Bunga Bangkai: Taksonomi, Habitat, dan Sebaran

Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman hayati flora dan fauna yang sangat besar hingga terkenal di seluruh dunia dengan nama Mega Biodiversity.

Kekayaan keanekaragaman hayati di Indonesia tidak lepas dari fungsi hutan tropis Indonesia.

Salah satu flora asli Indonesia endemik Sumatera adalah Bunga Bangkai (Amorphophallus titanum)

1. Pengertian dan Sejarah

Amorphophallus titanum atau Bunga Bangkai adalah tumbuhan yang terkenal di seluruh dunia dengan ukuran sangat besar.

Tumbuhan ini adalah tumbuhan endemik asli di Pulau Sumatera.

Dr. Odoardo Beccari

Pada tahun 1878, seorang peneliti asal Italia bernama Dr. Odoardo Beccari menemukan Bunga Bangkai (Amorphophallus titanium ) di daerah air terjun Lembah Anai, Sumatera Barat.

Setelah ditemukan, tanaman ini langsung menjadi objek penelitian rumah kaca bukan hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia.

Penelitian terhadap Bunga Bangkai banyak dilakukan di dalam rumah kaca.

Namun, penelitian dan pengambilan data di tempat tumbuh alaminya masih sangat sedikit dan belum ada data yang komprehensif.

Hal tersebut menyebabkan kurangnya informasi terhadap jumlah populasi Bunga Bangkai di habitat aslinya.

Alasan tanaman ini terkenal di seluruh dunia tidak terlepas dari keunikannya mulai dari bentuk, ukuran, hingga aromanya.

Flora endemik asli Sumatera ini tentunya menjadi sebuah ikon pariwisata di pulau tersebut.

Bahkan Provinsi Bengkulu menjadikan Bunga Bangkai menjadi maskot dari provinsinya.

Selain dapat dijumpai di Sumatera, Pusat Konservasi Kebun Raya Bogor–LIPI mempunyai Bunga Bangkai (Amorphophallus titanium) sebagai atraksi wisata sekaligus untuk mengedukasi masyarakat luas untuk lebih mencintai dan bangga atas keanekaragaman sumber daya alam Indonesia.

2. Taksonomi

Bunga bangkai (instagram.com)

Bunga Bangkai yang terkenal dengan bau busuk yang menyengat ini merupakan bagian dari kingdom Plantae dan merupakan bagian dari divisi Spermatophyta dengan sub divisi Angiospermae.

Bunga yang juga dikenal dengan nama Titan Arum ini merupakan bagian dari famili Araceae atau suku talas-talasan yang berasal dari genus Amorphopallus.

Satu umbi pada bunga ini biasanya hanya muncul satu tunas saja.

Ukuran dan bentuk umbi pada Bunga Bangkai bervariasi pada setiap jenisnya, garis tengah pada umbi ini bisa mencapai ukuran 80 cm saat sudah dewasa.

Selain itu pertumbuhan umbinya dapat mencapai bobot 100 kg.

Amorphopallus titanium atau lebih dikenal dengan Bunga Bangkai di kalangan masyarakat luas di Indonesia merupakan salah satu spesies dari genus Amorphophallus yang berukuran lebih besar dari spesies lainnya.

Spesies ini tumbuh secara alami di hutan-hutan Sumatera dan merupakan tumbuhan endemik dari Pulau Sumatera.

Spesies lain dari genus Amorphophallus yang juga merupakan tumbuhan endemik dari Pulau Sumatera adalah Amorphopallus gigas yang dapat menghasilkan bunga setinggi 5 meter.

[read more]

3. Jenis-jenis

Amorphophallus titanum adalah salah satu jenis paling terkenal dari genus Amorphophallus karena bunga ini memiliki habitus dan perbungaan yang paling besar.

Meskipun genus Amorphophallus ini memiliki banyak jenis spesies lainnya di seluruh dunia.

Menurut Hetterscheid dan Ittenbach (1996) dalam Hidayat dan Yuzammi (2008), genus Amorphopallus terdiri atas sekitar 176 jenis.

Semua jenis ini tersebar di seluruh dunia, dan sekitar 25 jenis atau 14,2 % dari genus ini terdapat di Indonesia.

Delapan belas jenis atau 72% dari yang tersebar di Indonesia merupakan jenis-jenis endemik yang juga tersebar di berbagai pulau di Indonesia, yaitu 8 jenis terdapat di Pulau Sumatera, 6 jenis ada di Pulau Jawa, 3 jenis di Pulau Kalimantan, dan 1 jenis dari Pulau Sulawesi.

