Bekantan (Nasalis larvatus) atau yang sering disebut monyet berhidung panjang merupakan satwa endemik di hutan bakau Pulau Borneo. Satwa ini merupakan salah satu spesies langka yang harus ditingkatkan populasinya dan wajib dilindungi. Berdasarkan PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Bekantan juga ditetapkan ke dalam kategori satwa langka berdasarkan International Union for the Conservation of Nature (IUCN).
Fakta tersebut memang jarang diketahui orang, pada umumnya mereka hanya mengenal Monyet Berhidung Panjang ini hanya sebagai maskot salah satu taman rekreasi di Jakarta. Nah, berikut ini beberapa informasi mengenai Monyet Berhidung Panjang yang akan menambah wawasan kamu.
1. Taksonomi
Bekantan atau Monyet Berhidung Panjang (Nasalis larvatus) merupakan satwa endemik Pulau Borneo yang menjadi maskot fauna Provinsi Kalimantan Selatan dan maskot Dunia Fantasi Ancol. Satwa ini merupakan salah satu spesies dalam genus tunggal monyet Nasalis. Monyet ini sering disebut sebagai Monyet Berhidung Panjang atau Monyet Belanda karena memiliki hidung yang panjangnya mencapai lebih dari 10 cm.
Berikut merupakan taksonomi Bekantan.
Kriteria | Keterangan |
Kingdom | Animalia |
Filum | Chordata |
Kelas | Mammalia |
Ordo | Primata |
Famili | Cercopithecidae |
Subfamili | Colobinae |
Genus | Nasalis |
Spesies | Nasalis larvatus |
2. Status Kelangkaan
Bekantan merupakan satwa yang termasuk ke dalam 25 satwa langka menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sejak tahun 2000, berdasarkan Red Data Book yang dikeluarkan oleh International Union for the Conservation of Nature (IUCN), monyet ini termasuk satwa langka dalam kategori kelangkaan spesies dengan status “Endangered” (terancam kepunahan) setelah sebelumnya masuk ke dalam status “Vulnerable” (rentan).
Selain itu, berdasarkan the Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), Bekantan termasuk dalam spesies yang terancam punah atau Appendix I yang dilarang keras untuk diperdagangkan secara internasional. Sebelumnya, pada tahun 1931, Hindia Belanda juga mengeluarkan Ordonansi Perlindungan Satwa Liar untuk melindungi Bekantan.
Pada tahun 1987, MacKinnon menduga populasi Monyet Berhidung Panjang di Indonesia sebanyak 260.950 individu dengan kepadatan individu 25 individu/km2 dan sebanyak ±7.500 individu di antaranya berada di dalam kawasan konservasi. Populasi Bekantan menurun ±50% atau sebanyak 146.950 individu dalam kurun waktu 10 tahun (Bismark, 1995). Pada tahun 2013, dilakukan penelitian oleh BKSDA Kalimantan Selatan dengan hasil yang cukup memilukan yaitu hanya tersisa 3.600-5.000 individu Bekantan hidup di Hutan Kalimantan.
Selain aktivitas manusia, musuh alami atau predator Bekatan seperti Macan Dahan (Neofolis diardi) juga menjadi salah satu faktor penyebab Bekantan terancam punah. Kelangkaan Bekantan berdampak pada semakin menurunnya kualitas lahan basah. Secara alami kelangkaan Bekantan juga berdampak buruk bagi populasi Macan Dahan yang merupakan salah satu satwa unik di Kalimantan.
[read more]
3. Morfologi
Monyet Berhidung Panjang memiliki ciri khusus yakni hidungnya yang panjang menjadi ciri khas atau pembeda dari primata lainnya. Berikut merupakan morfologi Bekantan:
No. | Bagian Tubuh | Ciri Khusus |
1. | Kepala | Bagian muka tidak ditumbuhi rambut. |
2. | Hidung | Panjang hidung ≥ 10 cm dengan ukuran hidung jantan lebih besar dari betina. Fungsi dari hidung yang panjang adalah untuk menarik perhatian lawan jenisnya. |
3. | Tubuh | Warna rambut bervariasi dari mulai coklat kemerahan (punggung) dan putih keabuan (bagian ventral dan anggota tubuhnya). Berat tubuh Bekantan jantan sekitar 16-22 kg, sedangkan betina sekitar 7-12 kg. |
4. | Tangan | Bersifat prehensile yaitu dapat memegang benda dengan jari tangannya. |
5. | Ekor | Panjang ekor sekitar 559-762 mm atau hampir sama dengan panjang tubuhnya. |
6. | Perut | Monyet Berhidung Panjang ini memiliki perut yang buncit yang diakibatkan oleh kebiasaan buruk Bekantan memakan makanan yang tidak seimbang. |
4. Makanan Kesukaan
Studi Pengamatan Perilaku Kesukaan Makan Bekatan yang dilakukan di kawasan konservasi Surabaya menunjukkan berbagai jenis pakan yang disukai Bekantan.
