Burung Rangkong, Burung Suci Suku Dayak

Burung Rangkong atau yang memiliki nama lain Enggang, Julang dan Kangkareng merupakan salah satu spesies burung yang hidup di Indonesia, Afrika, Asia daerah tropis dan Papua Nugini.

Burung Enggang merupakan salah satu burung yang disucikan oleh Suku Dayak di Kalimantan.

Burung ini berperan sangat penting bagi kelestarian hutan, khususnya untuk penebaran biji dalam regenerasi hutan.

Spesies Burung Rangkong terbesar juga hidup di Indonesia yaitu Rangkong Gading.

Di Indonesia juga terdapat jenis Burung Rangkong yang hanya ditemukan di Indonesia alias endemik.

Nah masih terdapat banyak keunikan lain mengenai Burung Rangkong yang akan dibahas di bawah ini.

Simak ya!

1. Taksonomi

Berikut ini taksonomi dari Rangkong:

Kingdom Animalia
Filum Chordata
Kelas Aves
Ordo Buceritoforme
Famili Bucerotidae
Sub Famili Bucerotinae, Bucorvinae
Genus Tropicranus, Tockus, Ocyceros, Anthracoceros, Buceros, Rhinoplax, Anorrhinus, Penelopides, Berenicornis, Aceros, Rhyticeros, Bycanistes, Ceratogymna dan Bucorvus

2. Jenis-jenis Burung Rangkong

Burung Rangkong termasuk ke dalam family Bucerotidae dan di dalamnya masih terdapat subfamily-subfamili lainnya. Terdapat total 62 jenis burung unik ini yang tersebar dari Afrika, Asia, Indonesia, dan Papua Nugini. Di Asia sendiri terdapat 32 jenis dengan 13 jenis burung ini ada di Indonesia, yaitu:

  • Julang Sulawesi (Rhyticeros cassidix) berasal dari Sulawesi
  • Kangkareng Sulawesi (Rhabdotorrhinus exarhatusI) yang berasal dari Sulawesi
  • Julang Sumba (Rhyticeros everetti) yang berasal dari Sumba.
  • Enggang Klihingan (Annorrhinus galeritus)
  • Enggang Jambul (Berenicornis comatus)
  • Julang Jambul-Hitam (Rhabdotorrhinus corrugatusI)
  • Julang Emas (Rhyticeros undulates)
  • Kangkareng Hitam (Anthracoceros malayanus)
  • Kangkareng Perut Putih (Anthracoceros albirostris)
  • Rangkong Badak (Buceros rhinoceros)
  • Enggang Gading (Rhinopkex vigil)
  • Rangkong Papan (Buceros bicornis)
  • Julang Papua (Rhyticeros plicatus)

[read more]

Anthracoceros malayanus (instagram.com)

3. Morfologi

Setiap makhluk hidup pasti memiliki morfologi atau ciri-ciri khususnya sendiri, tak terkecuali pula Burung Rangkong yang memiliki ciri-ciri khusus. Burung Enggang sendiri memiliki banyak keunikan yang hanya dimiliki oleh burung ini, yaitu salah satunya balung yang berada di atas paruh burung unik ini.

Balung merupakan salah satu ciri khas dari satwa yang satu ini. Casque atau balung sendiri terletak di atas paruh yang hanya dimiliki oleh satwa langka ini. Balung berfungsi sebagai ruang dengung suara, hal tersebut yang menyebabkan balung memiliki struktur yang berongga.

Ukuran tubuh dari burung ini dapat dikatakan besar jika dibandingkan dengan spesies burung lainnya, terutama dari jenis Rangkong Gading.

Sebagian besar spesies Burung Enggang memiliki paruh yang besar, panjang, melengkung, dan beratnya ringan. Paruh burung ini memiliki keunikan tersendiri dan karena keunikan tersebutlah burung langka ini banyak diburu oleh pemburu liar.

Panjang tubuh satwa ini sendiri bervariasi diantara 65-170 cm. Berat tubuh dari burung ini berkisar 290-4200 gram. Berat badannya yang sebesar itu menunjukan bahwa ukuran Burung Rangkong dapat dikatakan besar untuk ukuran jenis burung yang dapat terbang.

