Berbagai macam barang mulai dari botol air mineral, kantong kresek pembungkus, alat makan, alat rumah tangga, bahkan sampai pembungkus sampah (trash bag) dan berbagai barang lainnya memerlukan suatu bahan baku yang praktis dalam pembuatannya.
Bahan tersebut pasti tidak asing di telinga kita dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita, ya! Plastik.
Penggunaan benda ini terus meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat dan berkembangnya industri yang semakin mengembangkan produk berbahan dasar sama.
Produk yang sangat dibutuhkan ini ternyata memiliki dampak yang tidak baik untuk lingkungan. Benda ini sangat berpotensi mencemari lingkungan karena pada umumnya sulit untuk diuraikan oleh mikro organisme.
1. Pengertian
Definisi plastik adalah jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses polimerisasi.
Polimerisasi adalah proses penggabungan beberapa molekul sederhana (monomer) melalui proses kimia menjadi molekul besar (polimer atau makromolekul).
Pengertian plastik menurut Surono (2013) merupakan senyawa polimer yang unsur penyusun utamanya adalah Karbon dan Hidrogen.
Apabila tepapar panas dan tekanan, bahan yang terbentuk dari bahan polimer ini mampu dibentuk ke berbagai bentuk sesuai kebutuhan.
Berbagai bentuk seperti batangan, balok, dan silinder yang kemudian dapat menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan seperti botol, kresek, dan lain-lain.
Benda ini juga merupakan bahan yang mudah terbakar sehingga meningkatkan risiko kebakaran.
Asap hasil pembakaran produk berbahan dasar produk ini sangat berbahaya karena mengandung gas-gas beracun seperti karbon monoksida (CO) dan hidrogen sianida (HCN).
Hal ini juga yang dapat menyebabkan pencemaran udara.
Benda yang sulit diurai oleh mikroorganisme ini ketika dibuang ke tanah akan membuat penurunan populasi fauna tanah karena disebabkan menurunnya mineral, baik organik maupun anorganik di dalam tanah.
Fauna tanah juga sulit mendapatkan oksigen O₂ karena benda ini di dalam tanah yang tidak dapat diurai menghalangi lubang udara.
2. Sejarah
Produk seperti plastik pertama kali dibuat pada tahun 1862 oleh Alexander Parkes yang berbahan selulosa. Bahan temuan Parkes ini disebut Parkesine.
Pada tahun 1907, seorang ahli kimia dari New York yang bernama Leo Baeklend berhasil membuat bahan sintetis pertama. Dia mengembangkan Bakelite yang merupakn resin cair.
Material ini tidak terbakar, tidak mencair, dan tidak meleleh dalam larutan asam cuka. Hal tersebut menyebabkan bahan ini ketika terbentuk tidak bisa berubah lagi.
Plastik merupakan material yang baru, secara luas digunakan dan dikembangkan sejak pada tahun 1975 yang diperkenalkan oleh Montgomery Ward, Jodan Marsh, J.C. Penny, Sears dan toko-toko retail besar lainnya (Marpaung, 2009).
Bahan polimer ini berkembang secara luar biasa penggunaannya dari hanya beberapa ratus ton pada tahun 1930-an, menjadi 150 juta ton/tahun pada tahun 1990-an dan 220 juta ton/tahun pada tahun 2005 (Putra dan Yuriandala 2010).
[read more]
3. Klasifikasi
Benda ini dibedakan berdasarkan bisa atau tidaknya produk ini dibentuk kembali, kinerja, dan berdasarkan sifat daur ulangnya.
3.1 Jenis Plastik berdasarkan Bisa atau Tidaknya Dibentuk Kembali
Benda ini dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu thermosetting dan thermoplastik.
Thermosetting adalah jenis yang jika telah dibuat dalam bentuk padat, tidak dapat dicairkan kembali dengan cara dipanaskan, sedangkan thermoplastik adalah jenis yang jika dipanaskan sampai temperatur tertentu, akan mencair dan dapat dibentuk kembali menjadi bentuk yang diinginkan (UNEP 2009).
Berdasarkan sifat kedua kelompok di atas, thermoplastik adalah jenis yang memungkinkan untuk dapat didaur ulang.
3.2 Jenis Plastik berdasarkan Kinerja
Berdasarkan kinerja dan penggunaannya, benda ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: teknik, teknik khusus, dan komoditas.
Plastik teknis memiliki sifat yang tahan panas hingga di atas 100°C dan memiliki sifat mekanik yang baik. Jenis plastik ini sering digunakan dalam pembuatan komponen elektronik ataupun otomotif.
Contohnya adalah PA, PC, POM dan PBT.