Beberapa dari jenis tumbuhan Amorphopallus telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan makanan, minuman, dan obat-obatan karena adanya kandungan glukomannan yang terdapat di dalam umbinya.

Jenis-jenis tersebut di antaranya adalah Amorphophallus konjac dan Amorphophallus paeoniifolius.

4. Morfologi

Bunga Amorphophallus titanum merupakan tumbuhan berupa terna atau herba dengan letak umbi di bawah tanah berbentuk bulat sedikit gepeng dengan tekstur permukaan kasar.

Bunga Amorphophallus titanum berdaun tungggal (soliter) walau terkadang pada saat masih muda membentuk 2-3 helai daun.

Bunga Amorphophallus titanum mempunyai sebuah seludang.

Seludang adalah bagian atau organ tumbuhan yang berfungsi sebagai pelindung dan menarik serangga untuk meyerbuki bunga betina.

Bunga Amorphophallus titanum lebih cocok disebut perbungaan daripada disebut sebuah bunga karena termasuk bunga majemuk atau terdiri dari ratusan bunga telanjang (tidak memiliki kelopak dan mahkota bunga) dalam satu tempat yang menjulang ke atas di dalam seludang bernama tonggol.

Tonggol tersusun dari tiga jenis bunga yaitu bunga appendiks, bunga jantan dan bunga betina.

Terpisahnya bunga jantan dan betina menandakan bahwa bunga Armophopallus titanum adalah termasuk tanaman primitif.

Bunga appendiks adalah bunga yang steril atau bunga yang tidak memiliki jenis kelamin dengan letak berada di atas bunga jantan dan betina.

Sedangkan letak bunga jantan berada di antara bunga betina dan bunga appendiks.

Perbedaan bunga jantan dan bunga betina bisa dilihat dari bentuk.

Bunga jantan memiliki kepala sari berbentuk kotak dan menempel pada tonggol, sedangkan bunga betina tidak memiliki kepala sari.

Ukuran tumbuhan Armophopallus titanum pada saat mekar bisa mencapai diameter 1,5 meter dan tinggi 2 meter.

Kebun Raya Bogor mencatat ukuran tanaman tersebut pernah mencapai ketinggian sebesar 3,17 meter pada tahun 2004.

5. Ciri-ciri

Amorphophallus titanum memiliki beberapa ciri sehingga membuatnya mudah untuk dikenali.

Karakteristik atau ciri yang dimiliki Amorphophallus titanum yaitu memiliki batang yang bernoda serta memiliki daun yang tidak biasa.

Selain itu, flora endemik asli Sumatera ini sendiri dapat tumbuh hingga mencapai diameter sekitar 1,5 meter dan ketinggian sekitar 4 meter.

Perbungaan pada flora endemik asli Sumatera ini memiliki spadix atau tonggol bunga yang menjulang tinggi berwarna kuning kemerahan dan seludang bunga atau spatha dari Bunga Bangkai berwarna ungu kehijauan serta akar yang berupa umbi.

Bunga Bangkai juga memiliki buah berwarna merah cerah atau orange tua dengan bentuk lonjong agak membulat, buah dari Bunga Bangkai tumbuh menggerombol dengan satu biji berbentuk ellipsoid berwarna jingga kemerahan dan ada juga yang berwarna biru keputih-putihan.

Kebanyakan dari Bunga Bangkai sendiri termasuk ke dalam spesies endemik.

Ciri lain tanaman ini yaitu termasuk ke dalam kelompok tumbuhan yang dapat dibudidayakan.

Selama kondisi tempat budidaya sesuai dengan kebutuhan dari Bunga Bangkai, maka tidak menutup kemungkinan Bunga Bangkai dapat mekar seperti di tempat tumbuh alaminya, Pulau Sumatera.

Amorphophallus titanum (instagram.com)

Flora endemik asli Sumatera ini mengeluarkan bau busuk guna mengundang kumbang dan lalat untuk membantu penyerbukan bunganya, bau terkuat terjadi pada saat malam hari.

Bau busuk tersebut muncul melalui asap dari dalam bunga.

Saat Bunga Bangkai menjelang mekar, bagian dalam bunga mengalami peningkatan suhu mencapai 50-60oC sehingga kadang terbentuk asap dari bunga tersebut.

Khususnya dalam kondisi lingkungan yang dingin seperti saat malam hari.

