banyak ditemukan di daerah dataran rendah maupun tinggi karena pohon ini merupakan pohon yang adaptif terhadap lingkungan sekitarnya.
Walaupun pohon ini tumbuh di daerah karst tetapi dapat tumbuh dengan baik karena akar dari pohonnya sendiri dapat menembus celah-celah yang ada di batuan karst tersebut.
Pohon berakar gantung ini hidup pada tempat yang memiliki curah hujan yang tinggi.
Akar dari pohon ini dapat menyimpan air dengan baik, sehingga walaupun terjadi kekeringan tidak akan berdampak terhadap kelangsungan Pohon Beringin itu sendiri.
4. Sebaran
Daerah penyebaran Pohon Beringin secara umum menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Pohon ini sangat mudah ditemukan di wilayah Indonesia. Wilayah penyebaran dari pohon dari genus Ficus ini meliputi Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan sedikit di Sulawesi.
Asia, Malaysia, Australia dan beberapa wilayah pasifik lainnya merupakan negara asli dari pohon ini. Selain tersebar di Asia, Malaysia, dan beberapa wilayah Pasifik, pohon ini juga tersebar di Hawaii, Florida, Arizona, dan Amerika.
5. Keunikan Pohon Beringin
Akar dari Pohon Beringin memiliki keunikan tersendiri, hal ini dapat membedakan pohon yang satu ini dengan pohon lainnya.
Pada batang pohon akan tumbuh akar gantung yang berfungsi sebagai respirasi. Akar tersebut berwarna coklat dan menggantung. Akar tersebut lama kelamaan akan masuk ke dalam tanah dan berfungsi untuk menyerap nutrisi dan air dari dalam tanah.
Tempat hidup beringin sangat beragam karena pohon ini merupakan jenis yang toleran terhadap sinar matahari. Beringin dapat hidup pada tempat yang ternaungi matahari secara penuh maupun terpapar sinar matahari secara penuh.
Beringin juga toleran terhadap kondisi tanah dimana dia hidup, dia dapat hidup di berbagai kondisi tanah seperti tanah liat, berpasir, asam, basa, basah, dan bahkan kering sekalipun. Kondisi tersebut mengakibatkan pohon berakar gantung ini dapat bertahan pada kondisi kekeringan.
Beringin dapat menyimpan air tanah di dalam akarnya secara baik. Hal ini disebabkan karena perakarannya yang dalam sehingga dapat mencegah terjadinya longsor.
Pohon ini memiliki siklus hidup yang sangat lama, bahkan saat ini masih banyak ditemukan pohon dengan ukuran besar yang sudah berumur ratusan tahun. Salah satu contohnya beringin yang berada di Alun-Alun Yogyakarta. Bahkan banyak yang percaya siklus hidup yang lama tersebut dikarenakan hal-hal yang berbau magis.
Pohon ini memiliki ukuran batang yang besar, apalagi jika pohon tersebut sudah berumur tua pastilah ukuran batangnya akan semakin besar. Pohon Beringin memiliki tinggi pohon yang menjulang tinggi. Struktur buah beringin merupakan struktur buah semu (fig), artinya buah tersebut bukan buah sesungguhnya dari beringin.
6. Manfaat Pohon Beringin
Penanaman beberapa jenis pohon tertentu di mata air dapat melestarikan mata air tersebut dan dapat menjaga mata air tersebut secara berkelanjutan (sustainability). Hal tersebut dikarenakan akar tanaman dapat menimbulkan rekahan pada tanah yang berhubungan langsung dengan aliran air tanah. Pohon Beringin memiliki perakaran yang dalam dan banyak, hal tersebut memiliki dampak positif yaitu menambah titik mata air seiring dengan bertambahnya umur pohon.
Menurut Ridwan dan Pamungkas (2015), perakaran dalam dari beringin dapat menembus lapisan air tanah dangkal sehingga dapat membuka aliran air permukaan baru dan menjadi mata air. Beberapa jenis beringin dapat digunakan untuk mempertahankan kelestarian mata air, mengurangi erosi, dan tanah longsor (Soejono 2012).
Hal ini dikarenakan perakaran, percabangan, dan kanopi dari beringin dapat mengurangi percikan air hujan, sehingga kerusakan pada lapisan permukaan tanah menjadi rendah dan infiltrasi air ke tanah menjadi lancar.
