Adaptasi: Pengertian, Tujuan, Jenis, dan Contoh

Makhluk hidup yang ada di permukaan bumi merupakan sebuah organisme, baik itu hewan, manusia, dan tumbuhan yang memiliki ciri-ciri sebagai makhluk hidup. Beragamnya jenis hewan dan tumbuhan yang hidup berdampingan dengan manusia menyebabkan terciptanya sistem klasifikasi untuk memudahkan dalam pengenalan berdasarkan ciri-cirinya. Perbedaan bentuk tubuh, fungsi organ, dan tingkah laku merupakan cara adaptasi setiap jenis makhluk hidup.

Lingkungan tempat tinggal makhluk hidup yang kurang mendukung, memaksa makhluk hidup tersebut melakukan penyesuaian untuk dapat bertahan hidup. Penyesuaian ini disebut dengan adaptasi. Jika makhluk hidup tidak dapat melakukan penyesuaian, maka makhluk hidup tersebut tidak akan dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama.

Adaptasi pada Burung Finch

1. Pengertian Adaptasi

Salah satu ciri yang membedakan makhluk hidup dengan makhluk tidak hidup adalah kemampuan adaptasi. Kondisi lingkungan menentukan jenis makhluk hidup pada tempat tersebut,  misalnya burung yang memiliki sayap dapat dengan mudah terbang dan berpindah tempat, ikan yang hidup di air dapat bernafas karena adanya insang, kaktus dapat hidup dengan baik pada suhu ekstrem karena memiliki daun berbentuk jarum, dan sebagainya.

Menurut Rohadi et al. (2016) adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Adaptasi dapat berupa penyesuaian bentuk tubuh, penyesuaian tingkah laku, dan penyesuaian fungsi tubuh. Penyesuaian tersebut dapat dilakukan melalui genetik maupun dari habitat. Makhluk hidup dapat mencari habitat yang sesuai dengan cara hidup mereka maupun mengubah organ tubuh mereka.

Seorang ahli biologi Perancis, Lamarch (1744-1829), menjelaskan perubahan yang dilakukan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Ia menjelaskan tingkat perkembangan suatu organ sebanding dengan penggunaannya. Perubahan organ tersebut bersifat kekal dan dapat diturunkan bila terdapat perkawinan. Namun menurut ahli biologi Britania Raya, Wallace (1963), proses adaptasi yang sudah berlangsung turun temurun disebut dengan evolusi. Menurutnya semua proses evolusi tidak selalu sama dengan proses adaptasi.

Definisi adaptasi secara umum adalah kemampuan makhluk hidup untuk mengatasi tekanan dan faktor pembatas dari lingkungan untuk dapat bertahan hidup. Cara yang digunakan setiap makhluk hidup untuk beradaptasi berbeda-beda tergantung dari kemampuan individu tersebut. Misalnya tumbuhan beradaptasi dengan memodifikasi daun dan hewan beradaptasi dengan mengubah perilaku. Makhluk hidup yang sudah mengalami proses adaptasi pada suatu habitat akan sulit untuk tinggal pada habitat lain dengan kondisi yang berbeda.

[read more]

2. Tujuan Adaptasi

Makhluk hidup melakukan penyesuaian ketika kondisi lingkungan tempat hidupnya tidak sesuai dan merugikan. Makhluk hidup akan bertahan lebih lama di lingkungan yang sesuai dengan fisik serta proses metabolisme makhluk tersebut. Kelangsungan hidup makhluk tersebut bergantung dengan kemampuannya beradaptasi. Makhluk hidup yang tidak dapat bertahan pada lingkungan dengan kondisi ekstrem akan dengan mudah punah jika tidak melakukan proses adaptasi.

Penyesuaian tubuh yang dilakukan oleh makhluk hidup bertujuan salah satunya untuk menghindari dari musuh maupun predator. Seperti halnya landak yang memiliki modifikasi rambut seperti duri akan melindunginya dari predator yang ingin memangsanya.

Adaptasi juga dilakukan untuk mendapatkan makanan seperti yang dilakukan oleh serangga. Tipe alat mulut serangga yang berbeda memiliki makanan yang berbeda juga. Belalang memakan makanan yang berbeda dengan nyamuk begitu juga dengan kupu-kupu. Hal tersebut karena berbedanya organ alat mulut pada masing-masing jenis serangga.

Makhluk hidup beradaptasi juga untuk menyesuaikan dengan lingkungan tempat hidupnya. Hal tersebut dilakukan karena ia akan selalu hidup pada kondisi lingkungan yang sama pada waktu lama kecuali adanya gangguan tertentu yang menyebabkan perubahan signifikan kondisi lingkungan. Misalnya tanaman teratai yang hidup di permukaan air mempunyai daun yang lebar agar dapat tetap mengapung di permukaan sehingga tidak tenggelam dan dapat menguapkan kelebihan air dalam tubuhnya secara optimal.