Plastik khusus merupakan jenis yang memiliki sifat tahan panas hingga di atas 150°C yang banyak digunakan untuk komponen pembuatan pesawat, contohnya adalah PSF, PAR, PAI dan PES.
Plastik komoditas merupakan jenis tidak tahan panas dan memiliki sifat mekanik yang kurang baik.
Biasanya jenis ini digunakan sebagai pembungkus makanan, kemasan barang-barang elektronik, botol minuman, dan sebagainya.
Contohnya ABS, PE, SAN dan PE.
3.3 Jenis Plastik berdasarkan Sifat Daur Ulang
American Society of Plastic Industry telah membuat sistem dengan kode atau simbol yang berbentuk segitiga arah panah.
Bentuk ini merupakan simbol daur ulang dan di dalamnya terdapat nomor yang merupakan kode dan resin yang memiliki informasi tertentu.
Adapun jenis-jenis benda ini berdasarakan kodenya adalah sebagai berikut:
3.3.1 PET
PET (polyethylene terephthalate) penggunaannya untuk sekali penggunaan saja, contohnya botol minyak goreng, botol kemasan air mineral, botol sambal, jus, botol kosmetik, dan botol obat.
3.3.2 HDPE
HDPE (High-Density Polyethylene) salah satu yang aman penggunaannya karena dapat mencegah reaksi kimia sehingga cocok untuk botol susu cair, botol obat, botol kosmetik, dan jerigen pelumas.
3.3.3 PVC
PVC (Polyvinyl Chloride) yang memiliki kandungan DEHA tidak cocok digunakan untuk pembungkus makanan sehingga lebih cocok untuk penggunaan pipa bangunan, pipa selang air, taplak meja, mainan, botol sambal, dan botol shampo.
3.3.4 LDPE
LDPE (Low-Density Polyethylene), bahan ini lebih mudah didaur ulang untuk penggunaan pembungkus daging beku, tutup, kantong kresek, dan berbagai macam produk berbahan dasar sama yang tipis lainnya.
3.3.5 PP
PP (Polypropylene atau Polypropene) untuk tutup botol, cup, bungkus margarine, dan mainan anak.
3.3.6 PS
PS (Polystyrene) untuk kegunaan sendok, kotak CD, garpu, gelas, tempat makanan dari styrofoam, dan tempat makan transparan.
3.3.7 Other
Other (O), jenis plastik lainnya selain dari 6 contoh klasifikasi kemasan di atas. Biasanya digunakan untuk botol susu bayi, galon air minum, alat-alat rumah tangga, suku cadang mobil, komputer, alat-alat elektronik, mainan lego, dan sikat gigi.
4. Proses Pembuatan dan Bahan Baku
Plastik yang sering kita gunakan melalui beberapa proses pembuatan terlebih dahulu sebelum bisa kita gunakan.
Karena jenisnya yang berbeda-beda maka cara pembuatannya juga berbeda-beda, tapi secara umum pembuatan benda ini meliputi injection molding, ekstrusi, thermoforming, dan blow molding.
4.1 Injection Molding
Injection molding adalah plastik yang masih berupa biji plastik atau pellet dimasukkan ke dalam tabung panas yang kemudian akan meleleh dan lelehan ini dibawa ke dalam cetakan.
4.2 Ekstrusi
Tahap selanjutnya ekstrusi, yaitu lelehan biji plastik ini ditekan secara terus menerus sehingga bisa lebih lebur dan halus.
4.3 Thermoforming
Pada tahap thermoforming, biji plastik yang leleh telah berubah menjadi lempengan kemudian dipanaskan kembali dan dimasukkan kedalam cetakan lainnya.
4.4 Blow Molding
Proses blow molding merupakan proses terakhir dalam pembuatan plastik secara umum. Tahapan pada proses ini adalah:
- Biji plastik (pellet) dilelehkan pada sekrup di dalam tabung berpemanas secara terus menerus
- Plastik panas membentuk pipa (parison)
- Plastik panas ditiup dalam cetakan
- Dibuat menjadi barang yang diinginkan
Bahan baku pembuatan benda ini adalah biji plastik. Biji plastik biasanya berupa butiran berwarna bening dan berbahan dasar bahan kimia yang bernama styrin monomer.
Biji plastik yang asli terbuat dari styrin monomer biasanya mahal dan masih import dari luar negeri.
Ada juga yang terbuat dari biji plastik daur ulang. Biji plastik daur ulang merupakan hasil daur ulang sampah-sampah plastik yang dicacah sesuai dengan jenisnya.
5. Sifat Polimer Konduktif
Sifat polimer konduktif merupakan sifat polimer yang memiliki konduktivitas listrik sebanding dengan konduktivitas logam.
