Pandemi Virus Corona yang telah menyebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia membuat sejumlah negara mengambil kebijakan untuk lockdown.
Tindakan ini dilakukan sebagai upaya pencegahan menular dan menyebarnya virus ini.
Tidak hanya mempunyai dampak negatif bagi kesehatan, ternyata menyebarnya Virus Corona juga mempunyai dampak positif.
Dampak positif terhadap lingkungan yaitu polusi udara yang menurun drastis.
Sebuah proyek berkelanjutan yang dipimpin oleh Badan Antariksa Eropa atau ESA, Copernicus Atmosphere Monitoring Servise (CAMS) melihat bahwa penurunan kadar emisi gas nitrogen dioksida ada di Tiongkok dan Italia.
Gas-gas ini berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti asap kendaraan dan lain-lain.
Tiongkok adalah pencemar paling besar di dunia, Tiongkok menyumbang sekitar 30% emisi CO2 dunia di setiap tahunnya.
Maka dari itu dampak dari menyebarnya Virus Corona ini sangatlah besar meskipun hanya dalam periode yang singkat.
CREA atau Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih memperkirakan itu sama dengan 200 juta ton karbon dioksida lebih dari setengah total emisi setiap tahunnya di Inggris.
Selain itu, menurut CREA penurunan produksi baja dan minyak serta pengurangan sekitar 70% penerbangan domestik juga ikut serta pada penurunan emisi.
Namun, pendorong terbesarnya adalah penggunaan batubara yang mana Tiongkok adalah produsen dan juga konsumen paling besar di dunia.
[read more]
Tiongkok menggunakan sumber daya ini untuk sekitar 59% energinya pada tahun 2018.
Saat Tiongkok menyatakan untuk lockdown, citra satelit menunjukkan bahwa tingkat polusi udara di negara ini menurun drastis.
Hal ini juga disebabkan karena pemerintah memerintah warganya untuk tetap berada di dalam rumah sehingga banyak pabrik dan kendaraan bermotor yang tidak beroperasi.
Menurut Marshall Burke seorang peneliti dari Stanford University, dua bulan dengan polusi yang rendah bisa menyelamatkan 4.000 nyawa anak-anak berusia 5 tahun dan 73.000 orang berusia di atas 70 tahun di Tiongkok.
Penurunan polusi ini menyelamatkan ribuan nyawa dari kematian karena menghirup udara beracun.
Editor:
Mega Dinda Larasati
[/read]