Bioenergi adalah salah satu alternatif sumber energi yang harus segera diterapkan di Indonesia.
Sumber energi yang berasal dari bahan bakar fosil memiliki berbagai dampak yang buruk. Bahan bakar fosil merupakan sumber daya yang terbatas dan memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan. Masalah lain yang terjadi dari terus dipakainya bahan bakar fosil adalah adanya kecanduan konsumsi energi sehingga akan sulit untuk beralih ke bahan bakar yang terbarukan. Selain itu, bahan bakar fosil membutuhkan waktu yang sangat lama untuk ada kembali, yaitu sekitar satu juta tahun lagi sehingga produksi bahan bakar fosil saat ini terus menurun.
Meskipun saat ini harga minyak dunia terus menurun, hal ini bukan berarti kita harus tetap menggunakan bahan bakar fosil. Salah satu penyebab turunnya harga minyak dunia karena permintaan yang tidak lagi sebanyak dulu. Negara-negara maju saat ini sudah beralih pada energi yang terbarukan karena mereka sadar bahan bakar fosil akan merusak bumi ini.
Solusi dari masalah bahan bakar fosil adalah pemanfaatan energi alternatif terbarukan. Energi alternatif ini biasa disebut bioenergi. Kelebihan dari bioenergi ini adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui, dapat menurunkan efek rumah kaca, ramah lingkungan, terjaminnya kontinuitas bahan bakar, dan cukup sederhana.
Bioenergi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu bioenergi konvensional dan modern. Bioenergi tradisional atau konvensional sudah dikenal oleh masyarakat dari dulu dan saat ini masih dipakai oleh masyarakat pedesaan. Bioenergi konvensional ini contohnya adalah kayu bakar. Bioenergi modern berbeda dengan bioenergi konvensional dan jenisnya juga lebih banyak. Bioenergi modern contohnya bioetanol, biodiesel, PPO/ SVO, minyak bakar, biogas, dan biosyngas.
Bioetanol
Bioetanol merupakan bahan bakar terbarukan yang berfungsi seperti bensin. Bioetanol saat ini sudah tersedia di beberapa Stasiun Pusat Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Bioetanol yang tersedia di SPBU saat ini masih dalam bentuk oplosan dengan bensin. Saat ini kadar dari bioetanol hanya sekitar kurang dari 10% dan sisanya adalah bahan bakar bensin.
Biodiesel
Biodiesel perannya sama seperti bioetanol, namun biodiesel fungsinya menggantikan peran solar. Biodiesel juga sudah ada di beberapa SPBU dalam produk oplosan dengan produk bahan bakar fosil lainnya.
[read more]
PPO/ SVO
PPO/ SVO merupakan kependekan dari Pure Vegetable Oil/ Straight Vegetable Oil. Bahan bakar terbarukan ini biasanya digunakan untuk pembangkit tenaga listrik.
Minyak Bakar
Minyak bakar adalah bahan bakar terabarukan yang fungsinya tidak jauh berbeda dengan minyak tanah. Minyak bakar ini memiliki kelebihan dalam hal ketersediaan bahan bakar yang akan selalu ada di alam.
Biogas
Biogas merupakan sumber energi terbarukan yang di beberapa tempat di Indonesia sudah sering ditemui. Biogas ini biasanya memanfaatkan limbah-limbah peternakan atau pertanian. Biogas merupakan barang substitusi dari gas LPG yang saat ini masih beredar di pasaran Indonesia.
Biosyngas
Biosyngas adalah biogas yang merupakan hasil sintesis. Biosyngas biasanya disintesis dari gas H2 (hidrogen). Ketersediaan biosyngas lebih bisa diandalkan daripada biogas karena biosyngas tidak terlalu terpaku pada suatu bahan limbah.
Apabila melakukan pendekatan dari sudut pandang kehutanan, hutan saat ini memberikan pasokan bahan bakar bioenergi yang siap untuk diolah. Hutan merupakan penyedia bahan bioenergi utama, yaitu biomasa. Biomassa berpotensi memberikan energi sebesar 50.000 MW (Mega Watt), hanya kalah dari energi matahari (156.487 MW), dan potensial aliran air (75.000 MW). Berdasarkan hal ini sektor kehutanan sangat berpotensi untuk memberikan sumber bioenergi bagi kehidupan manusia. Hanya saja pengelolaan hutan untuk energi ini harus dilaksanakan secara lestari, artinya harus tetap menjaga fungsi lingkungan hutan itu sendiri.
Referensi:
Redaksi Forester Act
[/read]