Pesentase tertinggi makanan kesukaan Bekatan adalah buah pisang 100% dengan rata-rata 3.898,57 gram/ hari, lembayung 99,54% dengan rata-rata konsumsi 2.477,86 gram/ hari, kacang panjang 97,94% dengan rata-rata konsumsi 2.381,43 gram/ hari, bayam 91,09% dengan rata-rata konsumsi 1.561,43 gram/ hari, daun pepaya 90,59% dengan rata-rata konsumsi 1.800,71 gram/ hari, dan buah pepaya 90,08% dengan rata-rata konsumsi 1.600,43 gram/hari.
Hasil tersebut menunjukan bahwa makanan kesukaan Bekantan di dalam area konservasi adalah buah pisang sedangkan makanan kesukaan Bekantan di alam liar adalah dedaunan dan daun pucuk tanaman. Satwa yang satu ini tidak hanya makan makanan yang berasal dari tumbuhan, terkadang Bekantan juga makan beberapa jenis serangga.
5. Habitat
Satwa langka yang satu ini merupakan primata yang hidup berkelompok. Satu kelompok dipimpin oleh satu ekor Bekantan jantan yang memiliki ukuran tubuh paling besar dan kuat. Setiap kelompoknya terdiri dari 10 sampai 20 ekor Bekantan.
Monyet Behidung Panjang merupakan satwa arboreal atau satwa yang sering menghabiskan waktu di atas pohon. Pergerakaannya di atas pohon dilakukan dengan cara bergantung, berayun, melompat atau dengan menggerakkan seluruh anggota tubuhnya. Biasanya monyet ini berada di atas pohon untuk berkelompok, mencari makanannya, tidur, dan melakukan berbagai aktivitas lainnya. Satwa ini memang sangat jarang berada di atas lantai hutan.
Tidak hanya pandai dalam mencari buah-buahan dan dedauanan, Bekantan juga mampu berenang bahkan menjadi primata yang cukup baik dalam menyelam.
Di alam seringkali dijumpai sekelompok Bekantan yang berenang menyeberangi sungai, bahkan terkadang berenang dari satu pulau ke pulau yang lainnya. Karena keahliannya berenang, Monyet Berhidung Panjang ini banyak dijumpai di daerah yang memiliki aliran sungai. Seringkali beberapa kelompok satwa ini mendiami suatu hutan bakau, rawa, dan hutan pantai di Pulau Kalimantan.
6. Sebaran
Populasi Monyet Behidung Panjang dari tahun ke tahun mengalami penurunan, khususnya di daerah hutan dekat sungai. Daerah tepi sungai yang menjadi tempat habitat satwa langka ini mengalami penurunan kualitas habitat akibat adanya aktivitas manusia. Banyak aktivitas manusia yang berdampak buruk bagi habitat Bekantan, seperti penebangan pohon secara liar, pembangunan pemukiman di tepi sungai, dan lalu lintas pengangkutan hasil hutan secara ilegal.
Fakta membuktikan bahwa sekitar 95% habitat Bekantan berada di luar kawasan konservasi sangat rentan terhadap kerusakan akibat aktivitas manusia. Saat ini habitat Monyet Berhidung Panjang hanya dapat dijumpai di Pulau Borneo yang terdiri dari tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darusalam.
Penyebaran Bekantan meliputi seluruh provinsi di Kalimantan sebanyak 153 titik. Kawasan penyebaran satwa langka ini di Kalimantan meliputi Taman Nasional Kutai, Sungai Kayan, Sungai Sesayap, Sungai Sebakung, Delta Mahakam, dan Teluk Balikpapan yang merupakan satu areal prioritas untuk perlindungan Monyet Behidung Panjang.