Salah satu karakteristik umum polimer konduktif adalah memiliki ikatan backbone terkonjugasi karena adanya oksidasi maupun reduksi akibat sifat donor-akseptor elektron.
Polimer konduktif adalah polimer yang memiliki konduktivitas listrik sebanding dengan konduktivitas logam.
Salah satu karakteristik umum polimer konduktif adalah memiliki ikatan backbone terkonjugasi karena adanya oksidasi maupun reduksi akibat sifat donor-akseptor elektron.
6. Industri
Tahun 1960-an industri plastik merupakan industri yang berkembang pesat di Indonesia.
Namun perkembangan industri ini semakin menurun dari waktu ke waktu seiring tantangan yang dihadapi industri ini.
Industri ini sebagai bahan pengemasan menghadapi berbagai persoalan, salah satunya sampah plastik yang tidak dapat diurai dengan mudah oleh mikroorganisme tanah sehingga terjadi penumpukan sampah yang semakin banyak.
Kendala lain adalah sampah jenis ini yang berbahan dasar minyak bumi yang tidak dapat diperbarui lagi sehingga keberadaannya yang semakin menipis.
Bahan baku dari plastik yang masih diimport dari luar negeri juga menyulitkan berkembangnya industri ini.
Tapi apakah Anda sudah benar-benar mengurangi penggunaan plastik?
Karena nyatanya semua pengemasan untuk kebutuhan kita sehari-hari masih banyak yang menggunakan plastik sebagai bahan dasarnya.
Air minum kemasan yang berbentuk gelas sangat banyak kita jumpai dalam berbagai kegiatan.
Sabun mandi, deterjen, ataupun shampo mulai dari yang botol sampai yang sachetan semuanya terbuat dari bahan plastik.
Makanan cepat saji juga yang kita konsumsi semua pengemasannya hampir menggunakan plastik.
Dengan semua ini tidak menutup kemungkinan yang semula industri plastik diprediksi akan semakin menurun akan berkebalikan menjadi semakin meningkat dan tak terkendali.
Semua kembali lagi dari kita sebagai konsumen.
7. Dampak Lingkungan
Bahan yang sulit diuraikan tentu membuat sampah plastik memberikan dampak yang negatif bagi lingkungan.
Tanah akan tercemar, air tanah, serta fauna tanah pun demikian karena sampah jenis ini yang dibuang ke tanah akan menyebarkan bahan kimia yang berbahaya bagi hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing dan juga dapat mengontaminasi dari air tanah.
Plastik yang tidak dapat terurai akan termakan oleh binatang maupun tanaman sehingga akan mengganggu susunan rantai makanan dan juga dapat mengurangi kesuburan tanah karena benda ini akan menghalangi jalannya sirkulasi udara sehingga mengurangi ruang gerak dari biota tanah yang bertugas menyuburkan tanah.
Bahan yang memiliki umur panjang ini tidak hanya akan mencemari tanah, tetapi laut sekalipun akan tercemari karena limbah benda ini yang banyak dibuang ke sungai sehingga bermuara ke laut dan mengancam ekosistem di laut.
Sedotan, kemasan makanan siap saji, bungkus deterjen, dan sampah plastik lainnya mengintai hewan-hewan yang berada di laut.
Banyak dari mereka yang mengira ini makanan sehingga memakannya begitu saja padahal ini bahan berbahaya yang tidak dapat diurai oleh tubuh hewan.
Mikroplastik
Mikroplastik adalah potongan kecil-kecil dari sampah yang juga mencemari lingkungan. Potongan kecil ini adalah potongan dari plastik yang besar atau oalahan produk yang sama lainnya.
Memiliki sifat tidak mudah diurai plastik hanya berubah bentuk menjadi ukuran kecil yang tak kasat mata dan dapat mencemari berbagai barang yang dikonsumsi oleh makhluk hidup dan dapat merusak berbagai makhluk hidup sesuai dengan mekanisme rantai makanan.
Tersebar dan diproduksi di mana-mana membuat semakin besar kemungkinan benda ini untuk mencemari dan dapat mengganggu ekologi.
Ekosistem yang sudah terkena dampak negatifnya adalah ekosistem laut dan tanah.
8. Gerakan Tolak Plastik
Dalam aksi #BreakFreeFromPlastic Greenpeace bersama dengan beberapa organisasi dan komunitas melakukan bersih sungai, pantai, dan lingkungan sekitar dari sampah plastik pada Bulan September 2018 lalu.
Sebanyak 239 kegiatan bersih-bersih ini dilakukan di 42 negara di 6 benua dalam waktu yang bersamaan.
Tumpukan sampah yang ditemukan merupakan sampah yang sering kita gunakan sehari-hari.
