Jalak Bali (Leucopsar rothschildi), Satwa Endemik Bersuara Merdu

Indonesia sangat kaya dengan keanekaragaman hayati flora maupun fauna. Salah satu jenis fauna yang banyak di temukan di Indonesia yaitu burung.

Indonesia memiliki banyak burung endemik yang indah dan bersuara merdu.

Salah satunya adalah Burung Jalak Bali, burung endemik dari Pulau Dewata Bali.

Yuk mengenal lebih dekat dengan Jalak Bali melalui artikel di bawah ini! Simak ya!

1. Morfologi dan Taksonomi

Burung Jalak Bali merupakan burung menawan dengan keindahan kicauannya, sehingga banyak dicari dan diburu orang. Satwa ini merupakan satu-satunya burung endemik yang ada di Bali.

Pada tahun 1910 Satwa ini ditetapkan sebagai maskot fauna di Provinsi Bali.

Nama latin Jalak Bali yaitu Leucopsar rothschildi  dan berikut taksonomi dari satwa pemilik suara merdu ini:

Kingdom Animalia
Filum Chordata
Kelas Aves
Ordo Passeriformes
Famili Sturnidae
Genus Leucospar
Spesies Leucopsar rothschildi (Stressmann 1912)

Nama lokal dari Burung Jalak Bali adalah Curik Putih. Burung ini berbeda dengan jenis Jalak Putih dan Jalak Suren, akan tetapi jika dilihat sekilas ketiganya hampir mirip.

Penemu Burung Jalak Bali adalah seorang ahli burung kebangsaan Inggris yang bernama Dr. Baron Stressman, kemudian penelitian lanjutan dilakukan oleh  Dr. Baron Victor Von Plessenn pada tahun 1925.

Burung pemilik suara merdu ini memiliki ciri khusus yang membedakan dengan Jalak Putih dan Jalak Suren. Bulu Jalak Bali berwarna putih di seluruh tubuhnya kecuali pada sayapnya dan ekor yang berwarna hitam.

Ciri fisik dari satwa endemik Pulau Bali ini yaitu matanya yang mempunyai warna coklat tua dan pada kelopaknya tidak memiliki bulu. Kelopak burung ini berwarna biru yang juga menjadi salah satu keunikan yang dimilikinya.

Ukuran dari burung ini tidak terlalu besar dengan panjang tubuh antara 21-25 cm pada saat telah dewasa. Burung ini memiliki jambul yang sangat indah yang disebut dengan surai. Jambul tersebut berwarna putih. Jambul sama-sama dimiliki oleh Jalak Bali jantan maupun betina.

Pada saat berkicau, jambul ini terlihat jelas tetapi sesekali juga diperlihatkan saat tidak berkicau. Burung Jalak Bali memiliki kaki yang kuat berwarna abu-abu. Kaki burung ini memiliki 4 buah jari, di mana 1 jari menghadap ke belakang dan 3 jari lainnya menghadap depan. Kaki ini digunakan untuk berdiri dengan tegap dan mencengkeram makanan.

Satwa endemik ini memiliki paruh runcing yang kuat dengan panjang sekitar 2-3 cm. Di bagian atas paruh memiliki bentuk yang khas berupa peninggian yang memipih tegak. Bagian ujung dari paruh ini berwarna kuning kecoklatan dengan rahang berwarna abu-abu hitam.

Burung ini berkembang biak dengan cara bertelur. Ciri-ciri telurnya yaitu berwarna hijau kebiruan, berbentuk oval, dan ukuran rata-rata kurang lebih 3 cm. Berat burung ini sekitar 107,75 gram. Secara umum, ukuran Jalak Bali relatif kecil tidak lebih panjang dari 25 cm.

Meskipun agak sulit untuk dibedakan ukurannya, sesungguhnya Burung Jalak Bali jantan dan betina memiliki ukuranya yang berbeda. Burung jantan umumnya memiliki kucir atau jambul yang lebih panjang dan ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan burung betina.

Satwa endemik Pulau Bali ini merupakan burung berjenis omnivora (pemakan segalanya).

2. Habitat dan Populasi Jalak Bali

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah salah satu satwa endemik di Indonesia dan secara istimewa merupakan satwa khas Pulau Dewata Bali. Sebaran terluas dari burung ini adalah Bubunan-Buleleng hingga ke Gilimanuk. Habitat aslinya  saat ini hanya terbatas di kawasan taman nasional saja yaitu berada di Taman Nasional Bali Barat, tepatnya berada di Semenanjung Tanjung Gelap Pahlengkong dan Prapat Agung.