7. Perkembangan
Bekantan betina mampu bereproduksi setiap tahunnya. Umur reproduksi untuk betina 1460 hari dan untuk jantan rata-rata memiliki usia produktif 7 tahun.
Rata-rata satu induk betina menghasilkan anakan dalam sekali reproduksi. Hal ini berbanding terbalik dengan kematian satwa langka ini setiap tahunnya karena habitat mereka yang rusak akibat aktivitas manusia di dalam hutan.
Anakan Bekantan pada umumnya tinggal bersama induknya hingga mereka mulai beranjak dewasa yaitu ketika berumur 4-5 tahun.
Pada umumnya pejantan memiliki inisiatif untuk kawin, namun pada Bekantan inisiatif untuk kawin dimiliki oleh Bekantan betina. Alasannya adalah pada sekelompok Bekantan biasanya hanya terdapat satu ekor pejantan yang akan menjadi rebutan para betina Bekantan.
Bekantan termasuk primata yang memiliki masa hidup pendek yakni hanya berumur sampai 13 tahun ketika mereka hidup di alam liar, sedangkan untuk Bekantan yang hidup di daerah konservasi bisa sampai 30 tahun lamanya.
8. Upaya Konservasi yang Harus Dilakukan
Bekantan merupakan sekelompok satwa yang memiliki peran penting dalam menjalankan peran ekologi pada suatu daerah. Kemampuannya yang dapat menjaga ekosistem ini membuat Monyet Berhidung Panjang ini menjadi satwa yang berperan penting dalam pelestarian alam di habitatnya.
Jasa yang dilakukan oleh satwa ini adalah membentuk hutan di wilayah basah dan kawasan mangrove di Kalimantan. Di bidang silvikultur, Monyet Behidung Panjang juga memiliki peran dalam pertumbuhan tumbuhan agar menjadi kompleks dengan cara memakan daun dan pucuk tanaman.
Pemerintah setempat telah melakukan beberapa upaya untuk melestarikan satwa yang hampir punah ini. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah meliputi :
- Menetapkan titik areal habitat Bekantan yang relatif aman sebagai areal perlindungan Bekantan.
- Sosialisasi terhadap masyarakat mengenai keanekaragaman hayati dan peran penting keanekaragaman hayati dalam melestarikan alam dan lingkungan.
- Menerapkan ekowisata berbasis kegiatan konservasi ex-situ di seluruh Pulau Kalimantan yang bertujuan untuk melestarikan Bekantan di alam.
- Pengamatan Bekantan di areal hutan mangrove bersamaan dengan wisata riset untuk mahasiswa lokal, nasional, dan internasional.
Selain upaya pelestarian Bekantan yang dilakukan oleh pemerintah, ternyata pada tahun 2016 kemarin sepasang anak kembar (Gabriella dan Giovanna) melakukan aksi nyata untuk melindungi Monyet Berhidung Panjang ini. The Bekantan Twins Project merupakan kegiatan penggalangan dana untuk pembangunan konservasi Bekantan di Pulau Bakut. Kegiatan ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat Indonesia untuk ikut berperan aktif dalam upaya penyelamatan primata dari kepunahan, khususnya Bekantan.
Saat ini tercatat hanya sekitar 1.000 ekor Bekantan yang hidup di alam liar dan sebagian taman nasional di Kalimantan. Hal ini diakibatkan semakin rusaknya habitat meraka di alam liar karena aktivitas manusia yang tidak bertanggungjawab. Semoga dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh semua pihak membuat Bekantan terhindar dari kepunahan dan menjadi penyeimbang ekosisitem di hutan lahan basah.
Referensi:
Kartono AP. 2008. Karakteristik Habitat dan Wilayah Jelajah Bekantan di Hutan Mangrove Kalimantan Barat. Media Konservasi, 13(3): 1 – 6.
www.wwf.or.id/?51382/nasib-bekantan-di-kalimantan
https://m.cnnindonesia.com?teknologi/ 20160617113940-199-138881/melindungi-bekantan-dari-kepunahan
Editor: Mega Dinda Larasati
[/read]