Kondisi tertentu yang tidak menguntungkan bagi suatu jenis akan menghambat perkembangbiakannya. Makhluk hidup yang tidak dapat berkembangbiak, perlahan akan punah di alam. Hal tersebut tidak akan terjadi ketika makhluk hidup tersebut melakukan proses adaptasi. Hewan yang rentan terhadap kepunahan memiliki angka kelahiran yang tinggi. Misalnya pada kura-kura, ia akan mengeluarkan telur yang banyak untuk tetap mempertahankan jenisnya sebab banyak dari kura-kura muda yang rentan mati akibat tidak dapat bertahan di alam.

Dapat disimpulkan bahwa makhluk hidup melakukan adaptasi untuk mempertahankan kelangsungan hidup pada habitatnya.

3. Jenis-Jenis Adaptasi

Proses adaptasi makhluk hidup berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya. Perbedaan jenis juga memiliki proses adaptasi yang berbeda juga. Proses adaptasi dilihat dari perubahan bentuknya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu adaptasi bentuk tubuh (morfologi), adaptasi proses metabolisme tubuh (fisiologi), dan adaptasi perilaku.

3.1 Adaptasi Morfologi

Proses adaptasi morfologi adalah penyesuaian bentuk tubuh makhluk hidup terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Bagian-bagian yang biasa diubah seperti bentuk mulut, alat gerak, maupun bentuk tubuh keseluruhan. Adaptasi ini sangat mudah diidentifikasi karena dapat terlihat jelas dengan mata. Penyesuaian ini dilakukan agar dapat mendapat makanan serta bentuk tubuh yang sesuai dengan lingkungan. Contoh adaptasi morfologi antara lain bentuk paruh dan kaki burung yang berbeda-beda, tipe alat mulut serangga, bentuk daun tumbuhan, juga bentuk tubuh secara keseluruhan dari hewan maupun tumbuhan.

3.2 Adaptasi Fisiologi

Proses adaptasi fisiologi adalah penyesuaian proses metabolisme tubuh atau fungsi kerja organ makhluk hidup terhadap kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Adaptasi ini cukup sulit diidentifikasi karena berlangsung di dalam tubuh. Contoh adaptasi fisiologi antara lain meliputi organ sirkulasi darah, organ pernafasan, organ pencernaan, dan organ lainnya. Penyesuaian proses fisiologi pada makhluk hidup tidak hanya pada satu organ saja, namun berkaitan juga dengan organ lainnya.

3.3 Adaptasi Perilaku

Proses adaptasi perilaku adalah penyesuaian tingkah laku makhluk hidup terhadap kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Biasanya adaptasi perilaku selain untuk mendapatkan makanan, juga untuk melindungi diri dari musuh dan predator. Penyesuaian tingkah laku dilakukan paling banyak oleh hewan karena sebagai bentuk respon terhadap rangsangan dari luar. Contoh adaptasi perilaku adalah penyesuaian waktu makhluk hidup dalam berkegiatan, hibernasi, penyamaran warna tubuh, dan lainnya.

3.4 Adaptasi pada Hewan

Adaptasi pada hewan dapat mencakup ketiganya, antara morfologi, fisiologi, dan perilaku. Adaptasi morfologi pada hewan dapat dilihat pada alat mulut serangga yang berbeda dan bentuk paruh serta kaki burung yang berbeda. Lingkungan yang ekstrem memaksa hewan yang hidup di tempat tersebut melakukan adaptasi. Contohnya padang pasir memiliki suhu yang tinggi dan jarang ditemukannya sumber mata air. Unta yang hidup di padang pasir memiliki bentuk tubuh yang mampu menyimpan air. Punuk unta dapat berfungsi sebagai penyimpan lemak sehingga ia dapat bertahan lama tanpa meminum air.

Contoh adaptasi fisiologi pada hewan adalah cara ikan untuk menyeimbangkan kadar garam dalam tubuhnya. Air laut memiliki kadar garam yang lebih tinggi daripada air tawar sehingga memaksa ikan yang berada di laut memiliki kemampuan beradaptasi terhadap kondisi tersebut. Cara ikan untuk beradaptasi pada kondisi lingkungan dengan kadar garam tinggi adalah dengan mengeluarkan urin yang pekat. Hal tersebut dapat diartikan bahwa ikan air laut mengeluarkan urin lebih pekat daripada ikan air tawar untuk menyeimbangkan kadar garam dalam tubuhnya.

Hewan juga melakukan adaptasi perilaku yang sebagian besar digunakan untuk menghindari dari musuh atau predator. Contohnya bunglon melakukan penyesuaian dengan mengubah warna tubuh yang menyerupai tempatnya untuk menghindari musuh dan mempermudah dalam mencari makanan. Adaptasi itu disebut dengan mimikri.