Tipe habitat yang sangat disukai oleh burung ini adalah tipe hutan pantai, hutan mangrove, hutan savana, hutan rawa, dan hutan musim dataran rendah. Selain tersebar alami di daerah Taman Nasional Bali Barat, satwa ini juga dapat ditemui di daerah Lampu Merah, Tegal Bunder, Teluk Brumbun, Batu Gondang, Batu Licin, dan Prapat Agung. Burung pemilik suara merdu ini hidup pada ketinggian antara 210 – 1.144 mdpl.

Di Indonesia, Jalak Bali merupakan salah satu burung menawan dan menjadi buruan koleksi para kolektor. Hal ini dikarenakan harganya yang mahal, sehingga burung ini kerap diincar oleh pemburu liar.

Populasinya saat ini sangat terancam kepunahan dan habitatnya sangat terganggu oleh permukiman masyarakat sekitar maupun wisatawan yang lalu lalang di sekitar Taman Nasional Bali Barat

 Pada saat ditemukan atau sekitar tahun 1910, populasi satwa yang satu ini masih banyak yaitu sekitar 500 hingga 900 ekor. Namun, pada penelitian yang dilakukan pada tahun 1984 terjadi penurunan jumlah jalak bali menjadi sekitar 125 hingga 180 ekor.

Sebuah survei pernah dilakukan oleh Mongabay pada tahun 2005 di Taman Nasional Bali Barat yang merupakan habitat asli dari Burung Jalak Bali. Hasil survei ini menunjukan bahwa hanya ditemukan lima individu Jalak Bali saja yang ditemukan.

Satwa endemik yang satu ini memiliki kebiasaan untuk membuat sarang di tempat yang terbuka. Hal ini menjadi salah satu faktor maraknya perburuan terhadap burung ini untuk dijual maupun dijadikan satwa peliharaan.

Sampai saat kini, populasi burung ini yang hidup di dalam kandang jauh lebih banyak daripada yang bisa ditemui di alam liar. Meski begitu, menurut inventarisasi pada tahun 2019 oleh BKSDA Bali Barat populasi burung ini meningkat secara signifikan. Tercatat sebanyak 191 ekor Jalak Bali yang ditemukan melalui side monitoring.

[read more]

3. Fakta Unik Jalak Bali

Selain menawan, Burung Jalak Bali memiliki berbagai keunikan lainnya. Burung ini merupakan fauna endemik Pulau Bali, sehingga akan jarang ditemukan secara liar di daerah lain.

Cara mencari makan satwa ini yaitu dengan menggali atau membongkar tanah gembur menggunakan paruhnya. Makanan yang di cari adalah larva, serangga, dan juga cacing. Burung ini juga senang mencari makan pada tempat yang terbuka seperti di padang rumput, semak-semak, dan permukaan tanah.

Burung ini senang berkelompok dalam mencari makan karena untuk membuat formasi ketika terbang dan ketika ada hujan akan lebih mudah untuk menerobos secara bersama-sama. Satwa ini hanya makan satu kali dalam sehari.

Kelopak mata yang khas juga menambah daya tarik dari burung ini. Kelopak mata berwarna biru, membuatnya tampak berbeda dengan burung lain.

Si Cantik Jalak Bali (pinterest.com)

Burung ini terkenal dengan kicauannya yang khas yaitu campuran siul dengan terdapat jeda nada beberapa saat dan pekikkan melengking. Keunikan siulan ini yang terkadang membuat kicauan burung ini menjadi suatu melodi.

Jalak bali merupakan jenis burung komunal yang suka berkelompok dalam hidupnya. Pada saat jalak bali menemukan pasangannya, perilaku komunal tersebut berubah sehingga burung  yang berpasangan akan hidup berdua. Kedua pasangan burung tersebut biasanya membuat sarang di pohon dengan tinggi kurang lebih 175 cm.

Jalak bali mempunyai musim kawin bulan basah (musim penghujan), yaitu bulan November hingga Mei. Burung ini mempunyai telur berwarna hijau kebiruan dengan bentuk oval memanjang. Dibutuhkan waktu selama 17 hari dalam pengeraman telur sampai menetas

4. Status Kelangkaan dan Penyebabnya

Di balik keindahan dan merdunya suara Burung Jalak Bali terdapat ancaman kepunahan. Menurut konvensi perdagangan internasional atau dikenal dengan CITES (Convention on International Trade in Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora) burung jalak bali masuk dalam Appendix 1. Artinya, satwa ini berada pada kelompok yang tidak dapat diperdagangkan, dilarang mengambil dan memperjualbelikan, serta terancam kepunahan.

Sedangkan dalam IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) satwa ini masuk dalam kategori kelangkaan spesies “kritis” (Critically Endangered). Artinya satwa ini memiliki status konservasi  yang mempunyai risiko besar untuk mengalami kepunahan dalam waktu yang dekat dan terancam punah di alam liar.

