Apabila membahas tentang Bandung pasti tidak akan ada matinya. Mulai dari makanan, fashion, seni, sejarah, bangunan, udara yang sejuk, bahkan tempat wisata pun hingga kini semakin banyak bermunculan. Salah satunya adalah Gunung Hawu.
Sesuai namanya, tempat wisata ini berada di dataran tinggi dan arti kata Hawu sendiri dalam Bahasa Sunda adalah perapian atau tungku (kompor yang menggunakan kayu bakar) yaitu tempat untuk memasak masyarakat sekitar atau masyarakat Sunda zaman dahulu, karena pada zaman dahulu belum ada kompor gas. Tempat ini diberi nama Hawu karena memang gunung ini berbentuk seperti Hawu dengan batu yang menjulang tinggi serta bolong di tengahnya yang bisa kamu lihat dari Desa Cidadap.
Gunung Hawu merupakan salah satu tebing kapur yang berada di wilayah karst Citatah, Padalarang, Bandung Barat. Tapi sayangnya, manusia yang serakah ingin mengeruk hasil alam kapur di tempat ini. Di siang hari, kamu akan melihat banyak truk-truk besar dan raungan mesin penambang serta asap hitam dan debu yang tidak enak dilihat.
Karena hal ini terjadi, Suku Badot yang merupakan komunitas pelestarian wilayah tersebut tidak tinggal diam. Mereka mengampanyekan upaya penyelamatan Gunung Hawu dari aktivitas tambang batu kapur yang hanya menguntungkan sebagian pihak. Suku Badot sangat mengharapkan banyak wisatawan yang datang ke tempat ini karena dengan begitu penambangan bisa dihentikan.
Bagi kamu yang suka menguji adrenalin atau hanya ingin berfoto untuk diupload ke media sosial seperti Instagram tempat ini sangat cocok untuk dikunjungi.
Tempat wisata yang berada di Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat ini punya keunikan dan daya tarik tersendiri nih.
[read more]
Pembentukan Gunung Hawu ini terjadi secara alami yang terbentuk dari batu gamping, prosesnya berupa karstifikasi yaitu proses pelarutan senyawa karbonat sebagai bahan utama batu gamping/kapur.
Hal yang bisa kamu lakukan di sini bukan hanya manjat-memanjat bukit, tetapi di sini juga kamu bisa panjat tebing. Untuk menikmati sensasi panjat tebing ini, kamu dikenakan biaya seratus ribu saja dan pastinya keamanannya terjamin.
Selain panjat tebing, kamu juga bisa high line yaitu berjalan di atas tali yang disambungkan dari ujung tebing satu ke tebing lainya dengan ketinggian 50 meter di atas tanah. Selain itu kamu bisa bersantai, bahkan bermalam di atas tebing menggunakan hammock.
Hammock itu ayunan yang terbuat dari kain khusus. Pada zaman dahulu hammocking ini dilakukan oleh Suku Maya dengan hammock yang terbuat dari akar atau kulit pohon agar terlindung dari ancaman binatang buas. Hammocking ini sangat diminati banyak orang, tentu keamanannya pun sudah terjamin serta membutuhkan alat-alat penunjang.
Kamu dapat menginap di hammock dengan harga Rp. 125 ribu per malam juga loh. Harga yang cukup terjangkau karena kamu akan melihat taburan bintang di langit. Kalau kamu tidak punya uang, berswafoto aja deh bersama keluarga, sahabat, teman, atau orang-orang terdekatmu.
Karena medannya cukup berat juga, berikut adalah tips-tips ketika kamu akan berkunjung ke sana:
- Jangan lupa meminta izin kepada orang tua, kalau tidak dapat izin dari orang tua lebih baik tidak usah ke sana yah
- Jangan lupa untuk selalu berdoa
- Harus memakai masker agar debu-debu tidak terhirup atau cocok juga untuk perempuan yang tidak mau kulitnya menggelap
- Disarankan memakai sepatu/sendal yang aman untuk kegiatan trekking
- Jangan lupa membawa payung, topi, atau jaket
- Jangan lupa membawa minum dan cemilan agar perut tetap dapat terisi
- Pastinya harus membawa kamera terbaik agar momen terabadikan dengan sempurna
- Memakai sunblock akan sangat baik untuk kesehatan kulit kamu
Nah itulah surga wisata alam di Citatah, Padalarang yang saat ini menjadi primadona. Ayo liburan ke sana dan kampanyekan konservasi wilayah karst di sana! Kita kalahkan eksploitasi tambang kapur dengan cara meningkatkan sektor wisata alam.
Referensi:
Dokumentasi penulis
Editor: Tomi Ardiansyah
[/read]