Warna bulu pada Burung Rangkong berbeda untuk jantan dan betinanya. Burung jantan memiliki warna bulu yang lebih mencolok dibandingkan dengan betina. Seluruh tubuhnya dipenuhi oleh bulu dengan warna hitam, abu-abu, dan putih ditambah dengan warna merah dan kuning pada bagian kulit leher, kepala dan lingkar mata. Burung jantan memiliki warna yang lebih mencolok untuk memikat burung betina.

4. Makanan

Burung Rangkong merupakan burung pemakan buah-buahan atau yang biasa disebut dengan frugivora. Terdapat tiga jenis buah-buahan pakan burung unik ini yaitu; buah yang berkulit keras (husked), buah berdaging (drupaceus) yang mengandung banyak lemak dan fig (ficus) yang mengandung protein, karbohidrat, kalsium dan air.

Pada umumnya burung ini memiliki cara tersendiri untuk memakan buah-buahan tersebut. Cara pertama yaitu dengan memasukkan dan melumat buah tersebut di dalam paruh lalu bijinya dikeluarkan setelah bagian buah tersebut ditelan. Kedua, dengan menelan sekaligus bijinya namun biasanya cara ini digunakan ketika buah yang dimakan berbiji halus, biji tersebut akan dikeluarkan diakhir bersama dengan kotoran.

Contoh buah-buahan yang menjadi makanan burung ini adalah buah beringin, buah pala, dan buah kenari.

Paruh Khas Rangkong (instagram.com)

Selain pemakan buah-buahan, burung ini juga termasuk pemakan serangga. Serangga yang biasanya menjadi makanan burung ini adalah semut, belalang, ulat, kroto, jangkrik, larva kumbang, laba-laba, kumbang, dan masih banyak lagi.

Ketika di alam sulit ditemukan buah-buahan maka burung langka ini akan mencari serangga sebagai pengganti buah-buahan tersebut. Apalagi ketika burung ini sudah masuk ke fase perkembangbiakan, satwa ini akan lebih sering lagi mencari serangga untuk makanannya.

5. Habitat dan Wilayah Jelajah

Habitat Burung Rangkong umumnya di hutan dataran rendah dengan ketinggian 0-1000 mdpl. Hutan tropis pun banyak ditemukan burung langka ini. Daerah jelajah burung ini dapat mencapai 100 km2, hal tersebut artinya Burung Rangkong dapat menebar biji seluas 100 km2.

Keadaan hutan sangat mempengaruhi populasi dari burung langka ini di alam liar. Saat kondisi hutan masih bagus dan belum mengalami deforestasi hutan, di situ pasti masih banyak ditemukan Burung Rangkong. Hal ini karena burung ini yang hidup di virgin forest pasti masih sangat bebas untuk mencari makan maupun mencari sarang untuk tempat mengarami telur.

Ketika kondisi hutan sudah rusak, hal tersebut dapat menyebabkan penurunan populasi Burung Rangkong karena burung ini memang secara alami bersarang di lubang pohon. Apalagi saat jumlah pohon berdiameter besar sudah berkurang. Hal tersebut akan menyulitkan Burung Rangkong dalam mencari sarang.

6. Sebaran

Sebaran Burung Rangkong mulai dari Afrika, Asia, Indonesia, dan Papua Nugini. Di Indonesia sendiri Burung Rangkong banyak ditemukan di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Papua, dan Sumba. Burung ini paling banyak ditemukan di Pulau Sumatera yaitu ditemukan sekitar 9 jenis Rangkong.

7. Perilaku

Perilaku satwa ini yang merupakan keunikan burung ini adalah bersarang di dalam lubang pohon. Burung Rangkong betina yang mengerami telur akan bersarang di lubang pohon dan ditutupi dengan lumpur, tanah ataupun sisa makanan untuk melindungi dari pemangsa.

Suara dari burung ini pun sangat besar dan unik seperti mengatakan “Calling”.

8. Perkembangbiakan

Burung Rangkong bersarang di lubang pohon yang tinggi yang dibuat oleh burung jantan. Sang jantan biasanya memilih pohon dengan diameter yang besar lebih dari 45 cm pada ketinggian 20-50 m di atas permukaan tanah. Selama betina bertelur, sang jantan akan memberi makan betina melalui lubang kecil.

Pemberian makan tersebut berlangsung sampai anak-anak tersebut tumbuh dewasa dan sudah siap dilepaskan. Anak-anak burung yang sudah besar bahkan membantu Sang Ayah dalam mencari makan. Burung betina akan menggugurkan bulunya untuk menghangatkan telur yang dieraminya.