Pohon Beringin mampu mengurangi proses penguapan yang terjadi di dalam tanah maupun di dalam pohonnya itu sendiri. Hal tersebut mengakibatkan Pohon Beringin dapat menjaga ketersediaan air yang terdapat di lingkungan sekitarnya.
Buah beringin sendiri memiliki kandungan saponin, flavonoid, dan polifenol.
Penopang dari pohon ini adalah batang pohon yang sangat besar dan kuat, ukuran diameter dari pohon ini yang bertambah seiring berjalannya waktu. Pertambahan diameter pada Pohon Beringin sendiri dikarenakan akar gantung yang sudah masuk ke dalam tanah akan berbentuk menyerupai batang pohon tersebut.
Daun pohon ini dipercaya dapat mengobati sakit sariawan pada anak-anak. Caranya yaitu dengan merebus daun beringin yang sudah dicuci bersih. Manfaat lain dari daun beringin yaitu dapat mengobati influenza, radang saluran nafas (bronchitis), batuk rejan, radang usus, disentri, dan kejang panas pada anak.
Tajuk dari Pohon Beringin sendiri berbentuk bulat dan melebar, hal tersebut mengakibatkan pohon ini sangat rindang dan sangat cocok digunakan untuk pohon peneduh. Tanaman ini mampu menahan hembusan angin dan dan menjaga lingkungan agar tidak begitu panas.
7. Mitos Pohon Beringin
Daerah Yogyakarta memiliki mitos yang sangat terkenal mengenai Pohon Beringin yaitu beringin kembar yang terletak di dekat Keraton Yogyakarta sebelah selatan. Di alun alun tersebut terdapat dua Pohon Beringin yang berdampingan. Kepercayaan yang berkembang di masyarakat apabila kita dapat melewati jalan di antara Pohon Beringin kembar dalam keadaan mata tertutup maka dipercaya dapat menolak bala. Kepercayaan ini biasa disebut juga Tradisi Masangin.
Mitos yang berkembang di masyarakat Indonesia adalah ketika suatu tempat terdapat Pohon Beringin maka tempat tersebut pasti akan dicap sebagai tempat yang angker oleh masyarakat.Terlebih jika pohon tersebut sudah berumur sangat tua. Kepercayaan yang menganggap bahwa Pohon Beringin merupakan tempat yang angker masih beredar sampai sekarang.
Terdapat suatu mitos bahwa Pohon Beringin dilarang ditebang apapun alasan nya dan dipercaya jika menebang pohon bertajuk lebar ini akan menimbulkan kesialan.
Pohon Beringin dipercaya sebagai tempat tinggal para makhluk halus seperti genderuwo. Hal tersebut dikarenakan pohon ini memiliki kesan mistis yang sangat kuat seperti pohon yang sangat rindang, sangat besar, memiliki akar gantung yang tidak beraturan dan batang pohon yang sangat besar. Masayarakat Indonesia banyak yang percaya jika pohon ini merupakan tempat tinggal para makhluk halus.
Pohon ini memiliki akar gantung yang kuat, bahkan jika kita bergelantungan di akar tersebut pun dirasa masih kuat. Namun, banyak mitos yang beredar bahwa dilarang bergelantungan di akar beringin karena hal tersebut mengakibatkan kita menjadi orang yang bergantung kepada orang lain, dalam artian tidak mandiri.
Nah itulah beberapa keunikan dari Pohon Beringin itu sendiri mulai dari akar gantung yang kuat, penyimpan air yang baik bahkan Pohon Beringin sangat kental dipercaya oleh masyarakat Indonesia sebagai pohon yang angker. Tetapi dibalik mitos pohon yang angker tersebut Pohon Beringin memiliki banyak manfaat bagi makhluk hidup dan sekitarnya.
Referensi :
Ridwan, M dan Pamungkas, D.W. 2015. Keanekaragaman Vegetasi Pohon di Sekitar Mata Air di Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Prosiding Seminar Masyarakat Biodiversitas Indonesia. Vol. 1, Hal : 1375-1379.
Soejono. 2012. Composition of Trees Grown Surrrounding Water Springs at Two Areas in Purwosari, Pasuruan, East Java. The Journal of Tropical Life Science. 2(2) : 110-118.
Editor:
Mega Dinda Larasati
[/read]