Ancaman kepunahan disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alami dan faktor non-alami. Kepunahan dari burung ini lebih banyak disebabkan karena adanya faktor non-alami. Faktor ini disebabkan oleh perilaku manusia yang menyebabkan satwa yang ada kehidupannya terdesak dan populasi di alam liar menurun.

Manusia sering melakukan perburuan liar terhadap burung ini, karena burung ini termasuk burung indah dan mempunyai suara yang bagus. Perburuan liar ini menyebabkan berubahnya tatanan dan struktur habitat yang sudah seimbang.

Bisa jadi jumlah antara burung jantan dengan betina tidak seimbang sehingga menyebabkan kegagalan reproduksi. Kelangkaan satwa ini akibat manusia disebabkan adanya deforestasi. Sehingga habitat dari burung ini menjadi tidak bagus (sempit) serta berkurangnya ketersediaan makanan yang ada.

Selain itu, pertambahan penduduk juga mempengaruhi kelangkaan dari burung tersebut. Penduduk yang padat lama-lama dapat menggusur habitat alami satwa ini. Menurut data BKSDA Bali Barat, ruang hunian atau biasa dikenal dengan home ring dari satwa inii sekarang tidak lebih dari 1000 hektar.

Selain faktor non-alami atau faktor manusia terdapat juga faktor alam yang mempengaruhi kelangkaan burung jalak bali di habitatnya. Faktor ini seperti adanya predator alami dari burung jalak bali, penyakit, satwa pesaing untuk memperebutkan tempat hidup atau makanan, bencana alam, dan mati setelah usianya tua.

Predator dari satwa ini yaitu ular dan jenis burung elang. Contoh dari adanya faktor alam yaitu adanya musim kemarau yang menyebabkan keadaan lingkungan di Taman Nasional Bali Barat tidak nyaman dan mengurangi kualitas habitat untuk burung ini. Kemarau membuat persediaan air berkurang bahkan hingga kekeringan.

Oleh karena itu, pemerintah Republik Indonesia memberikan perhatian yang sangat serius kepada Jalak Bali dengan menetapkan burung ini sebagai satwa liar yang dilindungi dalam undang-undang. Pemerintah memberikan perlindungan hukum dengan menetapkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970.

Perlindungan hukum lain yang ditetapkan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Jalak Bali. Di dalamnya terdapat larangan memperdagangkan satwa tersebut kecuali hasil dari penangkaran generasi ketiga (indukan bukan dari alam).

Strategi konservasi lain yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia untuk perlindungan satwa enemik yang satu ini yaitu dengan cara ex-situ dan in-situ. Pelestarian dengan cara ex-situ yaitu dengan penangkaran burung ini di luar habitat aslinya seperti pada kebun binatang dan penangkarang yang terdapat di Buleleng, Bali.

Pelestarian dengan cara in-situ yaitu dengan cara konservasi pada habitat aslinya. Konservasi in-situ ini dapat dilakukan dengan memperbaiki kualitas habitat asli burung Jalak Bali yang berada di Taman Nasional Bali Barat.

Upaya perbaikan habitat dapat dilakukan dengan cara mengurangi deforestasi dengan reboisasi dan reforestasi, melarang perburuan liar di habitat asli, dan mengurangi akses masyarakat ke habitat asli Burung Jalak Bali.

5. Perbedaan Jalak Bali Jantan dan Betina

Bagi beberapa orang akan kesulitan untuk menentukan jenis burung Jalak Bali betina maupun jantan, namun untuk membedakannya dapat dengan mengidentifikasi dan melihat ciri-ciri diantaranya:

5.1 Kepala

Ukuran kepala burung betina biasanya lebih kecil dan pendek dibandingkan dengan kepala burung jantan. Burung betina juga mempunyai kepala yang lebih membulat.

5.2 Ukuran Tubuh

Tubuh burung betina lebih kecil dan ramping daripada burung jalak jantan. Pejantan dari jenis burung ini mempunyai tubuh yang kokoh dan besar.

Jantan dan Betina (pinterest.com)

5.3 Jambul

Kedua burung ini sama-sama memiliki jambul. Jambul dari burung jantan lebih panjang daripada burung betina.

Demikianlah penjelasan dan deskripsi singkat dari Burung Jalak Bali yang terkenal indah dan menawan. Burung ini sangat unik dan merupakan burung endemik Indonesia, sehingga kita harus bangga dan ikut melestarikan Burung Jalak Bali agar tidak punah. Salam Lestari!

 

Editor:
Mega Dinda Larasati

[/read]