Masa pengeraman telur burung ini bervariasi antara 25 hari sampai 150 hari. Masa pengeraman tersebut berbeda-beda tergantung dengan spesies, wilayah, dan ukuran dari spesies tersebut. Semakin besar ukuran Burung Rangkong maka semakin lama pula masa pengeramannya.

Rangkong Julang Emas memiliki waktu pengeraman 40 hari, Rangkong Badak mengerami sekitar 37-46 hari dan yang paling lama adalah Rangkong Gading selama 150 hari.

Menurut Poonswad (1993) terdapat lima tahapan bersarang Burung Rangkong, yaitu :

  • Pre-nesting: proses perkawinan dan proses menemukan sarang untuk mengerami telur.
  • Pre-laying: proses peletakan telur pertama dan betina mulai mengurung diri.
  • Egg incubation: masa pengeraman telur yang memakan waktu hingga 4-6 minggu.
  • Nesting: masa betina keluar dari sarang untuk mencari makan.
  • Fledging: masa di mana anakan siap keluar dari sarang dan masa pemecahan sarang yang telah dibuat.

9. Status Kelangkaan

Status kelangkaan dari Burung Rangkong yang terdapat di Indonesia adalah sudah mulai terancam punah dan populasi di alam liar sudah berkurang. Populasi Burung Rangkong sangat berkurang dengan cepat beberapa tahun belakangan ini.

Menurut Red list IUCN, Burung Rangkong Gading termasuk ke dalam kategori kelangkaan spesies Critically Endangered (CR) artinya terancam punah. Jenis lainnya ada yang termasuk ke dalam Vulnerable (VU), Near Threatened (NT), dan ada yang termasuk ke dalam status Least Concerned (LC).

Penyebab kelangkaan burung ini  yaitu tinggi nya perburuan oleh masyarakat, perdagangan serta kondisi hutan yang semakin memburuk. Burung ini banyak diburu karena keunikan yang dimilikinya sehingga banyak orang tertarik. Keunikan paruh burung ini itulah yang menyebabkan para kolektor ingin mengoleksinya, sehingga perdagangan satwa liar secara illegal pun meningkat.

10. Upaya Konservasi

Rangkong Gading termasuk ke dalam status Appendix I artinya terancam dari segala bentuk perdagangan. Strategi dan Rencana Konservasi (SRAK) untuk Rangkong Gading telah dilaksanakan di Medan, Sumatera Utara yang merupakan salah satu wujud implementasi dari konservasi Burung Rangkong.

Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Sumberdaya Ekosistem Hayati dan Ekosistemnya mengatur tentang sanksi-sanksi yang didapatkan jika melakukan perburuan liar. PP no 7 Tahun 1999 tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi Burung Rangkong pun masuk ke dalam lampiran satwa yang dilindungi termasuk family Bucerotidae.

Burung Rangkong (instagram.com)

Sedangkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 tentang perubahan atas Peraturan menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018  tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi beberapa jenis termasuk satwa yang dilindungi yaitu: Enggang Klihingan, Kangkareng Perut-Putih, Kangkareng Hitam, Enggang Jambul, Enggang Papan, Enggang Cula, Enggang Jambul-Hitam, Kangkareng Sulawesi, rangkong Gading, Julang Sulawesi, Julang Sumba, Julang irian, dan Julang Emas.

Hukum yang mengatur tentang perburuan satwa liar adalah UU No. 5 Tahun 1990 tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi menyebutkan barangsiapa yang melakukan perburuan sampai menyebabkan perubahan terhadap ekosistem hutan akan mendapatkan hukum pidana yang sesuai. Terdapat denda yang angkanya bervariasi hingga kurungan penjara yang bervariasi pula.

Itulah beberapa keunikan tentang Burung Rangkong yang merupakan burung suci Suku Dayak. Namun perlu diingat bahwa dewasa ini jumlah Burung Rangkong di habitatnya semakin mengalami penurunan dan sangat dekat dengan kepunahan. Oleh karena itu penting bagi kita untuk menjaga kelestarian Burung Rangkok, agar anak cucu kita kelak dapat menikmati keindahan dari satwa yang satu ini.

 

Editor:
Mega Dinda Larasati

[/read]