Misalnya sachet shampoo hingga sepatu dan sandal ditemukan di lingkungan bebas.
Sampah yang telah ditemukan lalu dikumpulkan berdasarkan merek.
Perusahaan besar seperti Unilever dan Danone mengembangkan system take back sampah kemasan sachet, kemasan air minum, dan pouch untuk didaur ulang.
Kedua perusahaan tersebut juga mendesain kemasan produk yang ramah lingkungan.
Nestle mempunyai komitmen untuk mengurangi sampah dan meningkatkan kemungkinan untuk mendaur ulang. Nestle telah mengurangi penggunaan shrink film yang berbahan plastik sebanyak 13%.
Dalam menangani masalah sampah kemasan Nestle Indonesia melakukan beberapa inovasi untuk mengurangi bobot kemasan.
Sejak tahun 2014, Nestle mengurangi ketebalan kaleng dalam kemasan produk Nestle Bear Brand dan produk susu kental manis sebanyak 745 ton setiap tahunnya.
Namun, benarkah komitmen Nestle dan berbagai perusahaan penghasil produk plastik lainnya untuk mengurangi sampah jenis ini berhasil secara signifikan?
9. Plastik Ramah Lingkungan
Plastik ramah lingkungan merupakan produk yang dapat hancur atau cepat terurai dengan sendirinya kurang lebih dalam kurun waktu 2 tahun.
Arora remaja berusia 16 tahun yang mampu menciptakan plastik yang dapat teruai dengan cepat. Cepatnya proses penguraian produk ini karena produk ini terbuat dari campuran bahan organik.
Seperti paparan Arora menurut Tribun Jogja, ia mengekstrak karbohidrat bernama chitin dan secara kimiawi mengubahnya menjadi chitosan.
Setelah itu, ia mencampurnya dengan fibroin, protein yang dimiliki kepompong sutra.
Material ini 1,5 juta kali lebih cepat dalam hal menguraikan plastik yaitu dapat menguraikan benda ini benar-benar terpecah hanya dalam kurun waktu 33 hari.
Arora mendapat penghargaan di Inovator to Market pada tahun 2018 dan mendapat perhatian dari seluruh dunia dalam ajang Intel International Science and Engineering Fair.
10. Negara Penghasil Sampah Plastik Terbesar
Sampah plastik bukanlah masalah biasa, bahkan sampah jenis ini sudah menjadi perhatian pemerintah dunia. Beberapa negara sebagai penyumbang sampah plastik terbanyak di lautan adalah Tiongkok dan Indonesia.
Tiongkok merupakan negara penyumbang sampah ini terbanyak di dunia. Hasil penelitian dari ilmuan kelautan University of Georgia menyatakan bahwa Tiongkok menghasilkan kurang lebih 11,5 juta ton sampah jenis ini setiap tahunnya.
Sebanyak 8,8 juta ton, sekitar 78% sampah plastik langsung dibuang ke lautan tanpa diolah terlebih dahulu. Data ststistik menyatakan bahwa masyarakat yang tinggal di pesisir Tiongkok membuang sampah jenis ini langsung ke lautan sebanyak 33,6 kg.
Indonesia menyumbang sampah plastik nomor dua setelah Tiongkok yaitu sebesar 3.2 juta ton setiap tahunnya yang dibuang ke laut.
Hal tersebut membuat Indonesia menjadi negara nomor satu penyumbang sampah terbanyak di Asia Tenggara. Kesadaran masyarakat Indonesia yang sangat kurang akan bahaya sampah jenis ini bagi ekosistem membuat hal ini terjadi.
Manfaat plastik bagi manusia memang tinggi karena digunakan sebagai bahan baku pembuatan peralatan rumah tangga yang berguna bagi kehidupan. Namun, sifat bahan ini yang sukar terurai membuat penggunaannya perlu dikontrol.
Inovasi dan teknologi perlu dikembangkan untuk menciptakan penggunaan plastik yang ramah lingkungan.
“Anda dapat membaca lebih lanjut mengenai topik ini di halaman Wikipedia: Ensiklopedia Bebas.”
Referensi:
Marpaung GS, Widiaji. 2009. Raup Rupiah dari Sampah Plastik. Jakarta (ID) : Pustaka Bina Swadaya.
Putra HP, Yuriandala Y . 2010. Studi Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi Produk dan Jasa Kreatif. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 2(1) : 21-31.
Surono UB. 2013. Berbagai metode konversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak. Jurnal Teknik 3(1) : 32-40.
UNEP (United Nations Environment Programme). 2009. Converting Waste Plastics Into a Resource, Division of Technology, Industry and Economics International Environmental Technology Centre, Osaka/Shiga.
[/read]