Peta : Definisi, Fungsi, Klasifikasi, Tahapan dan Alat Pendukung Pembuatan Peta

Bidang kehutanan sangat erat hubungannya dengan data spasial maka peta menjadi suatu barang yang harus didalami oleh seorang ahli kehutanan. Hutan yang ada di Indonesia harus ditentukan kawasannya, apabila tidak maka berbagai kasus perambahan hutan akan marak terjadi.

Batas-batas hutan pun harus jelas agar tidak terjadi konflik antar berbagai pemangku kepentingan. Apabila terjadi kebakaran hutan, seorang ahli kehutanan haruslah bisa menentukan dari lokasi mana titik api berasal. Perencanaan hutan pun membutuhkan data spasial, seperti luas lahan, kawasan yang bisa ditanami, kawasan yang harus dilindungi, dan lain sebagainya.

Berbagai alasan tersebut maka seorang ahli kehutanan haruslah mengerti bagaimana memahami peta (map), bahkan harus bisa membuatnya, baik secara digital atau konvensional. Artikel ini akan memberikan berbagai informasi yang berkaitan dengan peta dan pemetaan.

kartografer kehutanan

1. Definisi Peta (Map Definition)

Map adalah gambaran sebagian atau seluruh permukaan bumi yang diproyeksikan dengan sistem tertentu pada bidang datar yang diperkecil dengan ukuran skala tertentu. Map memiliki berbagai fungsi, yaitu :

  1. memberikan gambaran fisiografis secara umum permukaan bumi dan suatu daerah/ wilayah,
  2. menunjukan dan menggambarkan lokasi, letak suatu kawasan wilayah, atau obyek geografis lainnya,
  3. memperlihatkan ukuran suatu obyek map geography,
  4. mengetahui keadaan sosial, budaya, ekonomi suatu daerah, dan segala fenomena geografi, serta
  5. dapat menjadi alat bantu analisis suatu penelitian.

Good map harus mencakup sejumlah komponen, komponen tersebut adalah judul, legenda, orientasi/ tanda arah, skala, simbol, warna, tipe huruf, garis astronomis, inset, dan map line edge.

Map dapat diklasifikasin menjadi dua berdasarkan isi yang disajikan, yaitu general map dan specific map. General map adalah map yang menggambarkan kenampakan bumi baik fenomena alam atau budaya. General map umumnya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu topography map, korografi map, dan world map.

Topography map adalah peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam map digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur adalah garis pada map yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian sama.

Korografi map adalah peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi yang bersifat umum dan biasanya berskala sedang (contohnya atlas).

World map adalah general map berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah yang sangat luas.

Specific map adalah peta yang menggambarkan informasi dengan tema-tema tertentu/ khusus. Misalnya, political map, geology map, peta penggunaan lahan, peta persebaran objek wisata, peta kepadatan penduduk, dan sebagainya.

[read more]

2. Tahapan Pembuatan Peta

Map making membutuhkan beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu tahapan pengumpulan data, tahapan pemetaan atau penyajian data, dan penyajian kembali dalam bentuk grafis.

Tahapan pertama berusaha untuk mencari berbagai data yang diperlukan untuk pembuatan informasi yang ada di peta. Sumber data yang diperoleh dikategorikan ke dalam sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dengan cara observasi secara langsung di lapangan dengan cara pengukuran, pengamatan, pembuatan sketsa, dan wawancara terhadap penduduk setempat. Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara observasi secara tidak langsung, artinya data yang diperoleh dari foto, peta, dan dokumentasi yang sudah ada pada suatu instansi terkait.

Tahapan kedua, data yang telah terkumpul dapat dianalisis dengan komputer dan hasilnya disimpan, selanjutnya hasil analisis data tersebut dicocokkan kembali dengan keadaan lapangan. Tahapan ini diawali dengan penyiapan basemap untuk digandakan menjadi new map yang akan digunakan untuk tematik map (apabila akan membuat peta tematik). Setelah peta dasar dibuat maka barulah penyajian data-data dengan cara menggambar objek yang sesuai.

Tahapan terakhir adalah penyajian kembali peta. Pada tahap ini dilakukan pemasukan atau input data yang telah diperoleh dari lapangan sehingga dapat diinformasikan kepada pembaca peta dalam bentuk grafis.

 

Berbagai peralatan dibutuhkan dalam map making, seperti GPS, kompas, theodolite, alat ukur panjang, alat cetak, software sistem informasi geografis, water pass, abney level, dan alat tulis beserta media tulis. GPS diperlukan dalam pembuatan non-conventional map, biasanya GPS dibutuhkan dalam pengambilan data lokasi suatu titik serta jarak satu titik ke titik lainnya di permukaan bumi.

Kompas digunakan dalam pembuatan peta konvensional karena peranan kompas pada era teknologi ini sudah bisa digantikan oleh GPS, alat ini digunakan untuk menentukan arah mata angin dan map orientation. Theodolite merupakan alat pembuatan peta konvensional, theodolite berfungsi untuk menentukan jarak satu titik dengan titik lainnya serta menentukan besar sudut datar dan sudut kemiringan suatu areal.

Alat ukur panjang digunakan dalam pembuatan conventional map, alat ukur panjang digunakan untuk mengetahui jarak dari titik satu ke titik lainnya secara lebih teliti. Software sistem informasi geografis merupakan alat yang saat ini sering digunakan, software ini mengolah berbagai data yang ada (biasanya citra satelit menjadi data utama) untuk langsung dibuat menjadi peta yang siap cetak. Waterpass digunakan dalam penghitungan kemiringan lereng sama halnya dengan abney level. Alat tulis dan media tulis adalah alat-alat konvensional dalam map making.

 

Referensi:

Redaksi Forester Act

[/read]