Jika mendengar nama Garut, apa yang Anda pikirkan? Dodol?
Garut memang terkenal dengan dodolnya yang sedap namun tempat wisata alam yang ada juga sedap dipandang lho.
Salah satunya adalah Leuwi Jurig.
Di dalam bahasa sunda “leuwi” berarti kolam atau lubuk dan “jurig” berarti hantu.
Jadi Leuwi Jurig adalah kolam hantu. Jangan salah sangka dulu karena ini bukan tempat wisata horor.
Tempat ini merupakan sebuah sungai yang memiliki air jernih berwarna biru kehijauan dan diapit oleh dua cadas atau tebing sehingga terlihat seperti Grand Canyon di Pangandaran.
[read more]
Semestinya tempat wisata ini bernama Leuwi Rumpit karena batuannya merumpit atau bertebing tapi entah mengapa wisatawan lebih senang menggunakan nama Leuwi Jurig.
Letak Leuwi Jurig ada di Kampung Rupit, Desa Bojong, Kecamatan Bungbulang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Meskipun berada jauh dari perkotaan dan aksesnya lumayan sulit, namun masih banyak wisatawan yang datang.
Biasanya para pengunjung adalah para pecinta fotografi yang penasaran dengan kecantikan Leuwi Jurig.
Sungai ini memiliki panjang sekitar 500 meter dan cukup dangkal. Kondisi ini membuatnya terbilang aman untuk Anda yang ingin berenang.
Tapi Anda harus tetap hati-hati ya karena bantuannya lumayan licin.
Tempat wisata ini masih dikelola oleh masyarakat sekitar sehingga fasilitasnya pun masih sederhana.
Fasilitas yang bisa digunakan oleh para pengunjung adalah tempat parkir, mushola, dan kamar mandi saja.
Jika Anda dari Garut silahkan ke Desa Bojong atau ke Sasak Rumpit, di sana Anda akan melewati beberapa rumah warga dan pepohonan rindang sehingga suasananya terasa sejuk.
Sesampainya di Kecamatan Bungbulang lanjut ke PLTMH Cirompang Bungbulang. Lokasi Leuwi Jurig tidak jauh lagi jadi Anda bisa bertanya pada warga sekitar.
Tiket masuknya tidak perlu bayar alias gratis namun jika membawa kendaraan Anda harus membayar biaya parkir sebesar 3000 IDR untuk roda dua dan 10.000 IDR untuk roda empat.
Leuwi Jurig ini sangat cocok untuk Anda yang ingin melarikan diri dari pahitnya realita eh maksudnya dari rutinitas harian yang melelahkan.
Jadi kapan nih mau ke sini?
Editor:
Mega Dinda Larasati
[/read]