3.5 Adaptasi pada Tumbuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah tempat tumbuh itu sendiri, meliputi lingkungan serta tanahnya. Tumbuhan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan yang menghambat ia untuk berkembang.

Kaktus melakukan penyesuaian bentuk tubuh dengan memodifikasi daun menjadi lebih ramping seperti duri dan menyimpan banyak air pada batangnya. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi penguapan akibat kondisi lingkungan gurun yang ekstrem.

Tumbuhan juga dapat menghasilkan zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan jenis tumbuhan lain di sekitarnya. Zat kimia tersebut disebut dengan zat alelopati. Pohon pinus menghasilkan zat alelopati untuk menghambat pertumbuhan tanaman lain. Contoh lainnya adalah tumbuhan yang penyerbukkannya dibantu oleh serangga akan mengeluarkan aroma wangi agar menarik serangga datang.

Jati akan menggugurkan daunnya pada waktu tertentu untuk mengurangi penguapan yang berlebihan dari daun. Hal ini terjadi karena daun jati lebar dan besar sehingga mudah mengalami penguapan jika tidak digugurkan. Proses ini termasuk ke dalam penyesuaian tingkah laku.

3.6 Adaptasi pada Manusia

Selain tumbuhan dan hewan, manusia juga melakukan adaptasi pada kondisi lingkungan yang merugikan. Adaptasi pada manusia lebih mudah dilakukan karena manusia mempunyai akal untuk menyesuaikan kebutuhan dalam mempertahankan hidupnya.

Contohnya adaptasi perilaku manusia ketika berada pada lingkungan yang dingin adalah dengan memakai baju hangat atau mendekati api agar terhindar dari hipotermia.

Rambut-rambut halus pada tubuh manusia berfungsi untuk menjaga suhu tubuh agar tidak turun drastis. Hal tersebut merupakan bentuk adaptasi morfologi pada manusia.

Manusia yang berada di pegunungan cenderung memiliki jumlah darah merah yang lebih banyak daripada manusia yang berada di pantai. Kadar oksigen di pegunungan lebih rendah daripada di pantai. Hal tersebut memaksa sistem sirkulasi untuk membuat lebih banyak sel darah merah yang akan mengikat oksigen dan mengedarkannya ke seluruh tubuh. Penyesuaian ini disebut penyesuaian fisiologi.

4. Radiasi Adaptif dan Konvergensi

4.1 Radiasi Adaptif

Banyaknya jenis makhluk hidup di bumi ternyata jumlahnya semakin membesar dibanding dahulu. Hal ini disebabkan adanya proses evolusi yang berkaitan erat dengan proses adaptasi. Munculnya dua atau lebih spesies dari yang awalnya satu spesies dinamakan dengan radiasi adaptif.

Radiasi adaptif adalah proses berkembangnya organisme secara cepat karena adanya perubahan lingkungan sehingga membentuk beberapa bentuk baru.

Contoh dari peristiwa ini adalah burung finch yang ditemukan di kepulauan Galapagos. Bentuk paruh burung tersebut berbeda-beda akibat adanya perubahan lingkungan sehingga menyebabkan sumber makanan yang berbeda juga.

Pada lingkungan yang kering seperti gurun, hanya terdapat beberapa tanaman yang dapat tumbuh. Hal ini memaksa tanaman yang hidup di gurun untuk beradaptasi akibat faktor pembatasnya.

4.2 Konvergensi

Konvergensi adalah adanya kesamaan bentuk morfologi dan fisiologi dari jenis individu dengan nenek moyang berbeda akibat tumbuh di lingkungan yang sama. Contohnya evolusi konvergensi adalah kaktus yang hidup di gurun. Kaktus dengan nenek moyang berbeda akan memiliki bentuk morfologi yang sama yaitu akan membentuk daun seperti jarum guna mengurangi penguapan. Beberapa kaktus yang tidak berkerabat dekat akan mempunyai kemiripan akibat dari tumbuh di lingkungan yang sama.

Lingkungan yang membatasi makhluk hidup akan selalu menjadi masalah untuk bertahan hidup. Makhluk hidup menggunakan kemampuan beradaptasinya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adanya penyesuaian morfologi, fisiologi, dan perilaku membantu jenisnya untuk selalu bertumbuh dan berkembang.

 

Referensi:

Rohadi TT, Haryono AT, Paramita PD. 2016. Pengaruh kemampuan adaptasi dengan lingkungan, perilaku masyarakat dan stres kerja terhadap produktivitas yang berdampak pada kinerja pemetik teh              (studi kasus di perkebunan teh medini kabupaten Kendal). Journal of Management 2(2): 1-57.

[/read]