Bunga Bangkai memiliki susunan bunga majemuk (perbungaan atau infloresens)  yang dapat bertahan 3 sampai 4 hari.

Bunga Bangkai akan layu dan kemudian tumbuh pohon baru di atas umbi Bunga Bangkai yang telah mati untuk mengulangi siklus hidupnya.

Hal ini terjadi ketika masa mekar dari Bunga Bangkai telah lewat.

6. Habitat dan Sebaran

Bunga Bangkai (Amorphophallus titanum) merupakan tanaman asli yang berasal dari hutan hujan khatulistiwa di Sumatera terutama tersebar di daerah Bengkulu dan Lampung.

Sebagai tumbuhan endemik Pulau Sumatera, maka keberadaan tumbuhan ini sangatlah dicari-cari.

Walaupun termasuk dalam kategori tumbuhan endemik, Bunga Bangkai jenis Amorphophallus titanum masih dapat dibudidayakan di luar Pulau Sumatera dengan kondisi yang tentunya harus sesuai juga untuk pertumbuhannya.

Tanah berkapur merupakan habitat alami penyebaran Bunga Bangkai dan secara alami Bunga Bangkai tumbuh sebagai tumbuhan bawah kanopi.

Bunga Bangkai dapat tumbuh di daerah beriklim tropis dan sub tropis karena merupakan tumbuhan khas dataran rendah.

Tanah yang lembab serta tempat yang terbuka juga disukai oleh Bunga Bangkai.

Bunga Bangkai ini juga ditemukan tumbuh di kawasan Afrika barat sampai ke Kepulauan Pasifik.

Bunga Bangkai biasa tumbuh pada daerah dengan ketinggian 120-135 mdpl.

Selain itu, Bunga Bangkai juga dapat tumbuh di hutan sekunder, ladang-ladang penduduk, pinggir sungai atau di tepi-tepi hutan.

Saat ini habitat alami dari Bunga Bangkai sendiri terus mengalami penurunan sehingga populasi dari Bunga Bangkai sendiri kian berkurang.

Kelestarian dari Bunga Bangkai dapat dijaga dengan salah satunya pembentukan populasi pemuliaan yaitu habitat yang mirip dengan ekositem asli.

Saat ini lokasi yang berhasil digunakan sebagai habitat dari Bunga Bangkai sendiri yaitu yang terletak di ketinggian 1500 kaki dan merupakan lereng barat daya dengan surah hujan sekitar 100 inci per tahun.

7. Perkembangbiakan

Amorphophallus titanum merupakan tanaman yang mempunyai 2 fase kehidupan, yaitu fase generatif dan fase vegetatif.

Kedua fase tersebut juga mempengaruhi perkembangbiakan pada tanaman tersebut.

Fase vegetatif adalah fase di mana tumbuh batang tunggal dan daun di atas umbi yang sekilas mirip dengan pohon pepaya.

Waktu yang dibutuhkan dalam fase vegetatif hingga mekarnya bunga sekitar 2-3 tahun.

Biji Amorphophallus titanum (instagram.com)

Ketika terjadi pembuahan saat fase vegetatif maka buah berwarna merah dengan biji akan terbentuk pada bagian bekas pangkal bunga.

Burung Rangkong memakan biji tersebut hingga tercerna dalam pencernaan burung rangkong tersebut.

Ketika Burung Rangkong membuang kotoran, biji tersebut akan ikut terbuang dalam feses yang dikeluarkan dan bisa menjadi tumbuhan baru.

Fase generatif adalah fase di mana ratusan bunga pada tanaman Amorphophallus titanum mekar.

Bunga pada Amorphophallus titanum terbagi menjadi 3 bagian yaitu bunga appendiks, bunga jantan, dan bunga betina.

Bunga appendiks adalah bunga yang steril atau bunga yang tidak memiliki jenis kelamin letaknya berada di atas bunga jantan dan betina.

Bunga jantan terletak diantara bunga betina dan bunga appendiks.

Bunga majemuk tersebut tumbuh di atas tongkol dan dilindungi seludang.

Selain perkembangbiakan pada fase generatif dan fase vegetatif, para peneliti juga meneliti beberapa alternatif perkembangbiakan Bunga Bangkai.

Salah satu perkembangbiakan buatan adalah dengan melakukan stek.

BKSDA (Badan Konservasi Sumber Daya Alam) bekerja sama dengan The Royal Botanic Gardens Sydney, Australia pada tahun 2000 hingga tahun 2001 berhasil melakukan penelitian perbanyakan tumbuhan dengan stek dan memakai hormon pertumbuhan.

Penyerbukan buatan juga berhasil dilakukan oleh Kebun Raya Bogor untuk menghasilkan buah di luar habitat.

Secara alami, biji Bunga Bangkai membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk dapat berbunga, yakni berkisar antara 20 hingga 40 tahun.

Sangat tidak sebanding dengan lamanya bunga tersebut mekar yaitu hanya dalam hitungan beberapa hari.

Ini juga yang menjadikan Bunga Bangkai ini sangat menjadi primadona bagi para peneliti baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

8. Makanan

Tidak seperti Rafflesia yang juga merupakan jenis bunga raksasa tetapi hidup sebagai parasit bagi tumbuhan lain, Amorphophallus adalah tumbuhan mandiri yang mengolah makanannya sendiri dan menyimpan cadangan makanan dalam bentuk umbi.

Fungsi bau yang dikeluarkan oleh tanaman Armophophallus titanium hanya berfungsi untuk menarik serangga agar bisa membantu penyerbukan.

Hal tersebut sangat berbeda dengan fungsi bau dari Rafflesia yang mana menarik serangga untuk dimakan dan diolah sebagai nutrisi.

Tanaman Amorphophallus titanum mempunyai sebuah umbi yang digunakan sebagai tempat menyimpan cadangan makanan.

Mekar atau tidaknya bunga Amorphophallus dapat dilihat dari cukup atau tidaknya cadangan makanan yang terkumpul.

Bila cadangan makanan pada umbi Bunga Bangkai sudah cukup, maka umbi tersebut akan membentuk calon bunga yang akan mekar 1-1,5 bulan kemudian.

Flora endemik asli Sumatera ini memiliki sifat yang unik, pada saat daun tumbuh, umbi mengecil.

Cadangan makanan yang ada di dalamnya dipakai untuk pembentukan dan pertumbuhan daun.

Setelah daun mampu berfotosintesis dan menghasilkan makanan, di atas umbi yang lama akan tumbuh umbi baru.

Umbi baru ini ukurannya akan menjadi lebih besar dari umbi sebelumnya.

Umbi dari tumbuhan ini dapat mencapai ukuran yang sangat besar dengan berat sampai dengan 117 kg.

9. Status Konservasi

IUCN dan WCMC telah menetapkan Amorphophallus titanum sebagai tumbuhan dengan status kelangkaan “Vulnerable”, akan tetapi pada tahun 2002 status tersebut dicabut akibat kurangnya data yang komprehensif.

Kurangnya data yang komprehensif disebabkan oleh kurangnya penelitian dari para ahli Botani di dunia pada tempat tumbuh alaminya.

Kurangnya penelitian di tempat tumbuh alaminya juga menyebabkan data jumlah populasi Bunga Bangkai yang tidak pasti.

Bunga yang belum mekar (instagram.com)

Pemerintah menetapkan Bunga Bangkai sebagai flora yang dilindungi dengan menetapkan  Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 (Lampiran PP. No. 7/1999).

Hal tersebut dikarenakan terus menurunnya populasi Bunga Bangkai di habitat aslinya di Pulau Sumatera.

Salah satu penyebabnya adalah perambahan hutan yang terjadi untuk pembuatan perkebunan kopi atau pun perkebunan karet.

Selain perambahan hutan, pengambilan umbi dari bunga tersebut masih dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan dan pemburuan Burung Rangkong yang tak lain adalah hewan yang berguna bagi pendistribusian bijinya terus diburu.

Upaya untuk meningkatkan populasi dari tanaman ini terus dilakukan.

Salah satu upayanya adalah pembuatan konservasi eks-situ.

Konservasi eks-situ adalah upaya konservasi bagi satu jenis tanaman atau hewan lang terancam punah di luar wilayah habitat aslinya.

Kebun Raya Bogor menjadi salah satu taman koservasi yang telah berhasil melakukan koservasi eks-situ untuk Bunga Bangkai.

Tanaman tersebut telah ditanam pertama kali pada tahun 1920 dan mekar pertama kali pada tahun 1929.

Tanaman tersebut masih ada sampai sekarang dan menjadi salah satu wahana atraksi bagi Kebun Raya Bogor.

Itulah informasi mengenai Bunga Bangkai. Semoga menambah pengetahuan dan wawasan Anda ya!

 

Editor:
Mega Dinda Larasati

[/read]